Yeay akhirnya Indonesia punya MRT! Euforia yang pasti dirasakan masyarakat Indonesia khususnya Jakarta tentu juga saya rasakan. Meskipun sudah pernah cobain di luar negeri, tetaplah beda rasanya karena yang ini kan Indonesia punya. Ratangga.
Minggu kemarin dua kali saya coba naik MRT Jakarta. Yang pertama bareng teman-teman kita naik di hari Jumat untuk mengambil foto-foto di dalam MRT. Lalu kali kedua di hari Minggu, saya ajak Vay cobain MRT. Vay sempat tanya, apa bedanya MRT sini dengan MRT Singapura. Saya bilang, harus lihat dan coba sendiri biar tahu bedanya.
Pembangunan MRT Jakarta saat ini masih berada di fase 1, jadi yang baru beroperasi adalah di koridor 1. Dengan jalur kereta sepanjang 16 kilometer, dengan 10 kilometer jalur layang dan 6 kilometer jalur bawah tanah. Yang masuk stasiun layang adalah stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja. Sedangkan enam stasiun bawah tanah dimulai dari Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.
Saya mencoba naik MRT pertama kali dari Senayan, stasiun bawah tanah. Saya dan teman-teman janjian ketemu dulu di pusat perbelanjaan FX Sudirman lalu jalan kaki bareng ke stasiun MRT Senayan. Dari situ kita stay terus sampai Lebak Bulus, karena nanti di sana semua penumpang akan turun, jadi saat naik untuk kembali ke Bundaran HI atau ke Senayan masih bisa dapat tempat duduk.
Perasaan saat naik MRT Jakarta pertama kali? Excited dong pastinya. Bayangkan saja, yang biasanya kena macet, plus berisik oleh klakson, sekarang bisa cepat sampai tujuan (dari Bundaran HI ke Lebak Bulus pas 30 menit), sejuk pula.
Ini beberapa catatan singkat saya tentang apa yang wajib kita perhatikan sebelum naik MRT Jakarta.
Siapkan Kartu Pembayaran Elektronik
Ini penting sekali karena akan menghemat banyak waktu ketika kita terburu-buru. Saya yakin karena sekarang ini masih dalam tahap sosialisasi, maka antrian di loket pembelian tiket sampai mengular, terutama saat weekend karena antusiasme masyarakat sedang tinggi sekali. Belum lagi antrian masuk gate, kemarin itu tidak jelas jalurnya yang mana (saking banyaknya penumpang yang mau naik MRT), dan kemudian ternyata gatenya agak lama scanningnya.
Sama seperti bayar masuk tol, ditap dulu kartunya saat masuk. Begitu keluar gate tap kembali kartunya dan saldo akan dipotong otomatis. Ingat, 1 penumpang 1 tiket ya. Jangan pakai 1 kartu untuk beberapa orang, kasihan yang mengantri di belakang jadi lama menunggu karena yang di depan mengantri pakai kartu ramai-ramai.
Kartu elektronik yang bisa digunakan ada Mandiri e-money, Flash BCA, Brizzi BRI, dan BNI Tap. Kalau kita kehabisan saldo, bisa lakukan isi ulang juga di stasiun melalui loket yang tersedia.
Menunggu dan Mengantri dengan Benar
Jangan lupa untuk selalu membaca rambu-rambu yang disediakan. Ketika sampai di peron, langsung ambil antrian di samping gate, tanda panah berwarna kuning. Ada yang masih suka keterusan, berdiri di tengah-tengah gate (tanda panah warna hijau mengarah ke luar), barangkali karena kebiasaan nunggu taxi online, buka pintu langsung naik.
Begitu kereta tiba, penumpang keluar semua, baru kita masuk. Jadi jangan sampai bertabrakan karena salah mengantri.
Jangan Sembarang Duduk Di Kursi Prioritas
MRT Jakarta ini tidak sepenuhnya sama dengan MRT di Singapura. Penunjuk kursi prioritas kurang jelas, sehingga tak heran masih banyak yang salah duduk. Di gerbong kereta kemarin, di deretan paling ujung, informasi kursi prioritas hanya ditempel di dinding sudut gerbong, sekilas dibaca seolah hanya 1 kursi paling ujung itu saja yang untuk prioritas. Tapi setelah dibaca lagi, ternyata tiga baris itu semuanya kursi prioritas.
Jadi harus buka mata lebar-lebar sebelum meletakkan pantat di kursi kosong. Kalau memang ada yang lebih berhak, harus diberikan.
Lift Prioritas Bukan Untuk UMUM
Saat pertama kali turun ke halte MRT Senayan, saya terbayang bagaimana ya kalau ada oma-oma mau ikut turun, melihat tangganya saja sebanyak ini. Oh, ternyata ada lift prioritas di sisi sebelah sana. Lift yang bisa dipakai untuk penyandang disabilitas, manula, dan ibu hamil.
“Ini kenapa dia antri di sini, Mi? Ini kan ada tulisannya untuk prioritas?” Vay komplen dengan suara keras waktu kami melewati dua orang penumpang yang memencet lift. Anak jaman sekarang memang kalau komplen suaranya harus keras ya, gak peduli orang lain dengar, malah sengaja katanya biar orangnya dengar.
Habiskan Makanan dan Minuman Sebelum Naik MRT
Di dalam MRT kita tidak boleh minum apalagi makan. Maka dari itu pastikan untuk menghabiskan minuman sebelum masuk ke dalam gate. Hari Minggu kemarin, saat bareng Vay, karena kita cobain bolak-balik, dari Senayan ke Bundaran HI, lalu ke Lebak Bulus, dan Lebak Bulus balik ke Bundaran HI, Vay mulai kehausan. Tapi kita bertahan untuk tidak minum, karena ada peraturannya. Eh ternyata di depan sana, ada yang diam-diam makan wafer coklat.
Dan di dalam MRT juga tidak ada tempat sampah, jadi jangan sampai kita meninggalkan sampah sekecil apa pun di dalam. Kantongi saja dulu di saku atau di tas, begitu keluar stasiun baru lempar ke tempat sampah.
—–
Jam menunjukkan pukul tiga sore ketika kami tiba di Stasiun MRT Bundaran HI. Kami keluar dan berjalan kaki menuju mall Grand Indonesia, pengen ngadem di sana. Vay terlihat senang, dan katanya pengen nanti bisa cobain naik MRT sendiri. Oh iya, saya bilang ya boleh saja, nanti Mami tunggu di stasiun mana dan dia boleh coba sendiri bolak-balik. Kartu e-Money miliknya juga dia mau pegang sendiri.
Memang sih, MRT kita ini masih banyak yang harus dirapikan. Seperti kemarin, kereta belum bisa berhenti dengan pas di gate, dan ada security di dalam yang ngasih instruksi supaya mundur-mundur-mundurr…. gitu. Lalu settingan eskalator naik di salah satu stasiun juga cepat sekali. Begitu menjejak, seperti mau jatuh rasanya, karena tangan belum sempat memegang tepi. Lalu tanda panah di tangga juga kurang jelas, karena penumpang yang mau turun masih banyak yang mengambil sisi sebelah kanan, padahal sisi kanan seharusnya untuk penumpang yang mau naik atau keluar.
Gimana? Siapa di sini yang sudah bolak-balik pakai MRT Jakarta untuk kegiatan sehari-hari? Kalau saya sih jelas belum bisa pakai MRT terus. Daerah timur masih jauh dari jangkauan MRT Jakarta. Semoga cepat kebagian ya.
Yang pasti yuklah sama-sama kita jaga MRT Jakarta ini, biar tetap bersih untuk seterusnya.
-ZD-
Pingback: Photo Story: Berharap | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Tempat Terindah di Bali yang Harus Kamu Kunjungi | Mom Travel & Photography Blog - Zizy Damanik
belum sempat nyobva mrt karena memang bukan daerah lintasan sehari2 he. he..
ntar deh pengen nyoba juga, apa mesti direncanakan khusus ya,
tapi senanglah.. kalau pulang kerja bisa dapat angkutan umum yang adem dan lancar.
Mesti coba Kak Monda, rencanakan khusus. Mumpung masih baru, dan masih bersih (ya semoga seterusnya sih bersih dan rapi). 🙂
Sampai sekarang pun saya masih nggak tahu yg bentuknya MRT itu yang kayak gimana,maklum lagi semedi di kaki gunung ?.Semoga emang beneran ngatasin kemacetan deh kedepannya.
Seharusnya bisa mengatasi macet ya. Asal sudah sampai ke daerah sub-urban juga. Karena orang pulang kantor kan pulangnya ke pinggir.