Yang paling saya suka ketika harus tugas ke satu daerah adalah ketika kita masih punya waktu cukup untuk menjajal kulinernya. Meskipun ya tentu saja tak semua harus dijajal, disesuaikan dengan kondisi.
Demikian halnya saat beberapa waktu lalu pergi tugas ke Solo. Saya dan rekan tugas sehari semalam di Solo, dan selama di Solo saya bisa mengambil sebuah kesimpulan, bahwa Solo adalah tempat wisata kuliner yang enak dengan harga terjangkau. Bayangkan saja, setiap kali kami makan di satu tempat, lembar yang perlu kami keluarkan hanya lima puluh ribuan, untuk berdua! Mulai dari yang bentuknya rumah makan biasa, sampai yang bagus, tetap masih terjangkau.
Dalam hati sudah saya catat, kalau besok-besok mau kulineran, Solo akan jadi pilihan. Soalnya kita juga belum sempat cobain semua, baru segelintir saja. Namanya juga semalam ya.
Dan pelajaran lain yang saya dapatkan adalah, jangan pernah mempercayai driver untuk selera makan. Percaya pada internet, atau pada teman. Hahah. Sebagai pendatang, tentu kita ingin dibawa ke tempat makan yang menjual menu lokal, tapi yang enak. Tapi kemarin, sepertinya kami salah mempercayai pilihan driver, karena ada satu rumah makan yang ketika kami masuk dan coba, kok rasanya gak masuk di lidah, ya. Masa iya, lidah kami berdua salah?
Tapi mari saya ceritakan, beberapa tempat makan yang kemarin kami singgahi dan pantas untuk dishare di sini.
SOTO GADING 1
Ini adalah rumah makan yang menyediakan soto khas Solo. Namanya Soto Gading. Sama halnya dengan Soto Triwindu yang saya kunjungi setahun lebih yang lalu, rumah makan ini pun katanya adalah tempat favoritnya Pak Jokowi. Kenapa namanya Gading, karena diambil dari nama daerah di daerah selatan Keraton Kasunanan Surakarta. Berdiri sejak tahun 1974, dan memiliki beberapa cabang.
Kami sengaja minta turun di cabang Jalan Brigjen Sudiarto No. 75, karena di sana suasananya khas rumah makan sederhana. Duduk di meja panjang ramai-ramai, berisik orang makan sambil ngobrol. Itu suasana yang kami cari, bosan dengan suasana ala mall atau restoran gede. Di Soto Gading, saya lihat tidak hanya orang luar kok yang datang, tapi warga Solo juga banyak yang datang ke sana.
Sarapan pagi dengan soto ayam adalah pilihan tepat untuk membuat hari lebih bersemangat. Nasi ditambah soun, daging ayam suwir, dan disiram kuah bening kaya rempah dan potongan tomat. Untuk melengkapi, baru ditambah dengan aneka lauk yang ada di meja. Ada tempe tahu goreng, empal, perkedel, sate brutu, aneka jeroan, kerupuk, peyek, macam-macamlah. Kalau mau cari lauk tertentu tapi tidak ada di meja ya silakan saja ambil ke meja sebelah. Asal minta izin dulu ya sama tetangga. Self service. Bayar juga begitu.
Dua mangkok soto plus lauk macam-macam yang bikin kenyang, kami membayar Rp 46ribu saja.
CAFE TIGA TJERET
Menurut saya tempat ini bagus dan unik. Interiornya sangat menarik – seperti lampu gantung yang dibuat dari puluhan cup plastik membentuk bulatan – dan tempatnya juga nyaman. Dari depan sudah terlihat kalau tempat ini bukan hanya layak untuk dikunjungi anak muda, datang dengan keluarga pun cocok. Hidangannya khas wedangan Solo, yaitu selain macam minuman hangat juga banyak lauk-pauk yang bisa dipilih sesuai selera.
Masuk ke situ, kita langsung melebarkan mata. Ada macam nasi bungkus daun pisang ukuran kecil, ada nasi Oseng Tempe, Nasi Teri, dan yang namanya bikin kaget adalah Nasi Granat. Katanya “Pedas Tingkat Dewa”, hahah… gak lah, gak kuat.
Kemudian lauknya ada kikil, koyor, sate ati ayam, usus ayam, sosis, nuget, sate udang, sate cumi, sate telor puyuh, lalu ada gorengan mendoan, lumpia, dan banyak lagi. Ada satu lauk yang saya lihat sekilas kok kayak kenal, seperti lemper dan dibungkus daun pisang. Ketika saya tanyakan namanya ke Masnya, jawabnya, “Jaddah…!”
“Haa…. sorry, Mas?” saya melebarkan telinga. Sedari pagi memang saya selalu serius kalau mendengarkan orang Solo bicara, karena telinga saya belum terbiasa dengan medoknya Solo, sehingga harus dicerna beberapa lama supaya gak salah mengerti.
“Jaddah…!”
Saya memandang teman saya, dan teman saya mengulangi dengan sama medoknya. Kok ya diulang juga dengan aksen medok, ya sama ajalah. Tak ada bayangan.
Setelah saya makan, ohhh… ternyata ini sama dengan uli ketan. Enak banget lho ternyata. Langsung tambah lagi dua potong, untuk dibawa pulang makan di hotel.
Sekali lagi, kami makan berdua sudah dengan banyak lauk plus minum, tak sampai lima puluh ribu rupiah.
PECEL SOLO
Kalau ke Solo harus cobain pecelnya, gitu kata teman saya. Kami diba di Pecel Solo sekitar jam 10 pagi, dan langsung suka dengan restorannya. Ruangannya artistik, klasik ndeso, bersih, dan instagramable.
Pesanan kami tanpa nasi merah, karena memang hanya kepengen menjajal pecelnya. Sama dengan khasnya wedangan Solo, lauk pauk serupa juga banyak di sini, juga ada cemilan tradisional. Menggiurkan.
Rasa pecelnya mantap. Ditambah es temulawak pula. Biasanya minum temulawak hangat-hangat kan, ini pakai es. Sedaapp.
Bayarnya? Empat puluh delapan ribu! Padahal kami sempat mengira ini mungkin lebih mahal karena tempatnya bagus begitu.
Sampai saya bilang ke teman saya, bahwa lain kali harus datang ke Solo khusus untuk kulineran. Di Solo, udah tempatnya deket-deket semua, harga terjangkau, rasanya pun mantap.
– ZD –
Masalah perut dan lidah, benar, jangan percaya sama driver. Kejadian waktu ke Palembang. Kami bilang ke tempat A dan B (sesuai yang di internet), dia ngotot kalau itu sudah tak enak lagi dan ada penggantinya tempat makan C. Pas dibawa ke tempat C, ASELI KAGAK ENAK. Pas ngotot pengin dibawa ke tempat A dan B dan mencobanya, INI KENAPA LEBIH ENAKKKKK? Kan kesel, ya. Biar kata dibayarin pun kan kasihan yanng bayarin.
Baca ini pagi-pagi. Oh, Tuhan, lapar. Sotonya itu lho, kakkkkk. Memang benar, Solo itu soal harga makanan emang paling jempolan. Masa, di daerah perbukitan di Solo, ada warung kecil (kayak warung indomie gitu) menjual sop Iga. Isi semangkok sop Iganya itu beneran daging semua, kagak tipu-tipu. Kakak tahu berapa harganya? 15rebooooooo aja dong. Dan iganya itu fresh, lunak, dan bisa gergogotin
Itulah. Driver seharusnya tahu banyak tempat rekomendasi orang, yang banyak didatangi turis luar atau lokal, bukan rekomendasi dirinya.
waaah, solo mah surganya makanan murah mbak… even lbh murah dr jogja ;).. tiap mudik kesana aku udh puas kliling2.. di blogku banyak bgt kuliner solo yg aku review 😀 .. eh tp hati2 ya kalo makan di tiga tjeret… beberpa kali aku kesana, dan tiap kali aku slalu nemuin mereka slah masukin item yg aku ga pesen di bill… selalu loh.. kalo pertama kali aku bisa ngira mereka salah itung.. tapi tiap kali dtg kesana, dan kejadian juga ama temenku, aku ga bisa lg bilang itu salah itung.. dan jujur aja jd males sih kesana lagi..
Oohh ya ampun, memang kalau makan seperti ini modelnya kalau kita gak hitung bener2 dan gak teliti, bisa salah juga…
makanannya enak-enak, mengingatkan aku pada makanan di kampung hemm 🙂
Pecel solo nya blm pernah nyobain, duch kangen minum es temulawak, di jakarta susah nyari
Wah kemaren ke solo cuma nyobain soto gading doang, suami orang solo juga jarang kulineran taunya angkringan doang, hahaha, jadi ingat harus posting solo trip edisi kedua, duh lama banget gak keposting :p
http://blog.fentyfahmi.net
aduh jaddah itu enak banget, jd pengen 🙂
baru pernah nyicip soto gading…,
enak bener deh…, tapinya dulu itu makannya di warung pinggir jalan
sama nggak sih..