Di Gili Air ini banyak penginapan, mulai dari yang mahal, hingga murah. Rata-rata konsep penginapan di sini dibuat seperti rumah-rumah, bukan kamar di dalam hotel. Jadi satu kamar itu satu rumah. Atau yang versi hemat untuk rombongan juga ada, seperti hostel.
Omah Gili sendiri, berada di tengah-tengah, sehingga dekat kemana-kemana, termasuk ke pantai tentu saja. Dari Scallywagas, jalan sekitar lima menit, lalu kalian akan menumukan gardu PLN di depan jalan kecil. Belok kiri masuk ke dalam – sekitar lima puluh meter kali, ya – dan ketemulah dengan accomodation satu ini di sisi kanan. Masuk ke dalam, kita akan langsung ketemu dengan pool, kemudian restoran. Anyway, rata-rata penginapan besar di Gili Air pasti menyediakan pool, karena kebanyakan bule selalu cari hotel dengan pool. Yang habis main di laut, biasanya mengademkan diri di air kolam. Meluruhkan lengketnya garam laut di badan.
Suasana rumahan sangat terasa di Omah Gili ini. Pohon-pohon rindang, bunga-bunga, menaungi semua halaman. Katanya nih, untuk membangun kamar-kamar di Omah Gili ini, pemiliknya mendatangkan langsung kayu asli dari rumah-rumah di Jawa sana. Jadi kayu-kayu, pintu-pintu, jendela-jendela, diambil langsung dari rumah-rumah lama, lalu dipasang di sini, sehingga susunannya memang tak simetris. Membuatnya jadi berbeda dan unik. Kamar tidur dilengkapi dengan kipas angin plafon, juga AC. Juga kelambu, karena katanya nyamuk di Lombok ganas. Vay paling doyan dengan kelambunya, main princess-princessan dia. Kamar mandinya juga unik, showernya dari batang bambu. Setiap kena airnya, Vay melepeh terus. Dia bilang di sini air mandinya air mentah, gak enak. Lah Nak, memangnya di Jakarta air mandinya air matang? Hahah…. biasalah kan, air yang dekat laut ya begitu rasanya.
Ada tiga macam room yang bisa dipilih. Ada Geladak, Lumbung, dan Limas, sesuai dengan kebutuhan tamu. Tamu Omah Gili kebanyakan sih tamu bule – pastilah ya, yang liburan ke Gili Air pun kebanyakan bule – dan mereka sangat sunyi.
Yes, sunyi, hahah. Makan di restoran juga para tamu itu berbicara pelan. Omah Gili hanya menyediakan menu breakfast, pesan dulu baru dibuatkan. Tamu harus buka alas kaki baru masuk ke restoran, ya kayak di rumahlah. Ada angklung yang jadi mainan Vay.
Bicara soal sunyi, satu-satunya yang kencang bersuara di sana, adalah Vay. Suaranya memang kenceng banget, jadi kalau kita lagi main, dia ketawa sedikit saja kedengaran kemana-mana. Berenang di depan pun terdengar sampai ke kamar kita. Hadeehh…. saya sampai berulang kali memintanya agak menurunkan volume suaranya, gak enak sama tamu-tamu bule. 😀
Selama dua hari di Gili Air, dan keliling-keliling melihat kota Gili, ternyata banyak penginapan bagus di sisi lain, tapi terlihat kurang terawat. Gili Air sepertinya jadi magnet untuk invest bagi mereka yang berduit, tapi sayang sekali kalau kemudian jadi tak terawat.
Untuk merasakan menginap di Omah Gili ini, rate perkamar-nya Rp 400-500ribuan. Kalau mau reservasi langsung, juga bisa ke websitenya di www.omahgili.com.
tempatnya enak. adem dan sejuk. 🙂 terimakasih postingannya
Kak Zy, duh aku jadi beneran pengin ke sana nih. Thanks infonya, bookmark 😀
ah jadi kepengen ke lombok deh
Beberapa tahun yg lalu ambil paket diving nginep nya disini, lumayan murah dan petugasnya rama2 banget
Wuih. Asyik benerrr….
Jadi teringat sama kolam renang yang berada di penginapan Gili Air ini, enak banget dan dekat sekali dengan laut yang indah.
Salam
Thanks sudah visit kemari 🙂
ah jadi pengen balik lagi ke gili air , syangnya masih belum sempet huhu
tarif kamarnya bisa dikatan standar ya mbak