Secangkir teh susu:
Singapura. Kenapa Singapura? Kenapa orang seperti tak pernah bosan datang ke Singapura? Kalau tanya saya, saya suka Singapura karena di sana kita bisa menjadi diri kita sendiri apa adanya, tanpa harus mempedulikan pendapat orang. Kenyamanan, keamanan, adalah yang utama. Meski dalam kurun waktu terakhir Singapura bisa dikatakan mengalami penurunan kualitas (dari kebersihan dan a little things lainnya yang dulu kelihatan sangat ‘sempurna’), tapi tetap… Singapura seperti magnet. At least, for me.
– – – –
Wiken kemarin saya habis dari Singapura. Jalan-jalan tiga hari bersama teman dan juga membawa Vay. Ini adalah kedua kalinya Vay pergi ke Singapura, tapi kali ini hanya dengan saya saja. Kalau yang pertama kali, yaitu tahun lalu, kita sekeluarga ditambah mbak dan opungnya yang pergi. Kali ini maminya sedang pengen me time bersama anak, daripada nunggu-nunggu jadwal kapan semua bisa, capcus sajalah. Repot amat pake tunggu-tunggu.
Kepergian kali ini kita tidak banyak jalan-jalan mengeksplor kota atau tempat wisata di Singapura. Ke Universal Studio sudah setahun yang lalu, yang Vay langsung lemas begitu melihat badut Kungfu Panda (padahal dia ngefans sama Kungfu Panda tapi gak mau lihat badutnya….. LOL), makanya kali ini USS tidak jadi tujuan.
Rencana yang sudah kami buat adalah: bersantai menikmati riwehnya Singapura, melihat tamannya, mengunjungi kebun binatang, dan misi lainnya, yaitu mencari boots Crocs buat Vay! Saya sudah naksir saat pertama kali lihat akun resminya Crocs nge-tweet pic sepatu boots itu, tapi di Indonesia sudah pasti gak ada, sejak jaman dulu masuknya pasti yang standarrrr melulu. Lalu gak lama saya lihat anaknya teman saya pakai boots yang itu juga, katanya beli di Marina Bay Sands, Singapura Desember lalu. Nah, pas dong. Karena kita sudah booking tiket sejak November untuk terbang di April, saya sudah masukkan jadwal berburu Crocs ini di dalam list. Itu adalah yang paling penting dari semua acara, urusan jalan-jalan ke tempat wisata masih bisa lain kali, tapi boots Crocs gak bisa menunggu, hehee….
Makanya, pikir saya, apa gunanya jauh-jauh ke Singapura kalau ternyata nanggung nyarinya. Jadilah kami mall to mall mencari boots, dan….tidak ketemu juga! Kecewaaaaaa……
Nah, di hari kedua, paginya kan rencana mau ke kebun binatang. Tapi sejak pagi hingga pukul sepuluh, Singapura hujan deras. Dan kami memutuskan membatalkan jalan ke kebun binatang, mengingat kondisi yang basah berarti rentan bau-bauan kotoran hewan. Agak khawatir saja dengan kesehatan, apalagi beberapa teman yang bulan lalu pulang dari Singapore mendadak sakit berbarengan. Jadi akhirnya kami hanya city tour saja, dan mall to mall… shopping . Gak dapat Crocs ya sudah, cari yang lain…
Syukurlah Vay tetap happy, buat dia sih tak masalah mau kemana saja selama ada playground tempat dia bisa main. Booo’…. tolong ya, baru sampai di Changi Airport saja, begitu lihat luncuran, dia langsung buka sepatu dan main di situ. Sore di hari kedua, saat saya tepar karena nyeri haid dan harus menyerah kembali ke hotel, dia tetap santai main saja di kamar hotel. Lalu begitu maminya bangun saat badan sudah enakan, dia bertanya begini: “Mami, perutnya sudah tidak sakit lagi?†“Sekarang sudah gak sakit sih, Nak, mudah-mudahan seterusnya gak sakit juga…†jawab saya. Dan Vay langsung melompat gembira. “Horeeeee….. berarti Mami bisa urus Vayaaa….†Duh kasihan, saya langsung sedih dan merasa bersalah, jangan-jangan dia lapar atau pengen susu tapi gak tega minta ke maminya karena maminya lagi sakit. Langsung kami keluar dari hotel dan makan di restoran di depan hotel. Udang goreng telor asin!
Oya, kami menginap di Santa Grand Hotel di daerah Chinatown. Actually, review hotel ini di internet itu menipu banget. Gambarnya menipu. Kamar yang didapat kecil sekali, kamar mandi saja sempit. Dan ternyata breakfastnya juga sangat ala kadarnya, hanya roti dan telur rebus bo’! Emosi jiwa. Padahal ratenya termasuk mahal, sejuta setengah semalam. Saat memilih-milih akan stay di mana, yang jadi pertimbangan saya pertama adalah: harus hotel dan bukan hostel ataupun apartemen, dengan pertimbangan karena saya bawa anak. Repot kalau misalnya di hostel atau apartemen yang toiletnya sharing. Dan pertimbangan lain juga harus ada breakfast yang jelas, karena Vay makannya kan susah. Dari semua hotel yang diberikan oleh teman saya untuk saya pilih, saya ambil yang reasonable dengan pilihan: akses mudah, bed size besar, hotel berbintang dengan toilet di dalam, juga breakfast. Dan karena belum pernah di Chinatown, kami sepakat ambil di situ. Eh, dasar terjebak, dapatnya hotel biasa-biasa dengan rate mahal. Mending di IBIS saja kayak tahun lalu! Ah, sudahlah, trip berikutnya pilih hotel yang jelas-jelas saja deh.
Vay sangat excited setiap kali naik MRT. Dia tidak mau dipegang, katanya mau nge-tap sendiri, dan mau naik dan keluar train sendiri gak mau dipegang. Duuh…. sok gede banget deh dia. Nanyaaaa terus, mulai dari kenapa di Singapura semua pakai Bahasa Inggris, terus kenapa orang bulenya sedikit, terus kenapa orang Indonesia cuma kita saja (padahal ada banyak, tapi dia gak ngeh saja saat ada yang berbahasa Indonesia di dekatnya).
Menjelang pulang, baru kami pergi lagi melihat Merlion. Vay tetep pengen lihat Merlion lagi meski sudah pernah, kayak belum sah gitu ke Singapura, haha… Dari cemberut saat jalan kaki (padahal turis-turis pada gemes dan senyum-senyum lihat dia, tetep aja dia cemberut), begitu dia lihat patung Merlion dari kejauhan, dia gak sabar. Tiba di depan patung – bersaing dengan turis-turis asal China – kami berfoto berdua dan Vay tersenyum senang. Saat jalan pulang juga dia senyum terus. Jatuh hati kayaknya dia sama Merlion… **foto dengan Merlion saya simpan untuk sendiri saja ya, soalnya sudah sering juga posting foto Merlion dari dekat, udah bosen. Ini yang jarak jauh saja… 🙂
Saat saya tanya padanya, Vay senang gak jalan-jalan dengan Mami? Katanya iya. Syukurlah, toh yang terpenting adalah anak harus happy…. ya kan?
**Kami berlari-lari kencang saat harus mengejar masuk gate, takut telat karena tadi keasyikan muter-muter di dalam airport. Vay sampai ngos-ngosan (apalagi maminya!), lalu saat tiba di ujung, sebelum masuk ke Gate A16, sambil terengah-engah, dia berkata. “Hosh hosh… duh, capek, Mami… Vaya mau istirahat dulu.” Saat saya menoleh, dia sudah belok dan duduk di lantai dan buka sepatu. Oalah… dasar kesempatan ya, dia sengaja berhenti di depan playground yang dia main di hari pertama. Hahah… imuuu…. ilmuuu…
bagi warga Indonesia, singapura masih menjadi salah satu tujuan wisata luar negeri, kalau disana pada saat musim liburan, banyak deh ketemu ama warga Indonesia. Btw… Vay fotogenic… dah sadar kamera… hiihihihii,… Nice shoot mbak.