Disclaimer: Saya adalah fotografer hobby, bukan fotografer profesional ya. Semua yang ditulis di sini adalah berdasarkan pengalaman pribadi, karena banyak yang bertanya saya menggunakan kamera apa dan lensa apa untuk postingan di blog dan juga di Instagram. Jadi saya akan coba sharing di sini. Di postingan akan ada tautan link untuk melengkapi tulisan, ya.
————–
Tidak ada orang tua yang pernah bosan mengambil gambar anaknya, benar gak? Begitu pula saya. Sejak anak masih bayi, saya makin keranjingan mengambil fotonya. Jangankan anak sendiri ya, dulu saat baru punya keponakan (bayi pertama di rumah orang tua di Medan), setiap saat saya fotoin. Jadi wajar banget begitu anak sendiri lahir, makin-makin hobi menjepretnya. Saat itu yang saya punya adalah handphone Nokia dan kamera saku Lumix. Baru kemudian tak lama ayah Vay pulang membawa DSLR bekas, Canon 1000D dengan lensa kit 18-55mm. Ada seorang temannya yang BU (alias butuh uang) jadi kameranya dijual cepat.
Itulah kamera tercanggih pertama saya, dan buat saya sudah cukup memuaskan karena saya bisa mendapatkan gambar-gambar yang tajam dibanding pakai compact camera. Pertama pakai Canon itu saya masih pakai settingan otomatis, dan kemudian pelan-pelan pindah ke settingan A (Aperture Priority) karena mode A itu adalah mode yang paling sesuai saat berada di luar ruangan dan harus cepat mengambil foto.
Seperti sebagian mommy di luar sana yang tidak pakai bantuan profesional untuk belajar, tapi bisa memotret karena latihan sendiri atau belajar bareng komunitas atau pula dari tutorial online, saya pun begitu. Lebih banyak latihan dan latihan sendiri, karena yang penting kan memotret. Urusan teknis saya tidak terlalu mikirin, karena prinsip saya, kamera canggih itu dibuat untuk memudahkan pengguna, bukan untuk bikin pusing.
Postingan ini cocok buat para ibu yang ingin memotret foto anak dengan lebih baik juga untuk fotografer pemula yang ingin berinvestasi dengan kamera baru. Saya tidak mau bicara teknis, karena di luar sana banyak yang lebih jago urusan teknis. Ini hanya sekadar sharing dari seorang ibu untuk ibu-ibu lainnya.
Compact Kamera Terbaik
1.Fujifilm X-30
2. Sony DSC-RX100
Kamera compact jadi favorit karena ukurannya ringkas dan fitur-fiturnya juga gampang digunakan. Sebagian besar kamera compact punya fokus otomatis yang sangat-sangat memudahkan hidup emak-emak saat mau memotret tanpa banyak mikir ya. Untuk kamera compact, lensa zoom sudah langsung terpasang di kamera (built-in). Mode otomatis juga ada tentu saja, selain mode manual bila ingin belajar di saat-saat lowong.
Jika ingin mencari kamera compact dengan alasan kemudahan penggunaan dan kenyamanan, saran saya belilah merk Fujifilm atau Sony. Lebih mudah digunakan dengan kualitas foto seperti DSLR. Pilih yang mid to high-end ya, karena kamera compact yang low-end biasanya fiturnya kalah jauh dibandingkan kamera smartphone.
Sayangnya saya kehilangan contoh foto dari kedua type ini. Fujifilm X30 sering saya pakai untuk kebutuhan reportase di kantor, dan Sony DSC-RX 100 adalah kamera seorang teman yang pernah saya tes pakai juga beberapa kali.
Kamera DSLR Terbaik untuk Pemula
Canon EOS 60D or 70D
Untuk ibu dan fotografer pemula, saya akan merekomendasikan Canon EOS 60D atau 70D (atau type reborn terbaru dari kedua type ini). Saya menggunakan Canon EOS 60D selama beberapa tahun, dan kemudian upgrade ke 70D. Perbedaan utama yang membuat saya upgrade dari EOS 60D ke 70D ada pada menu focus track otomatis saat shooting video, serta punya fitur Wi-Fi yang memudahkan kita segera transfer foto ke handphone kita. Layaknya kamera DSLR, hasilnya pun hampir sama dengan type profesional meskipun jenisnya bukanlah kamera full frame.
Saat membeli Eos 60D pertama kali, saya beli paket dengan lensa kit Canon EF-S 18-200mm atau istilahnya lensa sapu jagat, bisa dapat wide dan juga bisa zoom. Ini lensa yang buat saya memuaskan, sudah saya bawa ke Jepang, bawa ke Bromo, bahkan saya pakai tahun lalu untuk memotret Red Moon. Lensa zoom adalah lensa yang wajib dimiliki, karena anak-anak kan bergerak terus, dan kita tidak mau kehilangan momen dong.
Setelah beberapa lama baru kemudian saya berinvestasi dengan tambahan prime lens karena ingin mendapatkan kualitas foto yang lebih baik. Bisa main bokeh gitu. Lensa prima pertama saya adalah Canon EF 50mm f1.4 USM. Saya suka menggunakan ini bila ingin mengambil foto portrait anak.
Kelebihan DSLR:
- Hasil fotonya sangat bagus baik di screen atau pun untuk cetak
- Lensa bisa ditukar-tukar
- Punya banyak fitur dan pilihan mode memotret atau shooting video, serta bisa pula dapat gambar RAW
- Batre tahan lama
- Body lebih kokoh
- Hasil video juga luar biasa
Kekurangannya:
- Dengan body yang kokoh dan relatif besar, DSLR juga berat apalagi bila ditambah dengan lensa prima atau L-Series
- Harga body dan lensa juga mahal
- Butuh lebih dari satu lensa (meski awalnya saya beli sapu jagat supaya tidak butuh beli lensa lagi, ternyata tetap merasa perlu beli lensa lagi)
Saat ini Canon 70D sudah saya jual, karena saya sendiri sudah mulai merasa berat menenteng DSLR. Tangan tidak kuat menopang body dan lensa yang berat. Tapi untuk satu lensa favorit saya merk Canon masih saya simpan, karena bisa dipakai di body lain dengan converter.
Kamera Mirrorless Terbaik
Tahun 2016 lalu saat mirrorless mulai booming, saya pun tertarik untuk membeli satu kamera mirrorless. Saya memilih Fujifilm X-T10 berdasarkan rekomendasi teman-teman Instagramer, dan langsung jatuh cinta. Kamera X-series yang ini harganya lebih terjangkau dibanding seri lainnya, tapi punya kualitas foto yang hampir sama, hanya beda di fitur. Dibanding DSLR, X-T10 jauh lebih ringkas, plus hasil foto yang bagus. Saya lebih sering menggunakan Fuji mirrorless ini karena ukurannya jauh lebih kecil dibanding DSLR sehingga mudah dibawa ke mana-mana. Jadi ke mana pun pergi, kamera ini selalu ada di tas saya. Dibandingkan DSLR ya buk ibuk, saya merekomendasikan untuk menggunakan kamera mirrorless.
Tahun 2017 pertengahan, bahkan sebelum saya selesai mengoprek X-T10, saya upgrade ke Fujifilm X-T20. Alasannya karena X-T20 sudah touch screen, sensornya 20MP serta beberapa fitur lain yang lebih high-end dibanding X-T10. Ya sebenarnya X-T20 adalah kembaran dari X-T10 dengan fitur lebih baru.
Lensa yang selalu saya bawa kalau traveling adalah lensa kit Fujinon 18-55mm karena lensa zoom ini memang paling terpakai di segala suasana dan satu lensa fix, yaitu Fujinon 35mm f2 WR. Lensa 35mm menurut saya punya jangkauan zoom yang cukup untuk memotret objek, baik orang atau pun makanan, jadi saat ini lensa itu sudah cukup buat saya. Lensa fix 23mm f1.4 juga terbaik saat kita butuh memotret dalam kondisi low light. Memang fix 23mm ini wide, jadi cocok untuk street photography atau traveling. Saya beli tahun lalu saat ada cashback lumayan, jadi bisa terjangkau oleh dompet saya. Hehe..
Yang paling keren dari Fujifilm mirrorless adalah fitur Film Simulation yang memudahkan kita memilih filter warna yang diinginkan. Jadi simplenya adalah, tak perlu post-pro editing berlebihan bila sudah menggunakan filter ini. Sudah 90% jadi. Kalau saya favoritnya adalah Pro Negative High Chrome, karena hasilnya lebih clean dan white.
Kelebihan dari Mirrorless:
- Punya ukuran yang jauh lebih kecil dan lebih ringan
- Hasil foto juga bagus, tak kalah dari DSLR
- Bisa tukar pasang lensa
- Punya banyak fitur dan pilihan mode memotret serta bisa pula dapat gambar RAW
Kekurangan mirrorless:
- Beberapa mirrorless juga memiliki harga yang mahal juga lensanya
- Batre lebih boros (kalau saya pergi untuk memotret landscape, minimal bawa batre cadangan 3 pcs)
- Pastinya butuh lebih dari 1 lensa
- Hasil video tidak setajam DSLR (minimal ini hasil yang saya coba)
Nah, seperti yang sudah ditulis di atas, ketiga jenis kamera punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi memang mommy harus mempertimbangkan semua opsi, mana yang paling cocok dengan kebutuhan dan anggaran.
Bila ingin membeli kamera dan lensa, saran saya adalah membeli langsung ke tokonya agar bisa dicoba langsung. Untuk kamera, karena fotografer pemula tentunya awam urusan teknis, sebaiknya membeli body baru (bukan bekas) karena kita harus memastikan sensor kamera masih bagus (kecuali bila kita kenal pemilik sebelumnya dan tahu bagaimana caranya memperlakukan kameranya). Sekarang banyak toko kamera yang menjual macam-macam pilihan dan memberi penawaran khusus seperti cashback atau gratis aksesoris. Kalau saya, sudah terbiasa membeli di JPC Kemang untuk body, lensa, dan beberapa aksesoris. Aksesoris tambahan yang tidak ada di sana biasa saya beli online langsung dari penyedia merknya.
Nah, bagaimana? Sudah tahu mau beli kamera yang mana? Bila mengalami sedikit kebingungan mau pilih merk apa, coba deh bandingkan di Cameradecision.Com. Membantu banget setelah kita compare satu-satu.
Salam jepret!
-ZD-
Pingback: Tips Memilih Kamera: Pocket, Mirrorless atau DSLR | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Tips Memotret Tanpa Menggunakan Tripod | Mom Travel & Photography Blog - Zizy Damanik