Karena Berkirim Pesan Saja Tak Cukup

Karena Berkirim Pesan Saja Tak Cukup

6

Beberapa hari lalu sebuah email masuk, dari seorang rekan kantor di Medan. Bukan dari teman yang dekat dengan saya atau pun teman dalam small circle saya juga, tapi tentu saja saya mengingatnya, karena kami pernah berada dalam departemen yang sama. Saya mengingatnya sebagai seseorang yang cukup usil atau istilah sekarang kepo ingin tahu urusan orang, dan saya juga ingat saya pasti menghadiahinya dengan kata-kata yang pedas pula.

Rekan saya ini mengucapkan selamat atas pencapaian saya di tahun lalu, dan kemudian saya menyadari bahwa ternyata sebagian teman di sana itu masih memperhatikan saya, alias masih mengikuti perkembangan, padahal saya sendiri bisa dikatakan kurang aware dengan hal-hal seperti ini. Kalau misalnya ingat, baru deh buka Facebook agak lama untuk cari tahu kabar teman-teman di sana, tapi seringnya tak sempat. Tak sempat? Iyaaaa… karena aku tertimbun berkarung-karung pekerjaan setiap hari! Mulai lebay.

But actually ya, setelah kami saling berbalas beberapa email, saya mulai merasa tertohok. Tertohok dan bertanya pada diri sendiri, seberapa jauh sebenarnya saya memperhatikan kehidupan sosial saya, menjaga silaturahmi dengan teman (dan keluarga), menjaga kualitas hidup. Karena saya seorang digital marketer, kurang lebih saya sebenarnya mempertanyakan real engagement rate saya sendiri. Apa sih yang sudah saya lakukan selama ini? Sharing dan komen di social media (sebagai bukti eksistensi diri)? Ada. Sering. Whatsapp-an di tiga empat grup setiap hari? Ada. Sering.

Tapi bukan sekadar engagement di dunia online yang dibutuhkan. Tapi real engagement. Offline. Bertemu, bertatap muka, mengobrol, tertawa, merengut, merepet. So kita bisa tahu bahwa emosi itu real, bukan fake, bukan emoticon palsu di social media.

Dan, kemarin sore, berawal dari janjian – tanpa harapan – seminggu yang lalu dengan seorang teman yang juga lama tak bersua, saya mengajak sekalian beberapa teman untuk bertemu di Gandaria City. Sesuatu yang bisa dikatakan luar biasa sih buat saya karena saya selama ini paling malas kalau diminta janjian di mall di Selatan. Tapi kan ini gak tiap hari juga, dan pas pula semuanya pada bisa datang. Bercerita, bergosip, tertawa, dan kali ini real. Tidak ada yang semu. Tidak ada emoticon palsu.

Setelah pertemuan kemarin, kami semua sepakat bahwa momen itu benar-benar quality time, dan kami harus sering-sering melakukannya. Karena berkirim pesan saja, tak akan cukup. Karena real engagement, itu hanya bisa diukur oleh hatimu, perasaanmu, dan pikiranmu.

#sebuahjanji

Thanks sudah berkunjung ke TehSusu.Com. Subscribe to Get More. Enter your email address:Delivered by FeedBurner

22 Comments

  1. jadi sukses kan ketemuannya
    emang kalau bisa ketawa ngakak bareng teman2 itu bahagia banget, rasa2 jadi anak sekolah lagi, ilang semua yang berat2 di pikiran

    • Zizy

      Ah perumpaan yang tepat Kak Monda.
      Kayak sekolah dulu, ketawa2 sama teman itu bahagia sekali…

  2. heheheheh emotikon palsu, jleb banget buat kita yg sering kasih icon ketawa guling2, tapi muka sebenernya diem tanpa ekspresi

  3. Tapi kalo sudah ketemuan, ntar HP nya di kumpulin yaaa biar ngak sibuk dengan HP masing2 hahahaha

    • Zizy

      Hahah enggak koookkk….
      HP itu hanya untuk update sesekali, tapi lebih banyak ngobrolnya dong…

  4. Baca ini sepulang gathering temen-temen lama yang memang sudah lama sekali ga bertatap muka (meski sering chat & online). Itu pun dipertemukan oleh acara kampus & alumninya bertajuk pertandingan olahraga.

    Bener, sepertinya bertemu, bertatap muka, tertawa bersama harus menjadi agenda rutin ya.

    Karena online saja tak cukup 😊

  5. Jadi tertohok juga nih mba bacanya… diinget2, thn lalu aku ketemuan amasecara real ama temen2 itu kyknya bisa diitung 1 tangan aja -__-.. sisanya palingan melalui wa/bbm.. temen2 yg dulu aku anggab sahabat, kok ya skr ini dipikir2 malah ga prnh komunikasi.. sahabat apa aku ini -_-… 2016 perlu bikin resolusi ttg sosialisasi di dunia nyata kayaknya

  6. Makanya, kak.. Sering-seringlah kita piknik *disepak ke Medan*

    Piknik yuk kita. Bukan piknik bawa kerjaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *