Jalan-jalan Korea Selatan – Gagahnya Mount Seorak

Jalan-jalan Korea Selatan – Gagahnya Mount Seorak

Mount Seorak
Mount Seorak
(disclaimer: ada banyak foto di postingan ini)

Rasanya belum puas tidur ketika morning call berdering. Ternyata di Korea ini, waktu malam itu lebih pendek dari siang. Saat saya mengatur jadwal sholat di aplikasi, waktu Maghrib itu jam setengah delapan, kemudian Isya itu jam sembilan malam, kemudian waktu subuh adalah jam 3.15 pagi. Pantas saja ya jam 4 pagi hari sudah terang.

Malam sebelumnya kami menginap di sebuah hotel yang terletak tidak jauh dengan tujuan wisata selanjutnya, yaitu Mount Seorak (Gunung Seorak atau Seoraksan). Namun karena setelah dari Mount Seorak kami akan langsung lanjut ke Seoul, maka sudah harus bangun sejak pagi dan bersiap kembali dengan semua barang bawaan.

Sedikit informasi tentang Gunung Seorak yang saya dapatkan dari situs Visitkorea menyebutkan kalau Gunung Seorak adalah gunung tertinggi ketiga di Korea Selatan, setelah Gunung Halla di Jeju Island dan Gunung Jiri di Gyeongsang Selatan. Terletak di sisi timur Korea Selatan, Seoraksan adalah pegunungan bebatuan, yang tersusun atas granit dan gneiss. Arti nama Seorak adalah “Seol” artinya salju, dan “Ak” artinya big mountain, karena salju di gunung ini tidak akan meleleh untuk waktu yang lama sehingga menjaga bebatuan di gunung ini tetap dalam keadaan putih permanen. Sejak tahun 1965, kawasan Seoraksan ini ditetapkan sebagai kawasan pelestarian monumen alam, dan areal wisata di sekitarnya pun diberi nama Seoraksan National Park.

Dalam perjalanan sehari sebelumnya menuju hotel, saya sudah melihat puncak-puncak putih keperakan ini dari bus. Keren! Gagah! Mengingat umumnya pegunungan di Indonesia adalah pegunungan hijau, maka melihat gunung puncak putih begini tentu menciptakan pengalaman dan rasa tersendiri. Namun saya harus katakan, untuk urutan gunung salju yang sudah pernah saya lihat, keagungan Mount Fuji masih tetap terindah sampai saat ini.

(Entah ya kalau nanti saya bisa lihat entah Puncak Jaya atau Carstenzs Pyramid. But anyway, mungkin tidak tepat kalau dibandingkan, karena Puncak Jaya kan ada di daftar 7 Puncak Tertinggi Dunia)

ADA APA DI DALAM SEORAKSAN?

Rombongan kami tiba di Seoraksan National Park sekitar jam 8 pagi. Di dalam taman ada patung beruang salah satu iconic tempat berfoto para turis. Karena kami cukup banyak, dan semua mau foto sendiri-sendiri, jadi ya mengantri dong ya. Di belakang kami sudah ada rombongan orang Korea yang menggerutu tak sabar ingin segera foto.

(Hiihh please deh, gak sabar amat, kalian kan bisa tiap hari datang ke sini)

seoraksan_3114

Rencananya kami akan menyeberang ke salah satu puncak Gunung Seorak dengan menggunakan cable car (kereta gantung). Jadwal cable car paling pagi adalah jam 9, dan karena kami pasti akan berebutan dengan wisatawan lainnya, maka Onni Lusi – tour guide kami – sudah membeli tiket dulu dan mewanti-wanti agar semua orang sudah ready lima belas menit sebelum jadwal penyeberangan pertama.

Sambil menunggu, kami jalan-jalan dulu menikmati isi taman Seoraksan ini. Di dalam Soeraksan National Park, ada sebuah patung Budha yang sangat besar. Katanya patung itu mempunyai arti sebagai harapan agar nanti bangsa Korea bisa bersatu kembali. Kemudian bagi pengunjung yang juga ingin memberikan doa, di sana ada dijual lempengan dari batu (seperti genteng) yang bisa ditulis dengan doa dan harapan.

seoraksan_3152

seoraksan_3159

“Loh kok ada yang pakai Bahasa Indonesia, Mi?” Vay heran ketika menemukan sebuah lempengan batu dengan tulisan Bahasa Indonesia berada di deretan atas pula. Sure, karena ini adalah perjalanan pertama Vay mengunjungi tempat yang bisa dikatakan ada sedikit unsur “wisata religi”nya, pasti belum ada dalam bayangannya ada orang Indonesia yang memanjatkan doa sejauh ini, ke  luar negeri.

Lempengan batu untuk DOA
Lempengan batu untuk DOA

Di dalam areal ini, selain patung Budha, juga ada beberapa kuil besar, restoran, hingga vending machine untuk kopi.

Pengen beli tapi takut ribet banyak bawaan
Pengen beli tapi takut ribet banyak bawaan

Oh iya, selama di sana saya melihat banyak orang Korea yang datang pagi untuk mendaki Gunung Seorak. Umumnya berpakaian untuk mendaki dengan ransel kecil di pundak, topi, juga tongkat jalan yang ramping. Salutnya banyak di antara mereka yang sudah lanjut usia. Badannya kecil-kecil, langsing-langsing.

Tak lama, sudah tiba saatnya untuk naik cable car, kami  pun berjalan kembali ke arah pos cable car. Ada sebuah taman bunga yang sangat cantik yang memaksa saya untuk melewati dan mengambil foto di sana. Ditambah dengan kupu-kupu hitam yang agresif yang tak pernah saya lihat di Indonesia, deretan bunga ini jadi spot bagus yang gak boleh dilewatkan oleh bidikan kamera dong, ya. Nah, saat sedang mikir bagaimana supaya bisa foto bareng Vay (mau minta tolong teman saya, eh doi juga lagi foto-foto), ternyata universe mengabulkan harapan saya. Ada seorang Oppa paruh baya berpakaian ala pendaki, tersenyum ke saya dan menawarkan diri untuk memotret (dengan memberikan isyarat).

(Aduh, Bapak ini baik sekali!)

Dia pun menjepret kami dua kali, dengan sebelumnya memberi aba-aba dalam bahasa Korea. Entah apa yang dibilangnya, tapi dugaan saya sih, menghitung 1 2 3. (Udahlah iyain aja, pokoknya itu pasti aba-aba..)

seoraksan_3187

“Kamsahamnida!” kata saya menunduk sendikit. Si oppa sedikit terkesiap dan senyumnya langsung melebar jadi tawa sebelum dia kemudian mengatakan sesuatu dalam bahasa Korea. Dari Onni Lusi, saya dapat pembelajaran, bahwa orang Korea senang sekali kalau ada turis yang bisa berbahasa Korea.

Ah, what a wonderful morning ya. Ketemu lagi dengan orang baik. Seperti sebuah quote: “making one person smile can change the world”.

SAATNYA NAIK CABLE CAR

Luar biasa deh antrian untuk naik cable car. Meski sudah membeli tiket lebih awal, kami tetap menunggu giliran karena cable car hanya muat hingga 40 orang, dan kami harus memastikan dapat kereta yang cukup menampung rombongan kami 21 orang ini.

Begitu cable car tiba dan kami naik dengan sedikit berdesakan, saya langsung menyisip ke dekat jendela agar bisa melihat keluar. Lembah dengan pepohonan hijau terlihat nun jauh di bawah, sementara di depan mata bebatuan putih siap menyambut kami. Cable car ini menuju ke atas, dan melaju cukup cepat. Saya percaya kalau kereta gantung yang kami naiki ini pasti terjaga maintenancenya, karena feeling gak boong. Meski kami menaik tinggi dan cepat, tapi terasa stabil dan aman.

Hanya butuh 5 menit untuk sampai ke pos seberang. Tiba di pos bukan berarti sudah tiba di puncak ya. Kita masih harus mendaki lagi selama kurang lebih 15 menit menyusuri track yang sudah tersedia. Beberapa ibu di rombongan kami yang sudah cukup berumur memilih tak ikut ke atas karena tak kuat mendaki. Mereka menunggu saja di pos, sambil ngopi-ngopi cantik.

Nah untuk orang yang tak pernah mendaki, awalnya saya sempat ragu, ini sebenarnya masih jauh gak sih ke atas? Tapi kan sudah sampai di sini, masa iya gak naik? Rugi amat ya. Paling hanya lelah sedikitlah.

Maka, mendakilah kami ke atas. Mendaki cantik sih sebenarnya ini, karena enaknya adalah, jalur tracking sudah sangat proper. Seperti di sisi yang curam diberi pagar (sepertinya dari bambu dan bukan besi) yang halus dan bersih. Beneran bersih, saya sampai mengelus-elus, kok bisa pegangan bisa sebersih dan semulus ini. Tidak kotor, tapi juga tidak licin. Sungguh terawat. Kanan kiri pun tidak ada kotoran. Kemudian anak tangga dari batu yang berupa pijakan juga kering, tidak licin. Ada lapisan karet yang melapisinya.

Dalam hati saya mengagumi bagaimana pemerintah Korea menjaga pariwisatanya. Ini sih keren sekali, semuanya teratur, bersih, terawat, pantas saja turis tak bosan datang ke sini. Satu lagi yang saya note dari Korea adalah, hampir tak pernah saya menemukan toilet kotor selama ada di sana. Toiletnya pun FULL tissue! Bahagia rasanya buat saya yang paling takut gak ketemu tisu.

Dasar gak pernah olahraga ya, kan, di tengah perjalanan ke atas mulai mengeluh, kapan sampainya nih? Vay pun mengeluh bilang kakinya capek. Tapi saya yakinkan bahwa kalau naik begini gak boleh sering-sering istirahat, nanti saja di atas. Terus kan malu kali yaaa.. sama orang-orang Korea yang barengan naik, haha. Itu mereka yang naik ke atas mulai dari anak kecil sampai opa dan oma lanjut usia, lho! Dan mereka jalannya selo aja gitu, kayak gak ada beban. Yang tua-tua jalan tetap pakai tongkat, tapi santai.

Haaaaah…. Dan kami sampai juga di atas! Meski lelah tadi saat mendaki, tapi tiba di atas ini memang rasanya luar biasa. Pemandangannya menakjubkan! Ini sih cocok buat piknik di sini, pikiran itu langsung melesat di kepala. Akan tetapi tetap harus hati-hati karena tidak ada pembatas pagar dengan tepian, hanya diletakkan papan peringatan agar pengunjung hati-hati dengan kemungkinan tergelincir. Sambil merekam sekeliling, ekor mata saya menjaga bayangan Vay agar tak hilang dari pandangan. Eh, ternyata dia sudah duduk santai di batu (ya iyalah ya di sini batu semua), menikmati semilir angin gunung yang merasuk ke badan. Memang cuaca di sini dingin (meski terik) karena angin yang kencang, makanya Vay sudah pakai jaket dengan hood, agar leher dan telinga terjaga dari angin. Kalau saya cukup dengan long john dan pashmina saja.

seoraksan_3208

seoraksan_3230

Puncak yang kami daki ini hanya salah satu dari puncak Seoraksan, dan ini adalah puncak terendahnya. Sementara itu puncak tertingginya adalah 1708meter, dan butuh waktu kurang lebih dua belas jam hiking untuk dapat mencapai puncak tersebut. Ayo ayo yang kuat mendaki harus coba mendaki di sini.

Kami di atas sekitar dua puluh menit dan turun kembali. Kali ini kami ada di sisi kanan, agar bisa berpegangan pada pagar. Cuaca sudah mulai terik, tapi pengunjung yang naik ke atas tetap banyak. Dan yang sekadar menunggu santai di pos juga banyak. Kan bisa sambil makan ice cream atau cemilin roti. Saya pengen sebenarnya, tapi kan gak fair kalau Vay gak boleh makan ice cream tapi emaknya boleh. Dia sudah makan ice cream sehari sebelumnya di Nami Island, kalau terus-terusan apalagi dengan cuaca yang berbeda begini, takutnya jadi batuk. Jadi rasa kepengen ice cream saya simpan saja di dalam hati. Hahah..

Di dalam cable car, kembali kami ada di sisi jendela. Cable car turun dengan cepat dan smooth. Kami kembali ke pos awal, untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Seoul.

Untuk menikmati foto-foto lainnya bisa dilihat di Flickr.

TAPI…

Tapi sebelumnya, karena perjalanan cukup jauh, kami mampir dulu untuk makan siang di restoran yang kemarin malam kami datangi juga. Menu untuk lunch yang kepagian (masih jam 10.30) adalah bulgogi. Bulgogi ini sih kayak semur daging kalau di Indonesia, beda utamanya di dagingnya yang tipis-tipis. Rasanya? Heemmm, enak bangeeeeettt…! Ini beneran. Vay sampai lahap begitu makannya, sampai beberapa kali minta tambah dagingnya.

(Boleh Nak, boleh. Kita dapat sewajan, kok!)

seoraksan_3244

Nah, sebagai penutup cerita Mount Seorak ini, saya sisipkan videonya di sini juga. Ada scene dimana saya mengambil bagian curamnya Seoraksan, tapi pesan saya: jangan ditiru kalau gak yakin.

Bagi yang sudah nonton videonya, kasih tahu ke saya pendapat kalian ya tentang Mount Seorak. Tertantangkah untuk mendaki gunung ini?

-ZD-

27 Comments

  1. Evi

    Cerita maupun foto-fotonya cantik Mbak Zy. Hebat Vay bisa ikutan tracking sampai ke atas. Wajahnya bahagia banget. Sukaaaa ?

    • Evi

      Duh itu gak usah pakai tanda tanya. Sori salah pencet 🙂

    • Zizy

      Iya untung deh Vay hepi ikutan tracking… belum bosan..

  2. waaaaaa, foto2 n videonya bikin ngiler 🙂

    “Bagi yang sudah nonton videonya, kasih tahu ke saya pendapat kalian ya tentang Mount Seorak. Tertantangkah untuk mendaki gunung ini?”
    tertantang bangettttt, memacu adrenalin tuh buat naik ke puncaknya
    tapi, kalo ke Korea pengen ke kawasan Gangnam ah *penasaran gara2 lagu Psy

  3. wah seru ya mbak. tapi setelah lihat jelas dari video kayaknya klo bawa si K belum cocok neh kesini. takut dia kejar kejaran kan ngeri ya. mana anaknya gak bisa disuruh berenti lagi kalau lagi maunya.

    • Zizy

      Bener banget. Kalau bawa anak kecil, kita harus ekstra perhatian karena sampai atas ya gak ada batas pinggirnya..

    • Zizy

      Kereta gantung paling keren yang pernah saya naiki ini Mbak..

  4. Seru bangat baca ceritanya Mba, apalagi dimanjakan dengan foto-foto yang keren. Sukaa! 🙂

  5. Masya Allah foto-fotonya! Gak berkedip awak mandangnya. Kakakku ini memang juaralah. Ceritanya jugak mengalir enak dibaca. Doakan suatu saat aku bisa ke sana. Tapi kalok mendaki gunung belum berani awak, Kaaak.

    • Zizy

      Hihi bisa aja Kak Haya ini, awak menulis biasa aja…
      Tapi ini mendakinya cuma sebentar sih, 10-15 menit dah sampai, gak terlalu curam juga jalurnya… ada pegangan kanan kiri. Bolehlah istirahat2 dikit… hehe..

    • Zizy

      Iya, Man. Beda gitu rasanya berdiri di gunung batu!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *