parenting remaja

6 Tips Buat Orang Tua Membangun Komunikasi Dengan Remaja

Membangun komunikasi dengan remaja bukan hal yang mudah bagi setiap orang tua. Ini karena (saya sudah pernah tulis juga tentang ini) remaja berada di usia yang canggung, merasa sudah bukan anak-anak lagi, dan ingin dianggap serius sama orang tuanya, padahal karena pertumbuhan otak yang memang masih berkembang, mereka sebenarnya belum dapat mengontrol emosi dengan baik. Perubahan pada remaja ini yang sering membuat orang tua terkejut dan mengakibatkan hubungan orang tua dan anak menjadi jauh.

Gak mau kan kita jadi jauh sama remaja kita? Orang tua memang harus memiliki hati seluas samudera, meski ekstra sabar menghadapi remaja keras kepala

Beberapa tips di bawah ini bisa kok diterapkan untuk menjahit dan memperbaiki kembali masalah komunikasi yang sempat terjadi. Yang paling penting adalah, antara orang tua dan anak mengetahui perasaan masing-masing. Khususnya orang tua, di masa era digital sekarang, perkembangan remaja kita melaju sangat pesat sehingga banyak perubahan yang harus diadaptasi. Sudah tidak cocok lagi kalau orang tua memaksa anak agar mendengarkan dan mengikuti semua yang dikatakan orang tua, pandang remaja sebagai calon individu dewasa yang punya opini sendiri.

membangun komunikasi dengan remaja

Tips Membangun Komunikasi Positif dengan Remaja

Ada alasan kenapa remaja dan orang tua sulit berkomunikasi. Di mata orang tua (seperti saya), salah satu alasannya karena merasa sudah tidak bisa lagi mengatur anak, merasa anak sekarang berbeda dengan dia ketika kecil. Ya iyalah ya, kan anak bertambah besar, sudah punya pemikiran sendiri, sudah lebih kritis, jadi haris dipahami. Tindakannya yang sering menjawab-jawab belum tentu bagian dari tindakan membangkang. Orang tua harus berusaha untuk lebih memahami anak remajanya, agar komunikasi yang baik bisa dibangun.

Berikut tips yang bisa dicoba parents untuk membangun komunikasi yang positif dengan remaja, simak ya.

1. Buka telinga lebar-lebar dan dengarkan 

Mendengarkan adalah salah satu kunci komunikasi, ini sudah jelas, kita semua pasti tahu. Nah, remaja cenderung blak-blakan ingin mengeluarkan apa yang dia inginkan, dia rasakan dan dia pikirkan. Yuk, karena itu parents semua mesti menyediakan, dengarkan apa yang anak sampaikan.

2. Jangan Diceramahi

Percakapan yang tepat adalah dua arah, jangan melulu “menceramahi” anak dan memaksa anak mendengarkan. Ini tidak akan berhasil dalam membangun komunikasi dengan remaja malah sebaliknya anak akan merasa dihakimi dan orang tua egois. Tidak apa-apa sekali-sekali menegur anak, misalnya dia sudah sering melanggar peraturan yang disepakati, namun usahakan berkomunikasi dengan kepala dingin. Karena kalau tetap memaksa, orang tua juga yang lelah, karena dalam kondisi tersebut remaja jelas akan memberikan gestur penolakan.

Baca juga: Cara Orang Tua Menjaga Kesehatan Mental Anak Selama Pandemi

3. Tetap tenang saat anak bersikap emosional 

Ketika anak menunjukkan ekspresi emosi negatif, katakanlah menangis atau marah, jangan terbawa emosi. Tarik napas dalam-dalam, usahakan tetap tenang dan keluarkan rasa empati itu, sebab saat itu sebenarnya anak kita sedang dalam masa sulit, dia kewalahan menghadapi situasi.

Contohnya kalau anak Anda marah-marah karena merasa dikasih nilai jelek sama gurunya, jangan buru-buru menyalahkan dia yang tidak belajar. Berempatilah, misal dengan berkata, “Dulu Ibu juga pernah dikasih skor jelek sama guru.” Lalu perlahan tanyakan padanya bagaimana ceritanya, menurutnya kenapa dia bisa mendapatkan nilai jelek.

Atau kalau anak lagi nangis diam-diam, dan mengunci pintu kamar, sabar. Mungkin baru putus sama teman istimewanya, jadi beri waktu padanya. Katakan baik-baik, seperti, “Ya sudah, nanti kalau lapar, ada makanan di meja ya.”

Dengan berempati, anak kita akan cenderung lebih membuka diri. Jangan langsung menghujaninya dengan banyak pertanyaan karena anak sedang dikuasai oleh emosi, sedang labil dan tidak bisa berpikir jernih. Tunggu saja sampai suasana hatinya sudah baik, dan biarkan dia yang bercerita.

4. Menghormati pendapat mereka

Terkait dengan poin pertama, kalau orang tua sudah belajar mendengarkan itu artinya orang tua pun sudah bisa menghormati pendapat anaknya. Orang tua tidak selalu benar, lho, karena itu belajarlah memberikan respek terhadap pendapat yang keluar dari mulut remaja. Memang sih belum tentu juga dia benar, tapi minimal mendengarkan saja, buat mereka itu sudah cukup di awal-awal. Kalau sudah begitu, maka lebih mudah kan untuk membangun komunikasi.

5. Hindari besar-besarin masalah

Hanya karena berbeda pendapat, ya jangan sampai marahan serius dong! Masalah kecil ya sudah sederhanakan saja, jangan dibesar-besarkan. Orang tua harus menciptakan komunikasi yang lebih sederhana dan simpel, dan jangan lupa sampaikan juga pada anak remaja Anda, bahwa Anda ingin kedua belah pihak saling mengerti.

6. Jangan berusaha menjadi orang lain

Maksudnya bagaimana? Membangun komunikasi yang lancar itu harus ada rasa saling mengerti, jadi orang tua harus tetap menjadi dirinya sendiri, yaitu sebagai orang tua. Tidak perlu memaksa menjadi teman atau istilahnya sok gaul kayak remaja. Sewajarnya saja, agar anak tetap memiliki hormat pada orang tuanya, dan mungkin akan merasa bangga memiliki orang tua yang asyik. Eh ini bukan berarti kita tidak boleh mencoba menjadi teman mereka, tapi pada kenyataannya kita adalah orang dewasa dan kita bukan temannya. Jadi orang tua yang asyik tidak berarti tidak boleh menjadi diri sendiri, kan?

Kesimpulan

Parenting remaja jaman sekarang beda dengan jaman dulu. Jaman orang tua kita dulu tidak seperti sekarang yang bisa dengan mudah mendapatkan literasi bagaimana mendidik remaja dengan benar, jadi berbahagialah orang tua jaman teknologi sekarang.

Happy parenting parents!

Jangan ragu untuk share dan PIN grafis berikut ini ya.

Tips Membangun Komunikasi Dengan Remaja


Sumber: Child Mind Institute

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *