Beberapa hari lalu, saat sedang berkumpul dengan para sepupu di rumah kerabat, kami para orang tua cukup panjang membahas tentang wacana sekolah tatap muka bisa dibuka kembali pada awal tahun depan. Satu hal yang kami garisbawahi adalah, kenapa wacana sekolah bisa dibuka kembali ini mencuat? Sementara dikbud menyerahkan keputusan pada pemda, padahal sekolah juga butuh protap yang jelas agar bisa meyakinkan orangtua murid.
Karena banyak orangtua yang mulai merasakan kerepotan dobel saat anak bersekolah di rumah. Bagaimana coba kalau kedua orangtuanya bekerja, harus masuk kantor sementara sekolah belum dibuka? Siapa yang menemani anak belajar di rumah?
Sekarang saja, rutinitas pagi orangtua kadang bisa sangat berantakan: bikin sarapan terburu-buru, menyiapkan anak-anak untuk ke sekolah (yang kalau sekarang mereka harus standby dengan manis di depan komputer, laptop atau tablet), lalu bersiap untuk kerja, dan sebagainya. Seperti tulisan di artikel sebelumnya mengenai manajemen waktu, menjadi fleksibel memang perlu, biar tidak stress, ya kan?
Oke. Lalu bagaimana caranya memulai hari dengan catatan positif, agar sisa hari pun jadi lebih enak dijalani, meski dalam hati pasti tercetus, “Duh, ini aja jadwal udah padat banget, mau mengubah rutinitas gimana lagi?”
Ada beberapa penyesuaian super mudah nih yang bisa dilakukan, yang akan membuat perubahan yang lumayan.
Begitu bangun, rapikan langsung tempat tidur
Masih ingat kan lagu jaman kanak-kanak, bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku. Mengajarkan kerapihan sejak kecil adalah hal yang sangat baik.
Sebagian orang mungkin ada yang berpikir, ngapain juga dirapikan nanti kan kusut lagi. Tapi, hal kecil seperti ini sebenarnya jadi satu poin penting yang bisa membuat perasaan jadi lebih positif, karena begitu kita menyelesaikan satu hal kecil, kita akan terdorong untuk lebih produktif.
Kemudian, bila kita terbiasa menjadikan aktivitas-aktivitas kecil sepert membersihkan kamar, menggosok gigi, menyiram tanaman, menyapu halaman sebagai kemenangan-kemenangan kecil setiap harinya, efek positifnya adalah perasaan kita jadi jauh lebih baik dan positif.
Pakai alarm yang santai
Paling bener sebenarnya adalah bisa bangun secara alami tanpa bantuan alarm. Untuk bisa begini memang harus membiasakan diri dulu dengan bantuan alarm, dan kemudian lama-lama tubuh akan terbiasa untuk bangun di jam yang kita inginkan. Seperti saya biasanya membuat alarm di jam 3.30 pagi, lalu menunggu waktu subuh. Setelah itu, beristirahat lagi sampai jam 5.30. Dan setelah itu sudah terbiasa bangun bahkan sebelum alarm berbunyi.
Hindari menggunakan alarm yang berisik, karena alarm berisik akan membuat badan tersentak kaget dan perasaan juga jadi terburu-buru. Pakailah dua tiga jenis alarm, dengan musik yang moodnya berbeda, agar alam sadar bisa menangkap bahwa sudah saatnya bersiap untuk hari yang baik.
Ada juga alarm yang bisa mensimulasikan matahari terbit, ini membantu nih buat anak-anak yang susah bangun pagi.
Nikmatilah rutinitas itu
Rutinitas pagi memang dirancang untuk mengurangi repotnya kita pada pagi hari sebelum bekerja, dan lain lain, tapi sebagian dari rutinitas itu sebaiknya adalah untuk hal-hal yang benar-benar kita nikmati.
Menyiram tanaman, mendengarkan musik, atau membaca buku sambil minum kopi di taman misalnya. Apapun rutinitas itu, meskipun mungkin tak banyak waktu untuk menikmatinya, tapi intinya adalah menikmatinya agar memberi kesan di kepala dan hati. Efeknya bukan hanya meningkatkan rasa bahagia karena bersyukur atas hari baru, tapi juga dapat menyehatkan diri secara mental.
Rutinitas pagi sebenarnya tidak hanya to-do list apa yang harus dikerjakan tiap hari, tapi dalam rutinitas mesti ada sesuatu yang membuat kita merasa senang bangun setiap pagi.
-ZD-
Pingback: Mudah Bangun Pagi dan Produktif Dengan Bardi Smart Wake Up Light | Life, Parenting & Travel Journal Mommy Blogger
Pingback: Biar Balance dan Gak Pusing Saat Bekerja Sekaligus Mendampingi Anak Belajar di Rumah | Life, Parenting & Travel Journal Mommy Blogger