Palembang: Pempek, Pindang, dan Pemain Bola

Cuaca panas menyambut ketika saya dan dua orang rekan tiba di Palembang, hari Minggu lalu. Pesawat kami mendarat jam 8.25 pagi, memang sedikit terlambat dari jam yang tertera di boarding pass, namun apalah arti terlambat sedikit, yang penting bisa mendarat dengan selamat, meskipun sempat bergoyang-goyang saat akan menyentuh landasan, ditambah pilot yang mengerem mendadak di ujung landasan.

Meski sudah mendapat jatah snack di pesawat, namun tentu beda rasanya dengan sarapan pagi makanan khas di kota tujuan. Perjalanan dari bandara ke kota pun kami lewati dengan perut setengah lapar.

Pempek Beringin Radial

Saat kami tanya ke driver, orang Palembang biasa sarapan paginya apa, dia memberikan beberapa pilihan. Namun tanya punya tanya ke teman di Palembang, ya mereka di sana sarapan pagi ya pempek. Jadi katanya itu pagi, siang, atau pun malam, pempek tetap makanan favorit. Ya sudah, kami langsung menuju ke rekomendasi yang diberikan, yaitu Pempek Beringin. Pempek Beringin ini punya beberapa cabang, termasuk outlet di bandara dan beberapa hotel, namun yang kami datangi pagi itu adalah cabangnya di Jalan Radial No. 2890, Palembang.

Pempek Beringin Radial

Pempek Beringin Radial

Buat saya, pempek yang enak adalah pempek yang kuah atau cuko-nya tidak terlalu pedas. Memang soal pedas itu tergantung selera masing-masing, namun saya termasuk orang yang lebih suka aman. Gak mau macam-macam dengan pedas daripada perut bermasalah. Dan ternyata enak juga nih pempek Beringin, cukonya pas. Apalagi ternyata mereka juga jual makanan kecil lainnya: sate kerang. Meski tak sama rasanya dengan sate kerang ala Medan, saya bisa katakan sate kerang ini enak.

Sate kerang di Pempek Beringin Radial

Sate kerang di Pempek Beringin Radial

Selain makan di tempat, kami juga memesan pempek untuk dibawa pulang. Karena kami akan seharian di luaran, jadi kami minta pempek diantar sore hari ke hotel. Dan tidak ada biaya tambahan juga. Jadi no worries, tinggal terima beres untuk ditenteng pulang. Ya, gak banyak-banyak jugalah, secukup yang makan di rumah.

Pesan Pempek untuk dibawa pulang ke Jakarta

Jembatan Ampera

Katanya, main ke Palembang belum sah kalau tak main ke Jembatan Ampera yang terkenal itu. Dan kami yang bisa dibilang hanya punya waktu sedikit, menyempatkan main juga ke sana, melewatinya saja dan mengambil fotonya meski tak sempurna. Seharusnya kan ambil fotonya dari jauh gitu kan ya biar dapat full, tapi apa dikata driver kami mengantar kami langsung ke jembatannya. Ya sudahlah, daripada tak ada sama sekali. Coba kalau datangnya malam hari, tentu bisa dapat view jembatan dengan cahaya lampu.

Jembatan Ampera

Pindang Patin

Ini dia, salah satu makanan enak Palembang yang wajib dijajal kalau ke Palembang. Pindang patin. Sebelum mengejar waktu untuk ke Jakabaring, tentu harus makan siang dulu yang enak. Mampirlah kami di Rumah Makan Sri Melayu, di Jalan Demang Lebar Daun/Samping Istana Gubernur.

“Kepala atau tengah?” tanya pelayannya. Saya sempat mikir, kenapa harus kepala dan tengah saja ya? Apa gak ada ekor? Dan apa gak ada yang seekor? Habis kita biasa makannya seekor, jarang makan sepotong-sepotong. LOL.

Aduh ya ampun, pindang patin yang kami makan itu memang sedap bukan main…! Perpaduan cita rasa asam, manis, dan pedas, dimakan dengan nasi panas, plus disajikan juga dengan sambal mangga, dan rebusan. Sluurpp! Pastikan ke sini jangan dalam kondisi diet, itu saja pesannya. Karena kalau gak gagal dietnya, ya rugi karena gak merasakan nikmatnya.

Pindang Patin

Pemain Bola

Kembali, urusan kali ini adalah masih tentang sepak bola. Kali ini ke Palembang, bertugas kembali untuk – again – menonton pertandingan bola dalam laga Indonesia Soccer Championship. Kali ini, big match antara Sriwijaya FC dan Arema Cronus FC berlangsung di Stadion Jakabaring, salah satu stadion terbaik bertaraf internasional. Stadion keren ini juga menjadi markas dari klub sepakbola Sriwijaya FC.

Saat kami bertemu Indra, pengurus di sekretariat Sriwijaya FC untuk mengambil access ID, kami sudah diwanti-wanti agar tidak terlalu siang kalau ke Jakabaring karena kalau sudah lewat jam dua siang pasti macet, sementara match akan mulai jam 4 sore.

Jadi, menurut rencana, kami akan mewawancara resmi pelatih Sriwijaya FC, Coach Widodo C. Putro dan salah satu pemain legend Indonesia, Firman Utina. Namun, ketika sedang di lobby Arya Duta menunggu videographer yang baru tiba dari Jakarta, baru sadar ketika lift terbuka dan keluarlah pria-pria muda dengan badan tinggi-tinggi atletis. Mereka adalah para pemain Arema Cronus, dan rugi banget kan kalau kita tidak memanfaatkan kondisi itu. Feb, kontributor kami langsung bergerak cepat, meminta izin pada Coach Milomir Seslija untuk meminta testimoni singkat dari beberapa pemain Arema FC untuk dinaikkan di social media, dan diizinkan. Tapi tentu saja ada aturannya, bahwa pemain tidak boleh diganggu saat makan siang. Jadilah kami duduk lama menunggu sampai mereka selesai makan. Oleh Coach, kami diberi beberapa pemain, termasuk Ryuji dan kiper, Kurnia Meiga.

DSCF6281_a

Tiba di Jakabaring jam setengah tiga, kami bertemu dengan Anto, pengurus Sriwijaya FC, yang kemudian membantu kami untuk interview Coach Widodo dan Firman Utina. Coach Widodo kelihatan sedikit tegang – karena sudah masuk waktu persiapan sebelum tanding tapi masih diminta interview (maaf ya Coach kami telat)– namun Bang Firman Utina terlihat sangat relaks dan juga sangat humble. Kami pun saksikan sendiri kalau Firman Utina ini adalah seorang legend ketika kami sudah duduk di bangku penonton dan melihat bagaimana piawainya dia menggocek bola.

Firman Utina, Sriwijaya FC

Dibanding match sebelumnya yang saya tonton di Bandung, match kali ini benar-benar panas. Kita sempat deg-degan di bangku, karena penonton di sekeliling marah-marah terus. Coach Arema dimarahinlah, wasit disuruh gantilah. LOL. Tapi memang di pertadingan kemarin, Arema diserang terus oleh Sriwijaya, dan kami, dua cewek yang gak paham bola ini, akhirnya sepakat bahwa para pemain Sriwijaya FC, meski badannya kalah besar dibanding para pemain Arema FC, tapi lincah dan jago! Tapi kiper Arema FC, Kurnia Meiga buceri itu juga hebat, berkali-kali berhasil menggagalkan serangan. Dan big match kemarin berakhir seri, 1-1. Kedua klub yang sama kuat, persahabatan antar kedua fans club juga terlihat selama pertandingan. Gonzales, tetap jadi idola. Selesai pertandingan juga dikerubuti local fans.

Keluar dari Jakabaring, padat merayap. Kami makan sop dulu (sebenarnya soto, namun orang Palembang menyebutnya sop) di sebuah rumah makan, baru kembali ke hotel. Pempek saja sudah tiba dengan selamat di hotel, jadi kami juga butuh istirahat.

Berikut adalah cuplikan video berisi pesan dari Firman Utina. Silakan ditonton ya.

Senin pagi, kami sudah berangkat kembali ke Jakarta. Sampai ketemu lagi, Palembang. Warm city, warm people also – especially for para kru Sriwijaya FC yang sudah sangat membantu. Semoga next time bisa visit Palembang lagi.

Untuk sisa foto bisa dilihat di Album.

Thanks sudah berkunjung ke TehSusu.Com. Subscribe to Get More. Enter your email address:Delivered by FeedBurner
Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

24 thoughts on “Palembang: Pempek, Pindang, dan Pemain Bola

  1. Pingback: Yang Ultimate dari Terminal 3 Ultimate – Soetta | | TehSusu.Com - a special blend of an emotional mommy

  2. pempek makan lgs di palembang itu blm pernah aku rasain :D.. ga pernah nih nginjakin kaki kesana… untung aja di jkt bnyk resto pempek enak ya mba, walopun ttep sih masih penasaran mw cobain dr kota asalnya lgs 😀

Leave a Reply to Zizy Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *