perbedaan street photography dan human interest

Perbedaan Street Photography dan Human Interest: Mana Gaya Fotomu?

Street Photography vs Human Interest: Apa Bedanya?

Dua Genre Fotografi yang Sering Disamakan

Dalam dunia fotografi, dua genre yang sering bikin bingung para pemula bahkan kadang fotografer yang sudah cukup lama pun— adalah street photography dan human interest. Kedua genre ini sama-sama melibatkan manusia, situasi nyata, dan momen yang tidak direkayasa. Tapi apakah keduanya sama? Atau punya garis pemisah yang jelas?

Saya juga dulu pernah menganggap keduanya serupa. Tapi seiring berjalannya waktu dan jam terbang bertambah, saya makin sadar bahwa keduanya punya filosofi dan pendekatan yang berbeda. Dan menurut saya, memahami perbedaan street photography dan human interest itu penting. Bukan hanya biar nggak salah kaprah, tapi juga supaya kita bisa lebih bijak dalam memilih pendekatan dan mengeksekusi karya.

Di artikel ini, saya akan ajak kalian membedah keduanya—dari sejarah, pendekatan, hingga bagaimana menentukan genre mana yang lebih cocok buat gaya kalian.

Definisi & Sejarah Singkat

Street photography adalah genre fotografi yang merekam kehidupan sehari-hari di ruang publik. Fokusnya bukan selalu pada manusia, tapi pada momen, emosi, dan komposisi yang terjadi secara spontan. Fotografi jalanan sudah ada sejak awal abad ke-20, dan berkembang pesat berkat fotografer seperti Henri Cartier-Bresson, yang dikenal dengan pendekatan candid dan komposisi “decisive moment”-nya.

Sementara itu, fotografi human interest lebih menyoroti emosi dan cerita personal dari subjek manusia. Biasanya, genre ini punya tujuan sosial atau dokumenter—memotret orang dalam konteks kehidupannya, seperti potret anak-anak di pedalaman, lansia yang bekerja, atau kisah perjuangan seseorang. Banyak foto jurnalistik human interest menjadi jendela empati bagi publik terhadap realitas yang tidak semua orang alami secara langsung.

Walau keduanya menggunakan pendekatan dokumenter, perbedaan street photography dan human interest bisa dilihat dari niat, intensi, dan pesan yang ingin disampaikan.

Subjek dan Pendekatan dalam Kedua Genre

Street photography biasanya tidak melibatkan interaksi antara fotografer dan subjek. Bahkan dalam banyak kasus, subjek tidak sadar dirinya sedang difoto. Tujuannya adalah menangkap momen nyata dan autentik. Kita berburu ekspresi, gestur tubuh, atau bahkan interaksi antara objek dan latar dalam satu frame yang kuat.

Sebaliknya, human interest photography membutuhkan pendekatan yang jauh lebih dekat dan personal. Kita perlu membangun hubungan terlebih dahulu, berinteraksi, mungkin juga berbicara untuk memahami konteks kehidupan subjek. Tujuan utamanya bukan hanya menangkap wajah atau emosi, tapi juga menyampaikan narasi di balik foto itu.

Contohnya, saya pernah memotret seorang ibu pencari kerang di pantai. Sebelum saya angkat kamera, saya ajak dia mengobrol dan saya bantu dia korek-korek batu besar membalik-balik cari kerang. Dari sana, kami mulai ngobrol, tertawa, dan akhirnya saya minta izin untuk memotretnya. Hasilnya? Potret yang bukan hanya estetik, tapi juga punya “jiwa”. Tentu saja menurut saya.

foto human interest ibu pencari kerang

Contoh Karya dan Proyek Foto Masing-Masing

Beberapa contoh karya street photography yang legendaris bisa kalian lihat dari Bruce Gilden yang suka memotret wajah-wajah eksentrik di jalan New York, atau Joel Meyerowitz yang juga sangat layak dijadikan referensi.

Mereka punya karya yang tajam, spontan, dan seringkali membuat kita senyum atau merenung. Beberapa contoh foto street photography yang memorable adalah potret siluet pedestrian di New York atau orang tua sedang membaca koran di trotoar Tokyo.

Sementara itu, karya foto human interest terbaik bisa dilihat dari proyek-proyek seperti “Humans of New York”, atau dokumentasi tentang pengungsi oleh fotografer seperti Steve McCurry. Ada kisah nyata, ada penderitaan, ada harapan—semuanya tersampaikan lewat satu foto.

steve mc curry Discovering the World Through the Lens of Steve McCurry ...

Bahkan di pasar lokal pun banyak momen untuk foto human interest pasar, seperti bapak tua yang masih mengayuh becak atau anak-anak bermain lumpur tanpa alas kaki. Asalkan kita hadir sebagai manusia dulu, baru fotografer.

foto human interest pasar

Mana yang Cocok Buat Kalian?

Kalau kalian suka berjalan kaki menyusuri kota, mengamati dari kejauhan, dan memburu momen tanpa interaksi langsung—street photography di pasar, terminal, atau jalanan kota bisa jadi pilihan ideal. Kalian hanya butuh kamera, sepatu nyaman, dan naluri komposisi.

Tapi jika kalian lebih suka ngobrol, membangun kedekatan dengan subjek, dan ingin menyampaikan pesan kemanusiaan—maka memotret human interest dengan etika dan penuh empati adalah panggilan kalian. Di sinilah pentingnya pendekatan personal.

Buat saya pribadi, saya menikmati keduanya. Tapi di masa-masa tertentu, terutama saat saya sedang ingin “connect” dengan sesama manusia, teknik foto human interest lebih menyentuh hati saya. Apalagi kalau bisa bercerita tentang kehidupan yang jarang terlihat oleh publik. Ada kepuasan batin ketika subjek kita tersenyum dan bilang, “Terima kasih sudah mendengarkan cerita saya.”

Dan jangan salah, tidak ada yang lebih baik antara keduanya. Sama seperti memasak: ada hari ketika kita ingin masak cepat saji, dan ada hari ketika kita ingin masak rendang dengan cinta selama 3 jam.

Kalau sudah siap menjelajah, jangan lupa baca juga tips street photography sebagai bekal praktis untuk kalian yang ingin turun ke lapangan.

foto street photography yang menggugah

Kesimpulan: Foto yang Menyentuh Butuh Rasa

Baik street photography maupun human interest, semuanya butuh satu hal utama: rasa. Bukan sekadar teknik atau gear, tapi rasa empati, rasa penasaran, dan rasa hormat terhadap subjek.

Di dunia visual storytelling, kita bukan hanya pencatat, tapi juga penerjemah perasaan. Entah itu dari foto jurnalistik human interest, konsep foto human interest di desa, atau street photography di pasar yang berantakan tapi jujur—semuanya punya kekuatan yang bisa menyentuh banyak hati.

Jadi, apa itu street photography dan human interest? Dua genre yang beda niat, beda pendekatan, tapi sama-sama penting. Pilih yang paling cocok buat kalian, atau seperti saya: peluk keduanya dengan penuh cinta.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.