Ngobrol tentang fotografi lagi yuk. Kali ini tentang street photography.
- Apa itu street photography?
Street photography intinya adalah tentang mendokumentasikan kehidupan sehari-hari dan masyarakat di jalanan. Fokus dari genre fotografi adalah subjek yang menjadi point of interest di ruang publik. Dan genre fotografi ini biasanya dilakukan secara terbuka, bebas saja tanpa sepengetahuan subjek. Jadi kalau kita lagi jalan ke stasiun lalu kita memotret petugas kereta api yang sedang memandu kereta masuk ke peron, maka tentunya kita tak perlu lari dulu menghampiri di bapak untuk ngasih tahu kalau kita mau memotret dia kan? Di situlah kita mendapatkan peluang untuk mendapatkan foto yang berbicara.
Namun street photography juga bukan tak mungkin berupa sebuah gambar yang sudah diatur sebelumnya. Mungkin saja saat sedang berjalan mencari objek, kita ketemu seseorang yang cukup kuat karakternya untuk menampilkan cerita kita sebagai tukang foto, maka kita bisa mendatanginya dan meminta izin untuk memotret, mungkin pula dengan sedikit pengarahan. Saya sering melakukan ini, sebab dengan demikian saya bisa membangun sebuah koneksi dengan subjek yang akan difoto.
Baca juga: Cara Agar Foto Tetap Tajam Tanpa Menggunakan Tripod
Apa sih yang paling penting saat mau melakukan street photography? Street photography itu menyenangkan, hampir sama dengan traveling, karena intinya adalah adalah bagaimana kita keluar, jalan berdua dengan kamera kita dan menikmati suasana. Perlu diingat bahwa tujuan kita adalah untuk menangkap emosi, kemanusiaan dan kalau beruntung maka bisa menggambarkan karakter seseorang. Dan memang harus banyak latihan dalam melakukan bidikan, agar bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
Kali ini saya ingin berbagi tips bagaimana agar street photography bisa sukses. Simak terus ya!
1. Menggunakan lensa terbaik
Lensa terbaik itu yang bagaimana? Setiap fotografer yang suka memotret street biasanya punya andalan lensa sendiri yang memang sudah dirasa pas dengan selera dan gaya memotret streetnya. Tapi saya tidak menyarankan menggunakan lensa telefoto, karena ini terlalu mencolok. Perhatian orang akan tertuju pada lensa termos kita sehingga niat mengambil gambar dengan diam-diam mungkin tak tercapai.
Saya biasa menggunakan lensa wide 16-35mm atau pakai lensa kit 18-55mm. Poinnya adalah gear yang tidak terlalu mencolok, sehingga bisa berbaur di tengah keramaian. Bila kalian punya kamera pocket maka akan lebih baik lagi karena lebih ringan, kecil, dan tidak mencolok.
Beberapa foto di artikel ini saya ambil menggunakan lensa wide dan juga fix lens. Beberapa juga sudah saya crop agar mengikuti frame yang sesuai di blog ini.
2. Pengaturan kamera
Ini adalah satu hal yang sebenarnya juga suka saya lupakan. Sebab biasanya saya mulai turun ke jalan atau ke pasar saat sudah selesai melakukan foto lanskap, dan settingannya masih manual. Kuncinya: jangan mulai menjepret street photography sebelum mengecek ulang pengaturan.
Tujuan dari street photography adalah menangkap momen dengan cepat. Maka pindahkan pengaturan ke AV (aperture priority) dan lakukan pengaturan f-stop dan ISO secara manual. Dengan mode ini kamera akan menentukan eksposur yang sesuai.
Kalau hari cerah, coba gunakan f/11 dengan ISO 200-400. Jika kamera memberikan settingan shutter speed di bawah 1/80 maka ada resiko bidikan jadi kabur, kecuali kalau kita memang ingin membuat efek blur, ya gpp. Kalau demikian, maka naikkan sedikit bukaan aperture. Tapi bila ingin aman, tak ada salahnya kok kalau mau menggunakan settingan P (otomatis). Pengaturan otomatis akan sangat membantu bila situasi sudah mepet, seperti misalnya kita berada dalam posisi sulit untuk mengontrol kamera.
3. Mendekati subjek
Alangkah baiknya melangkah mendekati subjek, agar bisa melihat lebih jelas objek dan situasi sekitarnya. Untungnya bila kita membawa wide lens adalah, secara visual di dalam kepala kita sudah bisa membayangkan akan selebar apa jangkauan frame yang dibidik (meski harus memotret diam-diam tanpa mengintip), sehingga bila kita mendekat pun kita tetap bisa mendapatkan jangkauan foto yang baik.
Namun, bila kita ingin mengambil objek dengan lebih detail dan dalam jarak yang pas, maka menggunakan lensa fix 50mm-55mm masih sesuai. Seperti contoh foto di bawah ini, saya pakai lensa 55mm dan diambil dari jarak 1-2 meter. Seperti settingan ya, tapi memang saya setting agar komponya pas, terlepas dari pendapat yang mengatakan bahwa street photography tidak terlalu penting komposisi, karena biasanya kita harus cepat menangkap momen.
Baca juga: Memotret Human Interest, Caranya Bagaimana?
4. Bawa terus kamera kemana-mana
Street photography sifatnya spontan dan ril. Nyata berjalan seperti waktu. Kamera adalah alat untuk membuat cerita yang dibayangkan di kepala kita menjadi nyata, karena itu jangan sampai ketinggalan kamera. Dalam street photography ada yang namanya momen yang menentukan, dan ini biasanya hanya sekian atau sepersekian detik, jangan sampai kehilangan momen itu.
Contohnya? Ketika saya hendak memotret di stasiun BNI beberapa waktu lalu, mendadak kereta lewat dengan cepat, dan saya kalah sigap, meskipun sudah pegang kamera. Sepersekian detik. (Makanya gak dapat fotonya)
5. Memotretlah tanpa melihat
Iyes. Yang dimaksud di sini adalah, turunkan saja kamera sampai di pinggang sebelah kanan atau di perut. Perbanyak candid. Tujuannya tentu saja agar tidak “terbaca” oleh subjek sehingga situasi benar-benar tertangkap natural. Semakin kita hapal dengan kamera dan lensa yang dipakai, maka semakin mudah membayangkan visual yang akan didapat dengan jepretan candid itu.
6. Percayalah pada ide dan persepsi sendiri
Seringkali kita terus berada di dalam kotak saat mengikuti konsep street photography dengan meyakini bahwa untuk membuat sebuah cerita harus ada manusianya. Padahal sebenarnya tidak harus begitu, karena sebuah cerita bisa terkondisikan baik ada manusia maupun tidak ada.
Kesimpulan
Street photography butuh banyak latihan. Semakin sering dilakukan maka mata akan terlatih begitu pula kepercayaan diri. Street photography tidak butuh banyak manipulasi atau editing macam-macam seperti pada genre portrait atau landscape, kadang begitu saja alias SOOC sudah cukup bagus kok. Ada sebagian yang suka menggunakan mode black and white photography dalam memotret suasana street, tapi pada dasarnya itu hanya masalah selera. Yang memiliki cerita adalah fotografer itu sendiri, jadi puaskan dan bebaskan diri bermain dengan warna ataupun sebaliknya.
Seperti dikatakan di atas, ciptakan persepsi sendiri. Karena persepsi yang dimiliki akan membuat kita jadi lebih kreatif memperhatikan detail dalam membuat cerita. Kemudian percaya juga pada insting, dan bersiap untuk menanti momen menentukan itu.
Ide dan emosi yang kuat adalah output yang diinginkan dari street photography, itu sebabnya persepsi dan insting adalah dua hal yang harus diasah. Plus latihan tentu saja.
-zd-
(*if you are interested in having the photo above for editorial needs, contact me for more information)
Pingback: Tips Tetap Produktif Saat Puasa Ramadhan 2021 | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Gaya Asyik Para Skateboarder - Street Style Photography | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Street Ballet Photography Ideas di Jakarta | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Cara Memotret Street Fashion Photography di Malam Hari | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Cara Memotret Fashion Street Photography di Malam Hari | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
wow, bagus bagus fotonya… cakepp, suka!
berkah banget nih hari ini bisa menemukan blog ini, thank you kak.
Btw, aku juga udah pake beberapa dari tips-tips street photography ini, dan betul… yang penting itu sering latihan, sering keluar dan memotret, tapi PRku sampe sekarang adalah belum berani mendekati objek atau sosok yang ingin kufoto dan berharap dapat foto portraitnya.
Thank you kak! auto follow dan masuk top blogwalking nih,
mau jalan-jalan dulu di blog ini, mau lihat-lihat dulu.
Makasihhhh udah mampir. Saya mampir balik yaa…
nah ini.. kadang orang mikirnya, street photography itu ya biasanya bareng sama traveling..
aku juga suka motret banyak hal. lebih suka mengandalkan kamera ponsel. dulu punya DSLR pas belajar teknik foto, tapi akhirnya lebih suka dengan fotografi ponsel. keterbatasan (dan kecanggihan) si kamera ponsel ini menurut saya juga menarik. dan saya malah hampir gak pernah melakukan olah foto, misal mainin saturasi, dsb, murni dari hasil pemrosesan si ponsel. paling ya cuma cropping.
dengan ponsel, motret secara candid juga lebih gampang, dan ngga mencolok mata. namun lagi-lagi, ada aturan privasi yang membuat saya kadang berpikir untuk tidak mengambil foto, apalagi menyebar. di Jerman, aturan pengambilan foto orang di ruang publik pun cukup ketat.
saya sendiri malah suka motret obyek-obyek yang saya anggap menarik. karena memotret obyek ini, lebih aman daripada memotret manusia. walau beberapa orang bilang, foto tanpa manusia seolah-olah tidak ada “nyawa”-nya..
Handphone jaman now memang sudah canggih-canggih dan sangat support baut yang hobi street photography. Cuma diriku kok lebih suka ya ngintip dari balik kamera, haha..