Waktu akhir minggu kemarin pergi ke Bandung, seorang teman berpesan: jangan lupa makan enak di sana, ya! Tapi ya boro-boro mau kulineran di Bandung, mau cari tempat makan yang enak untuk makan malam saja gak ketemu, karena sudah pada tutup.
Saya dan dua rekan sekantor memang ke Bandung bukan untuk urusan jalan-jalan. Kami ke sana untuk menjalankan kewajiban, yaitu untuk nonton pertandingan match Persib Bandung vs Persela Lamongan di laga ISC 2016, dan kembali dengan cerita untuk IM3 Ooredoo. Membawa rombongan videografer juga kontributor, perjalanan ini bisa dibilang komplit ceritanya, mulai dari lelah, lucu, dan konyol. Dan saya suka bila bepergian itu dapat banyak cerita.
Naik Kereta Api Argo Parahyangan
Perjalanan ke Bandung kami tempuh dalam waktu tiga jam naik kereta api. Lumayan pegal karena menurut saya seat-nya tidak terlalu empuk meski duduk di kelas eksekutif. Karena ini pertama kali ke Bandung naik KA, cukup ngeri saat melintas di rel kereta Padalarang. Karena benar-benar jalan di atas rel yang kanan kirinya jurang.
Pria Berseragam Memang Lebih Ganteng
Masuk hingga ke lapangan bola, di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, adalah pengalaman pertama saya. Kalau tiga tahun lalu masuk ke GBK hanya melihat dari bangku penonton untuk menonton Vay yang jadi escortnya John Terry, lalu dua tahun lalu masuk ke Camp Nou namun tidak turun sampai ke lapangan rumputnya, kali ini ya turun langsung masuk ke lapangan. Meninjau lokasi ceritanya. Rumputnya bagus juga, terawat, bersih. Dan namaya juga bertugas, berarti harus ada #barbukfoto dong, dan kami dengan cuek mejeng di depan gapura TSC. Padahal saat itu ada sepasukan polisi sedang gladi resik. Sementara yang muda-muda cuek dan – mungkin – agak terkesiap melihat kami ‘mengganggu’ gladi resik mereka, komandannya cemberut, hahah. Ih, Pak, kan sama-sama lagi tugas, boleh dong. Dan benar, bahwa yang namanya narsis tak pernah pilih-pilih profesi. Buktinya polisi-polisi ini, selesai gladi resik langsung foto-foto sampai berkali-kali. Lalu tak lama, salah satu komandan mereka memberi kode untuk mengajak kami foto bareng para polisi itu. Tentu saja kami tak keberatan. Kapan lagi bisa foto bareng polisi tidak pakai deg-degan? Coba kalau papasan di jalan raya, lihat polisi angkat tangan saja jantung sudah mau copot. LOL.
Begitu FOTO BARENG POLISI diaplod, wowww hampir semua orang memberi komentar: ganteng-ganteng! Ayo Pak Komandan, besok jangan serem-serem lagi ya.
Nonton Bola adalah Family Leasure
Sejak kecil, olahraga yang saya kenal sebagai family leasure adalah badminton dan tinju. Papi saya suka sekali dengan kedua cabang olahraga tersebut, sehingga kami anak-anaknya juga terimbas hobinya. Setiap ada pertandingan di televisi, pasti menonton bersama. Memang sih hanya nonton di TV, tapi keseruannya tetap luar biasa.
Nah, Jumat lalu itu, banyak juga orang tua yang datang membawa anaknya menonton Persib bertanding.
Sangat kentara terlihat bahwa menonton pertandingan bersama keluarga, kerabat, dan para sahabat, adalah family leasure. Duduk di area VIP, yang berarti adalah area bagi para pemain cadangan dan juga para keluarga, saya bisa lihat para keluarga pemain, yang datang untuk memberikan support. Kemudian para penonton lain juga selalu datang bersama keluarga. Dan persiapannya itu, lho. Kami dikepung oleh orang-orang yang bawa persiapan piknik lengkap. Sebelah kiri saya, pertama saya lihat buka botol air putih besar. Oh, cuma minum, pikir saya. Lalu tak lama, keluar termos, isinya teh panas. Saya membuang muka. Lalu tak lama, mulai mereka membuka sebungkus kacang tojin. Omaakk… harumnya. Lalu tak lama lagi, mulai keluar nasi bungkus. Haaa? Saat menoleh ke kiri belakang, sedang buka plastik kerupuk. Menoleh kanan belakang, sebaris penonton lagi makan kue lebaran! Aaaahhh… dan kami hanya bisa menelan ludah, karena tak punya apa-apa. Ya habis tak sempat beli apa pun. Tiba di stasiun langsung cari tempat makan dan kemudian langsung ke stadion. Kirain akan ada kafe di sekitarnya, namun tak ada. Ya sudahlah ya, nikmati saja harumnya.
Bagaimana keseruan nonton bola? Sudah pasti seru sekali, namanya juga nonton langsung di stadion. Energi dan semangatnya sangat terasa. Di awal babak kedua, kami pun beranjak pulang, setelah satu gol diciptakan Persib Bandung ke gawang Persela Lamongan. Sudah pukul setengah sebelas malam, sudah mulai lelah. Mencari tempat makan di jalur pulang tapi tidak ketemu yang cocok, akhirnya biar mudah kami singgah ke McD saja. Jauh-jauuuuhh ke Bandung, makannya mekdi juga, hahaa….
Setelah itu baru ke hotel, saatnya beristirahat karena esok harinya sudah akan kembali ke Jakarta.
Pokemon Master Di Mana-mana
Tak bisa dipungkiri kalau demam Pokemon memang ada di mana-mana. Saya juga termasuk yang lagi gandrung dengan Pokemon. Rasanya tangan ini gatel ingin buka Pokemon terus. Siapa sangka, selama di Bandung selalu ketemu Pokemon yang bagus-bagus yang saya belum punya. Di hotel saja pun, waktu di restoran, sebelah kita juga sedang berburu Pokemon.
Lucu tuh, waktu kita lagi jalan keluar dari gang, habis dari Kartika Sari. Mendadak muncul Onix. Langsung panik dan tidak bergerak. Soalnya kalau lagi dilempar bola dan kita bergerak, takutnya lama-lama hilang Pokemonnya. Baru sadar ketika tukang parkir dari seberang sana memanggil, “Bu, Bu! Itu ada taxi di belakang mau keluar.†Hahaha…. baru kami ke pinggir, sambil ngomel juga, ngapain ini taxi memaksa lewat sini, kan udah tahu ini gang sempit. Untung dapat Onixnya. Yeah, lumayanlah ya, main Pokemon untuk hiburan biar gak bosan.
Parkir Inap di Gambir Aman Kok
Saya tipe orang yang lebih suka memarkir kendaraan di bandara ketimbang naik taxi ke bandara. Lebih hemat! Dan lebih aman! Rasanya lebih nyaman nyetir sendiri ketimbang disupirin orang lain, apalagi biasanya kalau naik taxi ke bandara, supirnya suka ngebut, biasalah, suka asumsi kalau ke bandara harus kejar pesawat kan?
Nah, parkir inap di Gambir adalah pengalaman pertama kemarin itu. Agak ragu kira-kira kayak apa sih tempat parkirnya, apakah se-proper di Bandara Soetta. Apakah aman atau tidak. Kemarin itu, saya tidak menemukan plank yang menuliskan “PARKIR INAP†tapi sama petugas diarahkan ke arah Pintu Utara, di bawah jalur REL parkirnya. Jadi tidak kena panas atau hujan.
Dan ternyata aman, kok. Tidak berkurang satu apa pun, kecuali berdebu sedikit tentu saja karena menginap semalaman. Untuk biaya parkir, tarifnya sama dengan tarif parkir di bandara Soetta. Satu jam pertama Rp5000 dan jam selanjutnya adalah Rp4000/jam.
Sebenarnya ya saya belum puas karena belum kulineran, dan belum belanja ke RuMod. Tapi kenapa saya pilih pulang cepat ketimbang menginap semalam lagi dan pulang hari Minggu? Karena kalau saya disuruh memilih, mau wiken di Bandung sendirian atau wiken di Jakarta bersama Vay, ya pastilaaahh memilih wiken sama anak tersayang. Si Pipi Gembil.
terakhir nonton bola lgs di GBK pas liverpool datang dulu :D.. stlh itu blm prnh lagi ngerasain serunya nonton bola di stadion .. 😀
duuuh itu pak polisinya memang cakep2 ya mbak.. dan tinggi2 banget ;D… jomplang bgt pasti kalo aku foto ama mereka juga ;p
Iyaa ternyata memang seru lho nonton di stadion.
Ceritanya seru….selalu bikin iri saya. Meskipun menjadi silent reader, sekarang saya beranikan diri keluar dari sarang. [Maklum saya tidak pandai dalam menulis…, malu aja kalau komentar di blog yang keren]
Terima kasih Mba Rani sudah bersedia membaca blog sederhana ini…. 🙂
omaigaatttt pak polisinya ganteng-guantenggg hahaha, seru ya mb tugasnya bs.sekalian jalan2 and nonton pertandingan bola live..sy belum pernah sama sekali wkk
Alhamdulillah tugasnya bisa sekalian nambah wawasan nih.. 🙂
Foto bersama yang berseragam itu kayaknya memang gimana gituuu,,
Mungkin ke Bandungnya lain kali harus bersama Vay yang udah semakin gede dan semakin seperti teman.
Iya, enaknya memang jalan tuh bawa Vay…
foto no 2 asyik tuh mbak, dikelilingi pak pol jadi mirip film so-close yang dibintangin karen mok n shu qi 🙂
asyik, udah ada parkir inap, soalnya 2 bulan lalu saya tanya ke admin via twitter (https://twitter.com/KAI121/status/738300288612720640) katanya ga ada…
btw, perjamnya lumayan mahal juga hehehe
Kalau parkir inap model kayak di Bandara Cengkareng memang tidak ada. Parkiran biasa, cuma di bawah rel jd ga kena panas gitu. Tarif memang normal. 🙂