Kemarin itu saya menerima sebuah pesan dari Instagram saya yang bilang, “Hasil fotonya tajam sekali. Detail. Bagaimana caranya?” Komentar dan pertanyaan seperti ini sudah sering juga masuk di DM Instagram. Yang kemudian berujung pada pertanyaan kameranya apa.
Terus terang, untuk urusan foto, saya memang selalu ingin (bisa) mendapatkan hasil dengan gambar yang tajam. Jadi kalau ada foto yang tak terlalu tajam, biasanya itu karena ada satu dan lain hal yang terjadi saat kegiatan memotret.
Karena untuk menjawab pertanyaan di atas tidak bisa singkat dan pastinya gak cukup kalau via menu Instagram direct message, maka saya pikir mungkin lebih tepat bila saya coba buatkan artikel untuk menjawab pertanyaan itu. Barangkali nanti kalau ada pertanyaan yang sama lagi, saya bisa merefer mereka ke artikel ini.
But eniwei, saya hanyalah seorang ibu yang suka memotret, mulai dari anak, model, hingga landscape. Yang saya lakukan untuk mendapatkan hasil gambar tajam saat memotret anak mungkin tidak bisa diaplikasikan untuk genre fotografi lainnya seperti landscape atau macro. Namun trik yang saya share mungkin lebih berguna bila pembaca adalah portrait photographer, yang menggunakan kamera dslr atau mirrorless dan memotret dengan available light.
Sebenarnya ada banyak faktor untuk menghasilkan gambar yang tajam, itu sebabnya saya bisa katakan bahwa ini adalah topik yang agak rumit, karena saya sendiri bukan gak pernah mengalami gambar tidak fokus (sering sekali, sampai sekarang!). Kadang kita sudah fokus tapi lalu gambarnya kok buram, atau sebaliknya kita berhasil menjepret anak yang sedang berlari cepat, eh tapi ternyata tidak fokus.
Rahasia sebenarnya adalah memahami semua faktornya dan menggabungkannya. Ayo kita lihat caranya.
1. Belajar Menggunakan Fokus Manual
Kamera sekarang umumnya dilengkapi dengan fitur auto focus yang bisa dengan tepat membidik sasaran. Masalahnya belum tentu yang dipilih oleh kamera adalah sama dengan fokus yang kita inginkan. Dengan fokus otomatis, umumnya kamera akan memilih fokus pada area yang memiliki kontras tinggi di dalam frame, atau memilih objek yang terdekat dengan kamera.
Settingan umum, titik fokus pasti ada di sisi tengah. Tapi, komposisi yang bagus tidak melulu harus di tengah. Bisa di kanan atau di kiri, atur sendiri dari tombol navigasi fokus di kamera. Kalau saya, selalu berpegang pada konsep rule of thirds.
Untuk memudahkan mencari fokus manual, in case kita juga masih ragu dengan apa yang dilihat oleh mata, jangan lupa mengaktifkan focus peaking di menu Setting kamera. Fungsi utama fitur ini adalah menampilkan objek yang sudah berhasil fokus dengan warna berbeda.
2. Mau pakai Auto Focus? Boleh.
Kalau kita ingin memotret anak atau anggota keluarga yang aktif bergerak, pastikan untuk memilih dynamic AF mode. Fitur ini akan membantu kita mendapatkan fokus dengan cepat ketika anak sedang bergerak.
3. Kuasai Shutter Speed
Beberapa gambar terlihat kabur saat kita memencet display di LCD. Tapi ketika kita zoom untul lihat lebih dekat, baru kita sadar bahwa gambar kabur itu bukan karena ada fokus yang terlewat, tapi karena motion-motion yang kabur. Ini adalah efek yang terjadi ketika shutter speed yang kita pakai tidak cukup cepat untuk nge-freeze gerakan subjek yang kita foto.
Di dalam buku panduan ada aturan praktis untuk memudahkan, yaitu menggunakan shutter speed at least 1/focal length. Jadi kalau misalnya kita pakai lensa 200mm, maka usahakan untuk menjaga shutter speed pada 1/200 atau lebih cepat lagi. Meskipun sebenarnya, itu tidak cukup juga, karena ada resiko guncangan kamera membuat gambar jadi blur. Apalagi bila tangan kita tak cukup kuat menenteng kamera dan lensa berat. (Seperti yang sering saya alami)
Patokan yang saya pakai untuk memotret anak atau model (bukan untuk foto landscape ya) adalah menggunakan Shutter Speed selalu di atas 1/250. Kalau untuk anak-anak yang berlari, saya akan naikkan lagi sampai 1/500 atau 1/800, bahkan sampai 1/1000. Silakan dicoba sendiri agar bisa mendapatkan feelnya, dan pastinya bisa menghasilkan foto-foto dengan gambar tajam.
4. Kenali Depth of Field
Depth of field adalah area pada gambar yang tampak tajam dan terfokus. Saat kita mengarahkan fokus pada suatu titik, maka hanya titik tersebut yang fokus, yang lain (belakang atau depan) akan terlihat buram atau tidak fokus.
Namun, kelemahan dari memotret dengan bukaan besar adalah depth of field-nya jadi sempit. Di sini, resiko kehilangan fokus cukup tinggi, misalnya ada pergerakan kecil terjadi dan keluar dari fokus sempit tadi.
Bahasan tentang DoF ini cukup kompleks, karena ada tiga hal yang mempengaruhi, yaitu jarak fokus utama dari kamera, bukaan aperture, sampai focal length.
Contoh gampangnya adalah, bila kita memotret subjek dengan lensa 50mm dan bukaan f/1.4 dan fokus pada mata, maka mulai dari hidung dan sekitarnya akan kelihatan buram, karena DoF sangat tipis sehingga tidak bisa mencakup mata dan hidung di saat yang sama.
Singkatnya bukaan aperture yang lebih lebar dan jarak fokus yang lebih dekat akan mengakibatkan Depth of Field yang lebih sempit. Beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengontrol DoF adalah mengatur angka aperture dan jarak fokus.
Praktis yang saya lakukan selalu adalah, dengan menggunakan bukaan yang tidak terlalu lebar ketika mengambil gambar portrait. Saya sudah merasa cukup di angka f/2 atau f/2.8 karena di posisi itu saya akan mendapatkan gambar cukup tajam. Berdasarkan pengalaman pribadi, lensa fix yang saya pakai justru akan lebih maksimal menghasilkan gambar tajam dan detail saat tidak digunakan pada aperture maksimum. Lebih baik di f/2.8 daripada di f/1.4.
5. Kualitas Lensa
Ini benar banget. Tiap lensa tidak dibuat dengan kualitas yang sama untuk soal sharpness. Dan memang lensa bagus pasti akan bikin kantong bolong karena lensa yang bisa menghasilkan gambar tajam jarang yang harganya murah.
Bila pembaca masih menggunakan lensa kit, cobalah meminjam prime atau lensa zoom dengan aperture fix. Perbedaan kualitas gambar akan membuat kita terpana (mata melebar, bibir membulat).
Bila mau mulai invest lensa fix, beberapa lensa portrait 50mm ada yang dijual dengan harga terjangkau. Make sure untuk membaca banyak review sebelum investasi lensa, karena lensa bisa dipakai bertahun-tahun.
Tapi tentu saja, menghabiskan banyak uang untuk lensa profesional gak akan bisa langsung menyelesaikan masalah soal gambar tajam, kalau secara teknis juga belum benar. Intinya, ada banyak faktor untuk mendapatkan kejernihan gambar, dan kualitas lensa hanya salah satunya.
6. Pastikan lensa selalu bersih
Sumpah. Beberapa tahun lalu saya mengalami kesulitan untuk mendapatkan fokus saat memotret, dan ternyata itu karena saya alpa membersihkan filter UV-nya. Ada beberapa cap jari yang tidak terlalu kelihatan sehingga saya mengira itu bersih.
Menggunakan atau tidak menggunakan filter UV, lensa harus selalu bersih. Lebih gampang fokus dan akan bisa menghasilkan gambar yang tajam. Cuma butuh kurang lebih 30 detik untuk membersihkan lensa, kok.
7. Latihan sebanyak mungkin
Teori atau tips trik apapun gak akan bisa menggantikan yang namanya pengalaman. Butuh proses dan butuh waktu untuk bisa combine semua tips di atas dan dipraktekkan. Semakin sering memotret, semakin baik pula kemampuan memotret. Ayo, saatnya mengambil kamera dan mulai memotret!
-ZD-
Pingback: Tips Memotret Tanpa Menggunakan Tripod | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: 15 Foto Yang Akan Bikin Kamu Pengen Belajar Balet | | Mom Travel & Photography Blog - Zizy Damanik
ini udah pasti bakal aku save sih tipsnya. walopun, kenyataannya, nth kapan mau mulai praktek hahahaha.. sedih akutu punya dslr jrg bngt dipake :D. mau dijual aja tp pak suamii bakal marah pasti, secara dulu aku yg minta dibeliin kamera -_-. hrs banyak latihan sih memang supaya hasil foto lama2 jg bagus
Mbak zizy fotonya emang keren seh ya. Kalau aku selalu niat aja belajarnya ?
kalau baca teknisnya memang agak rumit ya he.. he..
memang harus sering belajar dan praktek biar biar makin paham,
thanks sahringnya Zi
Benar Kak Monda.
Kalau sudah sering latihan lama2 biasa dan mahir