Clue: Ini adalah postingan lama di blog satu lagi yang sudah kututup. Jadi saya posting di sini untuk menyimpan semua memori cerita dan buah pikir :). Postingan asli dulu tahun 2009.
Masih ingat ceritaku kemarin tentang Warkop Elizabeth? Kali ini aku mau cerita tentang saat aku dan temanku Utie (again..) lagi makan malam di warung Nasi Goreng Wak Ribut, Multatuli. Gak usah heran ya, menu nasi goreng memang menu standard favorit kami, jadi kemanapun pergi, selalu ada warung nasi goreng yang dicoba.
Sebenarnya gak penting banget sih harus makan malam nasgor terus, tapi kalo aku dan temanku lagi pengen ketemu dan ngobrol ngalor ngidul, kita akan cari tempat sesuai dengan isi kantong. Kadang kalo lagi kaya raya ya ketemunya di Starbucks, tapi kalo lagi pengen makan aja & pengen apa adanya (maksudnya lagi gak ada duit kita lho oii), kita memilih ketemuan di warung nasgor saja.
Beda rasanya nongkrong di Starbucks dengan di Warung NasGor. Kalo di Warung NasGor, kami berdua gak perlu sok jaim. Istilahnya kalo di Starbucks ada saatnya kita musti menahan perut, terutama saat berdiri hendak beranjak pulang, nah kalo di warung biasa, kagak ada istilah jaga-jaga perut. Mo nambah juga ayok aja, gak perlu malu. Hihihih..
Sekali waktu saat kami ke warung nasgor Wak Ribut ini, tempat duduk sudah full. Hanya ada satu yang kosong di kursi panjang dekat tukang masak. Hmm… Utie menoleh ke aku dengan mata yang aku tahu artinya adalah, “Duh, males kali aku duduk di situ..” Tahu kan, kedua mata menyipit dan melemas tapi alis agak naik.
Aku langsung melihat ke arah sudut mata Utie. Di sebelah meja kosong itu duduk seorang ibu stw (setengah tua) dengan anak perempuannya yang masih abege. Si ibu itu belum apa-apa sudah pasang muka sebal ke kami. Tatapan yang lumrah, karena ada saja wanita yang suka sinis melihat wanita lain yang lebih cantik, lebih sexy, dan lebih bergaya. Langsung merasa terintimidasi. Jangan protes ya, memang kami oke lhooo… kalo gak ngapain doi sinis gitu.
Aku langsung tahu kenapa ibu itu kayak mo marah begitu. Dia pasti shock melihat blus temanku yang dua kancingnya terbuka dari atas. Mungkin dia pikir perempuan-perempuan ini bakal jadi contoh yang buruk untuk anaknya. Terus temanku juga pake rok agak mini, dengan sepatu high heel mengkilap, yang membuat dirinya semakin terlihat tinggi, dan akupun semakin kontet saja di sebelahnya, hahaha… So sad.
“Ya sudahlah, gak ada pilihan.” Kataku ke Utie. Kami pun duduk di situ. Wajah Utie sedikit bersungut-sungut. Dia memang gampang emosi kalo tahu ada orang yang sinis ke dia. Si ibu tadi tetap saja melirik-lirik. Anaknya juga ikut melihat ke arah kami, tapi biasa saja, gak sinis. Ya pastilah, pikiran anak abege mah polos-polos aja.
Selanjutnya karena gerah dengan tatapan di sebelahnya, temanku pun jadi merepet-repet dengan wajah jutek. Lalu seakan ingin membuat si ibu makin shock, temanku mengeluarkan Marlboro Lightnya. Merokoklah dia di situ dengan gayanya yang sangat elegan. Sumpah, belum pernah lho aku ketemu perempuan yang bisa merokok sekeren Utie. Setelah kupikir-pikir, Utie sebenarnya cocok jadi bintang iklan Marlboro terbaru.
Benar saja, si mamak tadi makin melotot. Apalagi Utie dengan sengaja meletakkan tangannya di meja, sesuatu yang tidak pernah dia lakukan bila sedang merokok di tempat umum yang ramai. Artinya kalo kami makan di warung biasa begini dalam situasi sepi, kami akan lebih rileks. Tapi kalo lagi ramai, tentu saja tetap harus ada yang dijaga sedikit. Kita respek sama diri kita dan juga orang lain.
Si ibu lalu ngobrol lagi dengan anaknya, dengan suara yang tidak bisa didengar dari tempatku. Tapi feelingku bilang, pasti ngomongin kita, karena ngomongnya sambil melihat ke arah kami. Aku jadi ikut emosi juga, kebetulan aku duduk berseberangan dengan dia. Aku pun balas melotot ke arahnya, tetap dengan tampang cool. Si ibu langsung buang muka.
Ketika nasi goreng pesanan kami tiba, pas sekali si ibu dan anak itu juga selesai makan. Mereka berdiri hendak cabut, tapi si ibu masih sempat juga melirik sekali lagi. Temanku yang emosi mengangkat kepalanya dan menatap balik si ibu itu, sambil menghembuskan asap rokoknya. Hihihihi…. si ibu pun langsung kabur dengan muka merah padam.
“Emosi kali aku lihat ibu tadi. Kalo gak suka liat orang merokok, suruh di rumah ajalah dia. Gak usah keluar-keluar!”
“Udah udah, makan dululah kita, kalo perut kenyang, kepalapun jadi dingin….”
Benar sih, begitu nasi goreng habis, kami pun cool. Hahahahha…
-ZD-
Pingback: Kulit Item? Siapa takut? | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Menghitung Waktu | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Apa Cinta Harus Begitu? | Life & Travel Journal Blogger Indonesia