[soliloquy id=”7837″]
Nasi Jamblang. Sejatinya adalah nasi yang dibungkus dengan daun jati, atau disajikan di atas piring beralaskan daun jati. Ini adalah salah satu ikon kuliner di Cirebon, dan salah satu yang sudah punya nama sehingga menjadi pilihan ketika kami berwisata ke Cirebon adalah Nasi Jamblang Bu Nur.
Siang itu suasana di rumah makan Bu Nur ini ramai sekali. Semua pengunjung yang datang mengantri satu-satu untuk memilih langsung lauk pauk yang disajikan prasmanan. Kami tiba dan langsung mengantri, karena sudah lapar berat dan sempat khawatir tidak dapat tempat karena ramainya orang. Ah, tapi ternyata sudah dibooking panitia kok di lantai dua, jadi kita pun bisa mengantri dengan tenang. Ini dah enaknya kalau pergi wisata sudah diurusin, jadi gak harap-harap cemas ya bo’ kalau datang ke tempat yang menjadi ikon begini.
Berdasarkan anjuran yang sudah pernah ke situ, bila kurang pede makan Nasi Jamblang di atas daun jati, bisa minta ganti pakai alas kertas coklat biasa. Saya lihat banyak sekali lauk di situ, sampai ada yang berwarna hitam. Oh, itu ternyata cumi saus hitam. Banyak lauk yang bisa dipilih sesuai selera. Ada perkedel kentang, sate kentang, otak sapi goreng, ayam semur, ayam goreng. Kalau saya, karena sangat suka dengan sate telor puyuh, maka saya ambil dua tusuk. Yeah, selama kolesterol masih aman, tak apa kan sesekali makan seperti ini. Penampilan lauk di Nasi Jamblang Bu Nur ini sungguh menggugah selera, saya pikir tak perlu jaim untuk mengambil macam-macam lauk sesuai keinginan.
Tidak ada sayuran rebus di sini, sayur adanya yang sudah dicampur dengan tahu. Jadi untuk mengimbangi lauk pauk berbumbu begini, pasangannya adalah es teh tawar atau es jeruk untuk menyegarkan kerongkongan. Kemudian karena lauk pauknya dingin, yang cukup hangat untuk dinikmati adalah goreng tempe. Renyah.
Untuk harga, dimulai dari Rp1,000 – Rp12,000-an untuk lauk. Nasi harganya Rp1,000 dan dalam porsi kecil. Kami sih langsung pesan dua atau tiga porsi nasi, daripada nanti mau nambah repot turun ke bawah.
Bagi yang baru pertama kali datang ke rumah makan Bu Nur ini, mungkin agak bingung karena di lantai satu tidak ada meja, hanya ada kursi-kursi panjang, ini memang disengaja agar tetap berkhas ‘warung’. Pembeli yang sudah biasa, atau mungkin pembeli orang Cirebon asli mungkin lebih nyaman dan sudah terbiasa menikmati Nasi Jamblang dengan suasana khas warungan, tapi bagi yang belum terbiasa, itulah yang disediakan di lantai dua. Kursi dan meja.
Ingin berkunjung ke Nasi Jamblang Bu Nur? Berikut alamatnya.
Mba Zy, aku belum pernah nyampe Cirebon dan penasaran banget sama Nasi Jamblang ini. Kira-kira klo nasi panas kubungkus sendiri dengan daun jati gitu bisa sama gak ya rasanya hihihiii… Ngayal banget ya, cari daun jatinya aja udah susah banget.
Hehe katanya rasanya memang beda Mba klo pake daun…
Terima Kasih.. artikelnya asik dan menarik banget.
buat referensi kulineran bareng si bunda 🙂
fotonya bikin menggoda lidah… gk nahan… pengen makan… namanya jamblang… keren yah… sama kayak nama buah yg langka rasanya sepet2 gmna gtu… hehe….
memang mantap banget nasi jamblang, kebetulan saya udah pernah nyicipin…
gak ada menu yang bikin mupeng kaya gtu kecuali di indonesia.. kuliner nusantara emang paling mak nyuus..!
vinz prasetyo
Kalau nasinya dibungkus daun jati, apa berpengaruh pada rasa dan aromanya mbak? Aku penasaran sama nasi jamblang ini. Aku kira nasinya diolah dengan apalah gitu
Waduh jadi ngiler liat foto-foto makanannya.
Nama nasinya unik juga ya, nasi jamblang 🙂