Saat membuat itinerary kepergian ke Bali bersama Nona Vay beberapa waktu lalu, yang saya underline adalah kita harus mengunjungi situs budaya Bali. Beberapa tahun lalu mungkin situs budaya belum menjadi tempat yang menarik buat Vay, tapi sekarang ini waktunya sudah pas menurut saya. Biar pengetahuannya tentang keragaman suku dan budaya Indonesia semakin bertambah. Memang, anak bisa melihat dan membaca dari buku-buku atau tontonan di televisi, tapi saya percaya bahwa melihat secara langsung akan membuat perpustakaan di dalam kepalanya menjadi lebih lengkap.
Nah, yang masuk di list wajib kunjungan adalah berkunjung ke beberapa pura di Bali. Di Bali sudah pasti ada banyak pura, dan ada satu yang wajib dikunjungi ya, yaitu Pura Luhur Uluwatu, yang berada di Desa Pecatu, kecamatan Kuta, Badung. Selain melihat pura, juga untuk menonton Tari Kecak.
Pura Luhur Uluwatu adalah salah satu pura yang dibangun sejak abad XI dan menjadi tempat untuk memuja pendeta suci Mpu Kuturan. Berada di ujung tebing dengan ketinggian kurang lebih 100 meter dari permukaan laut, menjadikan Pura Uluwatu dinobatkan sebagai salah satu tempat menikmati sunset terbaik di Bali.
Pura Luhur Uluwatu juga berdekatan dengan tempat wisata lainnya seperti GWK Bali, Pantai Pandawa, juga Pantai Padang Padang, makanya pas banget kalau ingin menghabiskan waktu seharian penuh untuk mengunjungi banyak tempat sekaligus.
Kami tiba di sana cukup sore, setelah dari Pantai Padang Padang. Kunjungan kali ini adalah kunjungan kedua saya ke Pura Luhur Uluwatu, setelah beberapa tahun lalu ke sini dengan rombongan community. Untungnya kali ini cuaca bagus dan tidak hujan seperti sebelumnya, jadi saya sempat mengeksplor benar-benar kawasan pura. Wisatawan sangat ramai sampai mau jalan ke atas saja susah, apalagi mau mengambil foto. Tapi memang pantaslah kalau dibilang ini adalah salah satu tempat sunset terbaik, karena di ujung pura itu, kita bisa melihat sejauh mata memandang tanpa halangan. Kita juga bisa melihat di sisi tempat pementasan Tari Kecak akan dimulai.
Nah, pementasan Tari Kecak ini juga salah satu daya tarik Pura Luhur Uluwatu. Tari Kecak di Pura Uluwatu adalah yang paling terkenal di Bali. Lokasinya yang berlatar belakang sunset membuat tempat ini jadi favorit, jadi kalau ke sini sebaiknya segera mencari spot duduk terbaik yang menghadap sunset.
Cerita yang pertama bisa dibaca di sini.
Kami dapat tempat duduk yang kurang strategis untuk mendapat sunset, tapi ya tak apalah. Itu kan bonus, yang penting masih dapat tempat di atas untuk menonton Tari Kecak. Saya lihat wisatawan terus berdatangan dan karena tempat duduk penuh, sebagian terpaksa duduk di lantai, bahkan duduk terlalu dekat dengan para penari yang sudah masuk dan memulai tarian.
Kalau pendapat saya secara pribadi, seharusnya ada batas untuk area pementasan. Kalau sudah terlalu penuh, ya tidak usah dipaksa masuk semua. Untuk kita yang suka menikmati tampilan tarian budaya seperti ini, makna tarian yang harusnya sakral ini jadi sedikit berkurang. Actually di kunjungan sebelumnya juga seperti ini, pengunjung banyak yang duduk di lantai, tapi kali ini benar-benar terlalu penuh. Hampir tidak ada space untuk penari. Vay, duduk di atas saya. Tadinya di sebelah, tapi katanya yang di depannya terlalu besar jadi yang di bawah tidak kelihatan. Jadi naik deh ke atas.
Di tengah pementasan, ketika langit mulai memerah, sebagian wisatawan turun. Saya juga ikutan turun. Mau melihat sunset. Tapi Vay tidak ikut turun. Stay di atas untuk menonton sampai selesai. Dia tahu maminya mau mengejar sunset, sungguh sangat pengertian deh si Vay.
Dan memang benar kalau tempat ini dikatakan terbaik untuk menikmati sunset. Dari atas tebing ini, kita bisa melihat bagaimana samudera yang luas mendampingi matahari saat terbenam. Luar biasa.
Pertunjukan selesai jam tujuh malam. Taman hutan yang kami lewati menuju pintu keluar gelap tak ada banyak penerangan, dan di kanan kiri ada mata-mata yang menatap. Hahah… itu adalah monyet-monyet yang bersiaga. Nah, kalau main ke Pura Uluwatu harus ekstra waspada ya, jangan sampai memancing monyet. Kemarin itu ada anak kecil yang — entah bagaimana ceritanya — sebelah sandalnya diambil monyet. Saat kami lewat, keluarganya sedang berdiri berunding bagaimana caranya supaya si monyet mengembalikan sandal si anak.
Balik dari Uluwatu ke hotel, duh ternyata macet parah. Kami putuskan untuk makan malam di hotel saja, biar cepat istirahat karena besok pagi rencananya mau mengejar sunset.
Harga tiket masuknya berapa?
Kalau ingin ke sini, untuk harga tiket masuk, ke Pura Luhur Uluwatu Rp20rb/dewasa dan Rp10rb/anak. Itu hanya untuk kawasan pura. Sementara untuk pertunjukan Tari Kecak, harga tiket adalah Rp100rb/orang.
Jangan lupa untuk menjadikan Pura Luhur Uluwatu sebagai salah satu destinasi wisata Bali kamu, ya!
-ZD-
Pingback: Pura Taman Ayun, Mengwi | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
iya tuh mbak, kayaknya penontonnya perlu banget dibatasi. Jadi gak kelihatan batas antara penari dan penontonnya
Aku pernah nonton Tari Kecak di sini, Kak. Betul kata Kakak, terlalu ramai, makna sakralnya jadi berkurang. Btw, aku pikir pulak aura tariannya mistis gitu, ternyata ada adegan lucunya jugak.
Bali emang menarik wisata alamnya
setiap ke Bali aku selalau ke sini mba…ngga pernah bosan! Luar biasa memang pesona alamnya..selalu seru
Bener. Kayaknya tempat ini selalu minta didatangi terus yaaa…