belajar memotret human interest

Tips Fotografi: Mari Belajar Memotret Human Interest

Tulisan ini saya buat untuk menjawab rekues dari Kak Monda di postingan sebelumnya. Yaitu tentang bagaimana caranya kok saya bisa mengambil foto Ibu di Pantai dengan keren, kurang lebih begitu kata Kak Monda. Hehe..

Foto Ibu di Pantai

Saya sebenarnya bukan spesialisasi fotografi human interest, tapi saya suka. Karena foto human interest selalu punya karakter, punya cerita yang bisa membekas baik di hati fotografernya sendiri maupun orang yang melihat fotonya.

Apa Itu human interest photography

Mengutip dari Wikipedia, fotografi human interest awalnya adalah bagian dari foto jurnalisme. Foto human interest adalah potret yang menggambarkan interaksi manusia dengan sekitarnya, dan umumnya bertujuan untuk mengetuk dan menarik simpati  orang yang melihat.

Human interest photography sendiri sering dicampuraduk pula dengan genre fotografi lain seperti portrait photography, street photography, sampai culture photography, namun sebenarnya berbeda, karena di HI pencerita (fotografer) harus mampu menciptakan sebuah kisah yang bisa menggambarkan kisah orang lain atau mungkin kisah kita sendiri saat melihatnya. Meskipun kebanyakan menggambarkan kondisi subjek dalam kondisi kesusahan, kemiskinan, kesedihan, namun human interest photography sebenarnya juga bebas-bebas saja bila ingin merekam yang sebaliknya.

Seperti yang saya tulis di postingan 6 Tips Simpel Travel Photography, menikmati suasana adalah satu hal wajib yang pasti saya lakukan. Karena saya harus merasa nyaman dengan tempat, dan juga dengan calon orang yang akan difoto nantinya.

Bagaimana Menghasilkan Foto Human Interest Yang Baik

Lalu bagaimana sebenarnya proses dalam mendapatkan hasil foto human interest yang baik? Nah, di postingan ini saya akan sharing beberapa tips bagaimana agar bisa mendapatkan foto human interest yang baik, yang bisa menggugah perasaan.

1. Jeli sama Momen

“What I like about photographs is that they capture a moment that’s gone forever, impossible to reproduce.” – Karl Lagerfeld

Seperti kata quote di atas, jangan sampai kita kehilangan momen yang memang pasti hanya akan terjadi sekali.

Jadi setiap melakukan perjalanan, selain menikmati suasana, mata juga harus dilatih untuk jeli melihat momen. Ada apa saja sih di sekitar kita yang bisa kita jepret, yang bisa kita rekam. Melihat dengan mata, dan hati.

jeli menangkap momen foto

Biasanya hal-hal kecil yang terlihat biasa, begitu sudah direkam di dalam foto dan kita lihat hasilnya baru kita sadar bahwa di momen kemarin itu ada sebuah cerita.


Baca juga: Diamond Beach Free Wallpaper


2. Subjek pun harus punya karakter

Kelebihan dari foto human interest adalah biasanya sudah ada latar cerita yang kuat yang bisa dilihat oleh mata telanjang.

Di foto Ibu di Pantai itu, saya baru selesai memotret sunrise dan ombak dan memutuskan untuk mulai menikmati suasana. Saya melihat ada dua ibu-ibu yang sudah sangat giat mencari kerang. Saya pun melihat guratan hidup keras di wajah mereka, yang membuat hati ini trenyuh. Jadi, melihat dan memotret mereka sendiri sebenarnya bukan untuk tujuan mendapatkan simpati orang lain, tapi sejujurnya adalah untuk memperoleh simpati dari saya sendiri.

3. Sebisa mungkin natural

Mengambil foto HI memang harus natural dan alami, tidak perlu diarahkan berlebihan atau diminta berpose. Nah foto Ibu di Pantai itu bagaimana? Foto Ibu di Pantai ini tidak diarahkan. Namun, saya minta izin saya ibunya, saya mau ambil foto beliau beberapa frame. Lalu ibunya tanya, mau gaya gimana? Saya menjawab, bebas saja. Artinya sebisa mungkin saya tak ingin mengeksploitasi si ibu demi hasil foto. Senyamannya si ibu saja.

4. Perhatikan Komposisi

Terkait dengan poin 1 yaitu momen, seringkali biar cepat jadi kurang memperhatikan komposisi. Ada istilah rule of thirds yang selalu jadi dasar saya ketika akan memotret.

Meskipun sebenarnya aturan rule of thirds ini tidak harus jadi patokan, karena ada poin-poin lain yang juga menunjang cerita sebuah foto HI, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan tatapan dari subjek. Serta foreground dan background.

Di foto Ibu di Pantai, saat si ibu sudah berpose, saya yang memutar mencari komposisi yang menurut saya pas, dan saya suka tentu saja. Saya melihat ada karang di belakang sana, lalu ada awan. Dan ada lumut-lumut di kaki. Jadi saya ingin bisa mengambil semuanya. Dan karena saya suka memperhatikan detail, saya akan berusaha mempelajari angle yang bagus dari model, meskipun ini foto human interest.

Harus diingat juga bahwa setiap fotografer punya selera berbeda dalam menentukan komposisi. Dan mungkin karena saya terbiasa memotret landscape, gaya saya memotret HI pun masih normatif ya.

5. Candid

Ini cara yang paling tepat dan nyaman untuk mengambil foto secara natural. Candid. Dengan cara candid, kita juga bisa menangkap momen dengan lebih cepat.

Namun saya tidak punya lensa jauh 200mm, jadi di beberapa perjalanan terakhir, saya memotret dengan lensa fix Sony FE 55mm.

Seperti foto di bawah ini. Caranya? Ya duduk saja di dekat situ, lalu candid, menjepret langsung dengan panduan dari layar lcd, menggunakan lensa fix 55mm.

candid human interest

6. Kuasai Gear

Ok. Kembali ke foto Ibu di Pantai. Saat mengambil foto itu, saya menggunakan Fujifilm X-T20 dengan lensa 23mm f1.4.

Sebelumnya, saya menggunakan lensa wide untuk memotret ombak, tapi begitu mau pindah memotret HI, saya pun menukar lensa, karena dengan lensa aperture besar, saya mengharapkan mendapatkan gambar yang lebih clear, dan warnanya lebih keluar. Sebenarnya menggunakan wide lens pun bisa sama bagusnya, ini hanya masalah selera saja. Namun, saya sudah mengenal karakter dua lensa Fuji saya ini sehingga saya sudah tahu mana yang paling oke dipakai untuk di situasi yang mana.

Settingan untuk foto Ibu di Pantai adalah: ISO 100, SS 1/400 dan f6.4

7. Pos Pro Foto juga Perlu

Kenapa foto harus melalui post pro? Dengan kata lain diedit. Analoginya begini. Penyanyi Raisa itu aslinya cantik dan natural banget kan? Ya. Nah, bagaimana kalau Raisa dikasih make up natural yang bisa mempertegas garis-garis kecantikan di wajahnya? Pasti makin cantik. Dan bikin semua orang tak sabar untuk memberi pendapat di kolom komentar Instagramnya Raisa.

Nah fotografi juga begitu. Jangan ragu untuk melakukan pos pro. Karena fotografi adalah art, bebas-bebas saja melakukan editing. Tapi khusus untuk HI, tentu pos pro yang dilakukan berbeda dengan pos pro foto landscape atau portrait.

Saya, paling tidak suka editing yang ribet. Karena tidak suka ribet maka saya menggunakan Lightroom untuk adjustment pos pro semua foto saya. Versi desktop dan juga versi mobile.

Yang saya suka dari Lightroom adalah kemudahannya, karena pada dasarnya LR itu hanya untuk melakukan simple editing, seperti adjustment exposure, color, menambahkan vignette. Yang paling asyik adalah adanya pilihan Profiles di dalam LR yang bisa membuat tone foto jadi lebih menarik.

Tips mudah menggunakan Lightroom adalah, selalu pilih “Auto” dulu. Nanti LR akan memperlihatkan adjustment yang dia sarankan, nah selanjutnya tinggal kita yang menyesuaikan color, dll.

Di video berikut ini saya sharing detail editing yang sudah saya lakukan untuk foto Ibu di Pantai. Kalau dilihat baik-baik, sebenarnya foto aslinya itu backlight lho. Nah, saya melakukan editing “selective” area untuk menambah cahaya pada subjek.

Step-stepnya memang agak banyak ya di foto Ibu di Pantai ini. Jadi kuncinya adalah ketika mau mengedit foto, carilah waktu yang rileks dan santai agar bisa konsen melakukan simple editing.

Itulah share singkat saya tentang bagaimana saya mengambil foto HI dan melakukan editingnya.


Baca juga: 19 Foto Hitam Putih Yang Bisa Jadi Inspirasi Buat Belajar Foto BW


-ZD-

11 Comments

  1. Ismail sidik

    Kalo human interes bagus nya pake monocrome atau warna biasa

    • Zizy

      Setahu saya tidak ada keharusan foto HI harus BW, namun biasanya orang memilih menggunakan BW dengan tujuan mendapatkan “mood” atau nuansa “simpati” misalnya foto pedagang kaki lima di tepi jalan bila dibuat BW lebih terasa “suram”. Tapi fotografi itu lebih ke seni, balik ke selera. Berwarna atau hitam putih, tergantung pilihan fotografer untuk menyampaikan cerita.

  2. Thanks untuk tipsnya zi 🙂 btw pernah nggak mengalami penolakan ketika motret orang asing di tempat publik? Mungkin ada tips tambahan untuk situasi demikian?

    • Zizy

      Hi Fahmi,
      Penolakan pernah, tp biasanya udah kebaca dari bahasa tubuh ketika sy baru mau angkat kamera. Seperti menghindar berusaha sembunyi,
      Kalau sudah begitu, ya sudah disenyumin saja, angkat tangan to say, “Okay, no problem.” 🙂
      Kalau gak mau, ya sudlah ya kan..

  3. wah, makasih banyak Zy.., udah dijelasin sejelas2nya tentang foto si ibu…

    terpesona banget memang liat fotonya, detailnya jelas semua
    aku lagi belajar foto pelan2 he.. he.. terima kasih ilmunya ya

    • Zizy

      Sama-sama Kak Monda.
      Selamat mencoba ya. Aku juga sama sih masih belajar juga…. ^^)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *