Beberapa waktu lalu, selain saya mungkin para pembaca juga mendengar tentang kecelakaan maut di Sleman yang mengakibatkan 4 nyawa melayang, dan kemudian tak lama kemudian terjadi juga sebuah kecelakaan mobil di jalan tol, dan hanya satu orang yang selamat, karena sangat kebetulan dia tidur di dalam bagasi mobil. Dalam dua kecelakaan mobil itu, pengemudinya adalah remaja belasan tahun. Hati saya langsung ciut dan ngilu saat membaca dan menonton berita itu.
Publik tentu juga masih ingat kejadian tahun 2013, saat mobil yang dikemudikan Dul Ahmad Dani (saat itu berusia 13 tahun) terbang keluar jalur dan menyebabkan terjadinya kecelakaan beruntun dan menyebabkan 7 orang meninggal dunia.
Tak ingin menjudge siapapun, karena saya sendiri pun sudah mulai menyetir mobil saat berusia 14 tahun. Namun meskipun saat ini saya bisa membela diri dengan mengatakan bahwa pada masa itu jamannya beda, seperti kondisi jalan raya belum seramai sekarang, lalu saat itu belum ada yang namanya ponsel, tetap saja saat ini saya tidak akan mengizinkan anak remaja saya menyetir mobil sebelum usianya cukup dan secara mental dia sudah siap. Mamaknya mungkin dulu reman, tapi lain mamak lain anaknya kan.
Bicara soal texting saat mengemudi, ada beberapa fakta yang saya kumpulkan di bawah tentang bahayanya texting sambil mengemudi. Sebelum sampai pada deretan fakta yang singkat, beberapa fakta nyata mengenai kejadian di depan mata pun pernah terjadi.
Setahun lalu, seorang teman mengalami kecelakaan tunggal di dekat Monas. Mobilnya menabrak beton pembatas jalur busway, bumper depan hancur sampai mesin, dan dagunya harus mendapatkan beberapa jahitan dalam. Dia mengaku tak ingat apakah dia sebelumnya main handphone atau tidak, tapi saya tahu dia sering kali berkirim text di WA grup saat sedang menyetir.
Kejadian lain, lebih lama lagi, seorang teman lama di kantor, mamak-mamak juga, pernah menabrak motor di underpass Tanah Abang karena menyetir sambil texting. Setelah kejadian itu, dia masih juga sering texting lho kalau naik mobil, kami sampai harus mengingatkannya kalau kebetulan kami menumpang mobilnya saat makan siang ke Grand Indonesia.
Kemudian, tahun-tahun lalu saat saya road trip ke Jogja dengan mobil yang dikemudikan teman, kami hampir saja mengalami kecelakaan gara-gara teman saya yang menyetir sibuk berbicara di telepon dengan orang rumah. Malah sebelum mobil kami hampir mencium mobil di depan, dia sudah ditilang polisi gara-gara melanggar marka jalan. Asli kapok. Saya tidak akan mau lagi road trip dengan model pengemudi seperti itu.
Itu sebabnya, sampai sekarang saya jarang sekali membiarkan orang lain memegang kemudi mobil pribadi saya. Meskipun sering mendapat diskriminasi halus seperti, “Eh ada cowok nih, biar dia aja yang nyetir.”
Trus? Kalau dia cowok, memangnya dia lebih jago nyetir gitu dari gue?
So, yeah, jadi kembali kepada pengemudi remaja. Remaja memang susah lepas dari ponsel. Jangankan saat mengemudi, sambil jalan di mall pun matanya bisa tetap aja terus ke ponsel. Berbeda dengan orang dewasa (meski tidak semuanya, contohnya saja teman-teman saya di atas!) yang mungkin masih bisa diingatkan akan tanggung jawabnya, remaja cenderung mengabaikan aturan, dan namanya remaja kan darah selalu bergejolak ya.
Tapi benarkah mengemudi sambil main handphone berbahaya? Mari kita lihat faktanya.
Fakta tentang menggunakan handphone saat mengemudi
- Penggunaan ponsel baik menelpon atau mengirim SMS saat berkendara adalah salah satu penyebab kecelakaan terbesar di jalan raya di Amerika Serikat.
- Data yang didapat oleh Issuu, pengemudi remaja adalah kelompok usia terbesar penyumbang tertinggi kecelakaan saat berkendara di Amerika Serikat.
- Penyebab paling umum remaja mengalami gangguan konsentrasi saat menyetir adalah karena perangkat elektronik.
- Saat satu tangan memegang perangkat sementara tangan lainnya mengemudi, akan mengurangi konsentrasi dan kewaspadaan pengemudi. Pengemudi jadi kurang sigap saat dihadapkan pada satu kejadian.
- Menyetir sambil main handphone (menelepon, texting atau main social media) ternyata lebih berbahaya daripada menyetir dalam pengaruh alkohol.
- Saat ini bila ketahuan mengemudi sambil bermain handphone, maka pengemudi bisa dijerat dengan 2 pasal pelanggaran lalu lintas dalam Undang-Undang No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan, dengan ancaman hukuman pidana kurungan 3 (tiga) bulan atau denda maksimal Rp750.000
Cara Memastikan Anak Remaja Kita Tidak Bermain HP Saat Mengemudi
Oke sekarang setelah kita mengetahui faktanya, lalu bagaimana ya cara orangtua menjelaskan pada anak, dan membuat anak remaja kita berhenti bermain HP saat mengemudi? Bagaimana cara orangtua mematikan bahwa anak kita seaman mungkin saat ada begitu banyak gangguan, seperti mengobrol dengan teman-temannya, mengecek social media, mendengarkan musik terlalu kuat, dan banyak lagi yang berkaitan dengan challenge remaja.
Berikut adalah beberapa tips untuk membantu orangtua membuat anak remajanya berhenti berkirim pesan dan menggunakan ponsel saat mengemudi. Saya menuliskan ini juga untuk bekal saya nanti bila sudah tiba saatnya anak saya memiliki SIM.
- Berbicara pada mereka tentang fakta. Sebisa mungkin mulai membicarakan tentang fakta-fakta di atas juga atas beberapa kejadian bersama mereka begitu mereka mulai masuk ke usia siap untuk mendapatkan SIM. Tingkatkan kesadaran mereka bahwa mengemudi membutuhkan tanggung jawab besar, dan kelalaian sedikit saja akan sangat berbahaya.
- Membuat perjanjian tertulis yang disepakati antara orang tua dan remaja. Jaman dulu, kita terbiasa dengan gentleman agreement, dan kalau memang itu bisa disepakati bersama, it’s okay. Namun tak ada salahnya membuat sebuah kesepakatan bersama tentang aturan apa yang harus diikuti oleh remaja kita, serta menyetujui pula konsekuensi apa yang akan terjadi jika melanggar peraturan.
- Tegas dengan konsekuensi. Orangtua seringkali menghukum anak-anaknya dengan hanya mengomel dan menceramahi. Jangan sengaja membiarkan satu pelanggaran tanpa hukuman karena di belakang orangtua, anak kemungkinan besar akan mengulanginya. Contoh hukuman yang bisa diberikan adalah membatasi hak menyetir anak selama beberapa waktu, atau mengambil ponsel mereka. Jadi pilihan hanya satu, mengemudi atau menelepon. Oke, saya juga dulu pernah mendapat hukuman dari papi saya, tidak boleh menyetir selama 1 minggu. Itu masih umur tiga belas lebih tuh. Kesalahan yang saya lakukan tidak jauh berbeda dengan topik tulisan ini. Saya biasanya latihan menyetir tiap sore di halaman (saat itu kami tinggal di rumah dinas yang letaknya di belakang kantor, jadi ada halaman parkir yang bisa dipakai latihan mengemudi), tapi saat itu saya menyetir sambil makan rambutan. LOL. Alhasil tidak konsentrasi dan saya menabrak taman kantor yang sudah cantik. Diomelin? Banget!! Dan kemudian diberi hukuman.
- Berbicara dengan orangtua dari teman anak kita. Tahu gak, kalau salah satu gangguan selama mengemudi adalah karena penumpangnya, seperti asyik mengobrol dengan teman-teman? Satu hal yang selalu saya ingatkan berulang kali pada anak saya adalah, ketika dia menjadi penumpang, jangan mengganggu pengemudi dengan misalnya menunjukkan sesuatu di handphonenya. Pengemudi biasanya reflek akan menoleh. Ketika kita memiliki pemahaman yang sama dengan orangtua teman anak kita, maka anak-anak bisa sepakat untuk tidak menggunakan ponsel selama di dalam mobil, meskipun hanya duduk di kursi penumpang. Bisa juga dibuat di dalam perjanjian tadi, kalau ada telepon atau SMS penting untuk anak kita saat sedang menyetir, maka teman boleh menjawab tapi tidak boleh berdiskusi panjang.
- Memasang sticker peraturan mengemudi di dalam mobil. Yeah, sebagian remaja mungkin ada yang merasa ini malu-maluin kalau orangtua memasang peraturan di dalam mobil haha. Tapi sebenarnya kan tidak, karena tadi orangtua dan remaja sudah memiliki perjanjian. Aturan yang ditempel di dasbor mobil hanya untuk mengingatkan anak saja, bahwa “Heii Nak, ingat selalu untuk mengemudi dengan aman.” Dan bagus kan bila teman-temannya juga melihat dan mereka bisa saling mengingatkan.
- Orangtua harus memberikan contoh. Biasanya anak akan meniru orang tuanya. Saya kalau menyetir dan ada anak, maka sudah pasti saya tidak akan pegang handphone, kecuali bila ada panggilan berulang dari orangtua, maka saya akan berhenti sebentar lalu menelpon balik. Atau itu tadi, meminta anak saya menerima telepon dan mengatakan kalau maminya sedang nyetir. Kalau telepon tidak jelas, sudah pasti saya reject. Sebab meskipun muncul melalui bluetooth di mobil, tetap berbahaya lho menjawab panggilan. Saya sudah merasakannya sendiri, menjawab telepon di speaker mobil, dan tidak bisa konsen.
- Bilang pada anak agar tak segan menegur temannya. Kita kan tidak ingin anak kita jadi pengemudi yang tidak mengutamakan keselamatan di jalan, dan sebaliknya kita juga tidak ingin anak kita semobil dengan pengemudi remaja yang juga slebor. Buat remaja, teman adalah segala-galanya, mereka cenderung lebih mendengarkan kata temannya, jadi kalau ada teman anak kita yang menelpon saat berkendara, dia tak boleh segan untuk mengingatkan bahayanya.
Sebenarnya, beberapa jenis mobil sekarang juga menyediakan fitur bluetooth untuk menerima telepon, tapi seperti saya katakan di atas tadi, ternyata itu sama berbahayanya. Karena begitu kita merasa bahwa kedua tangan kita bebas dari handphone dan bisa tetap berada di kemudi, kita langsung merasa aman. Alih-alih aman, malah jadi lebih susah berkonsentrasi karena pikiran terpecah antara berbicara dengan penelpon di sana dengan mengemudikan mobil.
Jadi saya sih tidak menganjurkan itu, gunakanlah hanya bila telepon yang masuk benar-benar dirasa penting.
Pingback: Menurut Kalian, Driver Taxi Harus Bantuin Naikin dan Turunin Barang Penumpang Gak? | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
sepertinya kuncinya adalah disiplin, sih.. pegang setir ya sama sekali gak boleh pegang HP.. kalo mau pegang HP ya berhenti..
Pasti. Dan anak biasanya mengikuti apa yang dia jadikan contoh. Kupikir kalau anak remaja meskipun sudah diajarkan untuk disiplin, kadang akan melanggar juga kecuali ada aturan jelas sejak awal dan terus diingatkan.