Masih ingat postingan saya tentang ISPA 2014 di sini? Well, rangkaian kompetisinya sudah selesai, tinggal menentukan siapa yang berhak mendapatkan award-nya.
Jadi ceritanya, dua minggu lalu semua juara pertama dari setiap seri rangkaian Instagram Challenge di @indosatmania juga perwakilan dari komunitas @kamerahpgw dan @instasunda berangkat ke Gili Air, Lombok, untuk berlibur dan tentu saja hunting foto. Hunting foto di sana adalah wajib karena akan dicari foto paling unik dan paling bercerita yang nantinya akan diganjar dengan Indosat Smartphone Photography Awards 2014.
Rombongan kami total berjumlah 13 orang. Karena sudah meninggalkan Vay seminggu ke Barcelona, dan sudah harus berangkat lagi ke Gili Air, maka saya bawa Vay turut serta. Rombongan berkumpul di Bandara Soeta subuh-subuh, baru kemudian terbang ke Lombok. Serunya lagi, ada satu pemenang dari Bontang, Kalimantan yang menginap di bandara! Jadi ceritanya ini adalah pertama kalinya dia keluar dari Kalimantan, masih serem dong dengan cerita kota besar yang penuh trik ini. Ditawarkan untuk menginap di hotel di dekat bandara, tapi dia menolak, takut hilang kalau keluar bandara katanya. Jadilah dia memilih tidur di bandara saja malam sebelumnya, menunggu kami semua berkumpul pagi hari. Tapi tak masalahlah ya, as long as semua peserta happy.
Karena sudah masuk akhir tahun, laut mulai berombak, jadilah ketika kapal kami menyeberang, cipratan-cipratan kecil ombak menampar wajah-wajah kami. Vay sudah mau menangis karena takut, tidak sabar ingin segera sampai ke seberang. Dia bilang pulangnya nanti gak pengen naik kapal. Duh jadi gimana bisa ke seberang kita Nak, kalau gak naik kapal? Hihi..
Keramahan pemilik Omah Gili menyambut kami. Yes, kami akan menginap di sana selama tiga malam. Setelah briefing singkat, kami langsung makan siang bersama di Joglo. Lapar berat, mana panas pula, khas udara pantai.
Jadi di Gili Air ngapain saja? Postingan kali ini cukup panjang, ya. Siapkan mata juga cemilan :).
Hunting Foto.
Nah. Hari pertama tiba itu, setelah beristirahat beberapa jam, sorenya kami jalan untuk hunting sunset. Kalau bulan Oktober itu air laut sempat surut cukup panjang, kali ini air sudah pasang hingga ke pinggir, sehingga kami tak bisa melangkah hingga ke tengah. Vay sudah sibuk bermain di pasir bersama seorang temannya, teman baru kenalan di Omah Gili. Mereka sibuk mencari sea shell kecil-kecil gitu di tepi pantai. Dipungut, dikumpulin, dibawa pulang ke Jakarta. 🙂
Sunset kali ini tidak dapat full. Soalnya banyak awan. Tapi teman-teman Instagrammer sih selalu punya ide kreatif segudang untuk mendapatkan momen-momen foto yang lucu.
Ingin sedikit share tentang konsep foto ya. Sebenarnya foto-foto landscape pada dasarnya hasilnya akan bagus karena objeknya pun sudah bagus. Namun sering kali terasa bosan karena view yang ada hanya itu saja. Menunggu sunset saja hampir sejam. Nah, bagaimana caranya agar semua yang bagus itu terlihat berbeda dan unik? Kalau kita tidak punya props atau hanya mengandalkan apa yang ada di lokasi, biasanya jadi kreatf kan. Teman-teman yang ikut semua jago-jago dan punya taste sendiri dalam mengambil foto, sehingga hasilnya pun beragam dan tidak monoton meskipun background sunset hanya itu saja, atau pantainya pun hanya itu saja.
Namun untuk menambah serunya sesi hunting foto, kami dari panitia juga menyediakan seekor kuda, yang akan dimandikan di laut oleh tuannya. Nama kudanya Jhonny. Vay dan temannya Nara menyebutnya crazy horse karena memang kudanya ini bengal banget. Ada yang nekat naik sebentar, tapi setelah itu kami tak ada yang berani menunggangi dia, hahah. Namun selain kuda, teman-teman sendiri pun juga bergantian jadi modelnya. Pokoknya kreatiflah. Bila ingin lihat hasil-hasil fotonya, silakan track di IG dengan hashtag #isatphotowalk ya!
Diving di Turtle Point.
Yes. Salah satu aktivitas yang akan dilakukan teman-teman di Gili Air adalah diving. Mereka akan mendapatkan kesempatan mencoba discovery scuba dive dengan dilatih oleh dua instruktur (Magic dan Laura) dari Manta Dive. Semua peserta terlihat agak tegang ya, karena ini jelas adalah pengalaman pertama mereka. Memang sih, olahraga diving ini bukanlah aktivitas yang gampang untuk dilakukan, selain harus ada latihan sendiri, yang tersulit adalah menaklukkan rasa takut itu sendiri. Huhuii…. pengalaman pribadi, bok. LOL.
Semua peserta menonton video dulu selama setengah jam baru kemudian mereka pindah ke kolam untuk praktek skill dasar, seperti berlatih menggunakan regulator dan equalize. Namanya juga anak baru, beberapa kali mereka keluar dari air dengan cepat, karena belum merasa nyaman bernapas lewat regulator. Pengennya langsung hirup udara. Wajah-wajah cemas terlihat ketika Magic bilang jangan naik-naik terus, nanti di laut kita tidak mungkin sering-sering naik. **Duh, aku bisa merasakan kecemasan kalian, karena aku juga dulu begitu. Saya menunggu di tepi kolam sambil terus memberikan semangat. Jangan sampai menyerah, karena ini benar-benar kesempatan bagi mereka untuk mencoba diving, rugi kan kalau sampai gagal.
Dan tibalah saatnya. Jam dua siang, kami semua berangkat dengan kapal kayu menuju Turtle Point, spot dive dimana kita sudah pasti akan menemukan sea turtle. Ombak cukup kencang dan membasahi semua orang di kapal. Saya mulai merasa menyesal karena tadi memilih tak pakai wetsuit, karena cipratan air ternyata bikin tubuh kedinginan. Habis kalau pakai wetsuit suka sesak, makanya saya pilih pakai baju renang biasa saja.
Tiba di Turtle Point, kapal berhenti dan kami semua bersiap-siap turun. Audita, owner Omah Gili yang juga dive instructur ikut serta, karena dia yang akan merekam kegiatan anak-anak di bawah sana, sekalian membantu Magic dan Laura menghandle tujuh orang peserta DSD ini.
Saya dan dua teman turun duluan ke bawah bersama guide, menunggu para peserta di bawah. Kami harus menunggu semua lengkap dulu untuk berfoto dan shoot ramai-ramai dulu sebelum berpisah. Setelah lima belas menit, akhirnya semua peserta bisa turun dan dibariskan dengan mantap di bawah. Cool!
Kami semua berbaris dulu dong dengan banner ISPA 2014. Cieee… check video ini ya!
Site yang ini ya, ternyata tidak terlalu banyak ikan besarnya. Beda dengan Bounty Site kemarin, yang saya diving bersama ayah Vay. Tapi tak apalah, memang tujuan saya minta site ini biar kita semua bisa lihat turtle. Percuma dong ke Gili Island kalau tidak lihat sea turtle, benar gak? Dan benar saja. Sea turtlenya banyaaaak…. Baru mengikuti seekor, seekor lagi lewat di sebelah. Ah asyik deh. Saya menemukan dua tipe turtle yang berbeda kemarin. Yang pertama adalah jenis Hawksbill, yang bersisik, dan satu lagi Green Sea Turtle. Menemukan gurita besar di bawah sana, ketemu lion fish pertama saya, juga ketemu mantis shrimp. Syukurlah dingin saat di surface tadi tidak terasa lagi di bawah. Sementara teman-teman yang pakai wetsuit terlihat menggigil saat berhenti di safety stop, saya tenang-tenang saja. Khas kulit orang timur kali ya, di air laut tidak kedinginan, tapi kena AC dikit kedinginan. Entahlah. LOL.
Kami di bawah lebih kurang empat puluh menit, dan naik ke atas. Tiba di kapal, saya lihat wajah-wajah para peserta terlihat lelah. Tapi saat ditanya mereka bilang sangat excited. Semua katanya masih pengen lagi. Hahah.
Teman-teman bisa check video berikut ini. Akhirnya saya punya juga video penyu lagi renang-renang kece di bawah. Dan kalau diperhatikan dengan benar, ternyata saat di akhir video, ada seekor penyu lagi yang tertangkap kamera. Buat saya sih ini udah keren banget, maklumlah baru pertama kali berhasil ngerekam, hehe…
Snorkeling Glass Bottom
Setelah sehari sebelumnya diving, hari berikutnya kita santai-santai dengan snorkeling. Yes, kalau snorkeling kan lebih santai ya, tak perlu cemas karena harus masuk ke kedalaman beberapa meter. Semua terlihat fun dan enjoy, sibuk foto-foto atau sekadar mengapung meleyot sana sini.
Sekitar jam 12 siang, kapal kami singgah ke Gili Trawangan untuk makan siang di sana. Kali ini kami makan siang di warung di pasar. Wuihhh…. makanannya mantap, sampai pada nambah. Anak-anak agak menganga melihat Gili Trawangan, menganga karena Gili Trawangan ini ramai banget, sudah kayak pasar, berbeda dengan Gili Air yang tenang dan nyaman. Hayooo…. pilih mana? Gili Trawangan atau Gili Air? Semua serempak menjawab Gili Air.
Sempat ada kejadian juga nih. Habis makan di Trawangan, kami kan lanjut lagi mau snorkeling lagi di satu tempat. Ombak luar biasa tinggi sampai kapal pun melonjak-lonjak. Saya duduk di depan kapal biar tidak mabok, jadi rasanya ya biasa aja sih, jadi gak serem gitu.
Nah ketika tiba di satu spot untuk snorkeling, dan semua sudah turun, ternyata ombaknya memang parah. Jadi baru ngintip bentar, udah kedorong. Baru nangkring sebentar di sebuah karang besar – maksud hati mau foto ikan-ikan kecil – eh sudah terdorong lagi. Lalu saya lihat ada dua peserta yang terdampat di sebelah sana karena terhempas ombak. Mereka bertengger di karang. Saya panggil, ayoooo ke sini, ini ombaknya kencang, kita balik saja. Eh mereka bilang, gak berani bergerak, karena kaki lecet kena karang. Ya amplop. Saya pun berenang ke mereka, kasihan ini anak-anak kecil kalau sampai kenapa-kenapa. Mereka bilang gak mau berenang ke kapal, takut, jadi kapal disuruh datang. Aih, kekmana ini woi, kapal jauh, dan ini sudah dangkal, tersangkutlah nanti. Ya sudah, saya akhirnya berinisiatif untuk menarik mereka ke kapal. Yang di kapal sudah lihat dan mendekati kami. Saya pegang life vest salah satu peserta — saya sendiri tidak pakai pelampung sih — lalu memintanya telentang. Saya tarik dia menjauh dari karang lalu setelah di tengah saya minta dia kicking mundur saja ke arah kapal. Saya panggil Acionk, si Instagramer yang juga diver, untuk menolong satunya lagi. Dalam hati saya mikir, ini gue baru tamat Open Water kenapa malah kayak Rescue, hehe..! Tapi alhamdulillah kami semua bisa mencapai kapal dengan selamat meskipun ombak gila terus menampar wajah kami.
Ah tapi itu tak seberapalah. Yang penting semuanya happy dan puas, ya gak? Tiga malam empat hari di Gili Air, terasa sebentar ketika sudah tiba malam terakhir. Di malam terakhir kami semua berkumpul dan saling berbagi kesan dan pesan. Semua bilang happy sekali karena bisa ikut jalan-jalan sama Indosat ke Gili Air, aktivitasnya juga banyak dan seru-seru. Pada penasaran pengen diving lagi tuh, hahah! Dan yang terpenting adalah, di situ kami semua sama-sama mendapatkan teman baru.
Sebagai penutup, ada satu momen tak terlupakan buat saya. Yaitu ketika di hari ketiga – yang kami snorkeling itu – akhirnya Vay mau ikutan saya masuk ke laut. Mencoba snorkeling. Iyaaaa…. Vay juga ikutan. Jadi memang sudah saya bawa snorkeling dan finsnya – sudah dibeli ayahnya sejak beberapa bulan lalu tapi gak dipake-pake lhoooo – jadi sore ini kami langsung latihan dulu di kolam renang Omah Gili. Vay belajar lagi bagaimana menggunakan snorkeling dan mendayung dengan fins. Setelah lima belas menit, kami pergi ke laut. Saya bersama tiga rekan, Della, Achionk dan Widi, kami berempat menjaganya dari pinggir hingga agak ke tengah. Vay memang keren deh, maafkan emaknya yang narsis ini. Dia berani, lho.
Saya memang tak memakaikan dia pelampung, soalnya kan cuma sebentar juga di air, cuma mau ngetes Vay aja, terus Vay itu sudah bisa berenang dan kuat mengapung, dan lagi pula kami semua juga menjaganya. Dia bisa menggunakan snorkel dengan baik, tanpa tertelan air sama sekali. Saat kepalanya muncul ke permukaan, dia bilang, “Mami, tadi Vaya lihat angel fishhhh!”
Cieeee kereeeennn…..!!
Album lengkap berisi foto-foto aktivitas di GILI AIR bisa cek di link Flickr ini.
Wah LOMBOK sudah lama saya ingin trip ke sana, Saya ada teman dari Lombok. Sering jumpa saat meeting di Denpasar Bali.
Lombok memang bikin jatuh cinta… 🙂
Salam kenal mba. Keren blognya dan postingan kali ini membuat saya mupeng…
thanks yaa…
waaghhh kerenn amitt mbak mupeng hehe pizz….
makasih lhoo… 🙂
Zizy…kereeeen banget cerita dan foto-fonya!
Ah envy have habis kalo lihat orang diving. Saya cuma kepengen melihat penduduk laut yg cantik namun malas belajar..
Duh foto-foto nya asli bikin mupeng Mbak Zy 🙂
Ayo belajar Bu, saya kenalkan dng instr yang sabar… hhee..
Foto-foto aktivitas di tepi pantainya keren mbak Zizi. Suka 🙂
thanks ya…
Waaaaah, blognya bagus banget mbak. Salam kenal 😉
salam kenal jugaa…. ahhh…. sama aja kokk..