Sebagai warga Medan, saya memang belum pernah sempat pergi ke Banda Aceh. Namun, pada liburan Idul Fitri bulan lalu, akhirnya kesampaian juga main ke Aceh. Kami yang pergi tiga keluarga, saya dan Vay, lalu tulangnya Vay dan keluarganya, lalu uwaknya Sasha (ponakan saya).
Kami berangkat dari Medan hari lebaran pertama, malam hari. Rencana awal tu sebenarnya mau berangkat pagi hari di hari lebaran kedua, tapi setelah dipikir dan ditimbang, mengingat perjalanan Medan Banda Aceh jauh, kurang lebih 12 jam dengan mobil, akhirnya kita berangkat malam, jaga-jaga agar tidak terkena arus mudik di lebaran kedua.
DAN HUJAN DERAS PULA!
Perjalanan dari Medan ke Banda Aceh, Berapa Jam? Enaknya Berangkat Malam atau Pagi?
Tergantung jam aktif pengendara di jam berapa. Tapi kalau berdasarkan jadwal trip bus Aceh Medan atau sebaliknya dan juga kata abang saya yang sudah sering ke Aceh, lebih enak perginya malam hari sekitar jam 8 atau jam 9, agar bisa mengejar waktu masuk subuh di Cot Tarom Tunong, Bireuen. Dari situ tinggal 2-3 jam lagi ke Banda Aceh.
Lelahkah? Tentu saja. Bayangkan saja 12 jam naik mobil sedang, dan isinya penuh semua. Jadi isi mobil kami 7 orang, ditambah tas-tas baju, serta barang bawaan Kak Sasha (keponakan saya) untuk memenuhi kostnya di Banda Aceh. Si kakak sudah mau masuk semester ketiga FKH di Universitas Syiah Kuala lho. Padahal dulu masih kicik-kicik semua saat saya sering menulis cerita tentang Vay dan sepupu-sepupunya di blog ini.
Susahkah Cari Hotel di Banda Aceh Saat Lebaran?
Ok. Jadi kami tiba di Banda Aceh jam sepuluh pagi lebaran kedua, dan langsung mencari hotel. Inilah, seharusnya kan kita booking hotel itu sebelum datang ke kota dong, tapi sampai H-1 tidak dapat kamar yang sesuai . Sudah buka-buka Traveloka dan Tiket.com untuk cari Oyo atau Guest House agar bisa menampung 3 keluarga, tapi hasilnya antara kamar tidak cukup sama sudah full booked.
Akhirnya kita putuskan untuk go show, sampai di Banda Aceh baru cari hotel. Kami memang berasumsi karena ini masih musim pasca pandemi, artinya hotel-hotel masih kosong kan. Ketemulah dengan Hotel Diana saat lagi menyusuri jalan. Begitu masuk, syukur sekali masih ada 4 kamar kosong, dan berderet pula, berada di bagian gedung yang baru direnovasi, lalu dapat harga khusus lagi karena ambil 4 kamar bebas PPN.
Nah, itulah yang namanya timing yang cepat dan memang rezeki. Dua hari kemudian, saya baca berita kalau banyak wisatawan yang datang dari Medan, tidak dapat kamar karena hotel-hotel di Banda penuh. Akhirnya pada tidur di mobil atau tidur di Masjid Raya Baiturrahman. Masjid raya ini memang sangat besar dan luas dan mirip mall ya, jadi terbuka untuk umum bisa berkunjung dan juga bisa beristirahat.
Jadi, jawabannya adalah, tetap sebaiknya booking hotel dulu sebelum datang ke Aceh. Karena tahun ini adalah lebaran pertama setelah dua tahun tidak ada lebaran, maka membludaklah semua daerah dengan wisatawan.
Sedikit review tentang Hotel Diana saat libur lebaran kemarin
Karena kami dapat kamar baru, memang AC masih dingin, dan dapat ruangan yang luas. Kamar saya kebetulan di ujung dan masih ada sedikit tempelan plafon seperti bekas bocoran hujan (sayang ya udah bocor). Lalu untuk breakfast (rate kita menginap sudah dengan breakfast) rasa lumayan ya, menu lokal. Sedikit berebutan sama tamu lain karena memang tamu membludak, jadi harus sabar-sabar menunggu makanan ditambah.
Tapi lokasi Hotel Diana ini cukup strategis, dekat kemana-mana. Saya sih rekomen ya menginap di sini lagi berikutnya kalau memang tidak ada hotel lain, karena yang penting bisa istirahat tidur dengan nyenyak. Oh iya, mereka juga ada terima laundry dengan biaya relatif murah, dan cepat juga selesainya.
Bagaimana Urusan Makan Saat Liburan ke Aceh?
Pergi liburan saat peak, terutama saat lebaran, susah cari makan, karena rata-rata masih tutup. Untungnya kami memang sudag membawa perlengkapan perang, bawa rice cooker dan makanan kering. Meski demikian kita juga ada jajan keluar, mencoba mie aceh, roti cane, sama ngopi. Haha asyik banget ngopi di Aceh. Gak ada kopi gak enak di sini. Asli!
Malam pertama kami di Aceh kami langsung melipir ke satu warung kopi lokal yang sudah buka. Isinya cowok Aceh semua, ibu-ibu ya hanya rombongan kami saja. Kita perlu ngopilah karena sudah seharian di perjalanan, butuh booster.
Selanjutnya selama berlibur dan bertamasya di Aceh, bekal selalu kita bawa untuk berjaga-jaga. Karena ternyata rata-rata tempat wisata outdoor di Aceh tidak begitu proper menu dan rasa makanannya. Ini agak pe-er untuk Vay yang picky soal makanan, jadinya selama dua malam KFC lagi KFC lagi. Ini lebih aman buatnya dibanding dia harus makan makanan lokal yang belum dicoba.
So eniwei, destinasi wisata apa saja yang bisa dinikmati kalau liburan ke Banda Aceh? Cek di artikel kelanjutannya di bawah ini ya. Saya tulis terpisah karena cukup panjang ceritanya. Please mampir.
Harus baca:
Tempat Wisata yang Bisa Dikunjungi di Aceh.
Kenapa Saya Memilih Pulang ke Medan naik Bus?
Seperti tadi saya cerita di awal, kami kan pergi ke Aceh naik mobil pribadi. Tapi kemudian saya memutuskan untuk pulang duluan naik bus saja. Kenapa saya pulang duluan dan naik bus?
Pulang duluan ke Medan agar saya bisa ada waktu santai-santai di Medan sebelum pulang ke Jakarta. Ingin menghabiskan waktu dulu dengan orang tua karena saya kan basecamp di Jakarta, masa pulang ke Medan terus langsung pergi liburan sama yang muda-muda saja, lalu kapan ngobrol sama mereka? Saat lebaran kemarin mami saya sudah sakit-sakitan, jadi saya pun agak kepikiran saat pergi liburan ke Aceh itu. Kedua orang tua saya memang sudah sepuh tidak begitu kuat untuk jalan jauh, jadi memang tidak mungkin diajak ke Aceh jalan darat.
Kemudian memilih pulang naik bus karena tidak sanggup naik mobil dengan abang saya. Tidak bisa tidur haha. Sementara anggota keluarganya sudah terbiasa, saya tak bisa, terkaget-kaget dengan gaya menyetirnya. Bayangkan 12 jam harus melek dan tidak tenang, bahkan saat tiba di Banda Aceh kemarin saya langsung kena diare karena masuk angin (padahal sudah beberapa tahun tidak pernah diare). Dan karena di mobil itu harus bersempit-sempit, saya tidak tega keponakan harus duduk di belakang dengan kaki terjepit. Lebih baik saya pulang duluan naik bus, lebih lega. Ini sekaligus pengalaman pertama Vay naik bus untuk perjalanan jauh. Dia selo saja, tidak manja tidak komplen, yang penting bisa tidur.
Naik bus dari Aceh ke Medan jauh lebih nyaman karena supir sudah berpengalaman dan tidak menyetir ugal-ugalan. Bisa tidur dengan tenang dan nyenyak, bus juga lengkap dengan AC, bantal selimut dan toilet. Berangkat dari terminal jam 8.30 malam, tiba di terminal Pinang Baris Medan jam 8 pagi.
Itulah cerita libur lebaran kami tahun ini. Dan kemarin adalah lebaran terakhir saya bersama mami saya omanya Vay, karena pada 30 Mei 2022 lalu beliau telah berpulang ke Rahmatullah karena sakit, meski hancur hati ini tapi ikhlas karena ini adalah kehendak Allah SWT. Insya Allah ini terbaik untuk almh Mami. Allaahummaghfir laha warham ha wa’aafi ha wa’fu anha.
Jadi siapa yang sudah pernah berlibur ke Aceh? Sudah kemana saja?
Pingback: Jauh-jauh ke The Kaldera Toba, Ternyata Belum Ada Apa-Apa | | Life, Parenting & Travel Journal Mommy Blogger
Apa khabar Mbak Zizy? Punten, lama sekali tidak berkunjung ke blog ini. Kini Vay sudah remaja putri ya. Selamat terus berkarya. Salam sehat
Halo Mbaa… iya alhamdulillah sehat. Iya ya gak terasa anak sudah besar, emaknya juga tambah umur :D. Salam sehat Mbaa…
Pingback: Liburan ke Aceh Sama Remaja, Ini Dia Tempat Wisata Yang Bisa Dikunjungi | Life, Parenting & Travel Journal Mommy Blogger