[soliloquy id=”7601″]
Sore tadi, ketika kami sedang melakukan rutinitas weekend kami, yaitu Vay menggambar atau mewarnai, sementara saya membuka laptop untuk membaca berita, mengutak-atik foto atau sekadar mengecek email terbaru, hujan turun. Setengah jam sebelumnya kami dibuai dengan geledek besar beberapa kali, yang sempat kami kira palsu juga karena paginya juga ada geledek namun tak ada hujan.
Seperti mendapatkan durian runtuh karena hujan sudah sangat ditunggu-tunggu. Tanah di halaman retak-retak, rumput mati, beberapa tanaman melayu, air sumur pun kecil. Ah, saya memang suka dengan November, karena bulan saya ini selalu membawa suasana adem, dan syahdu.
Kami bergerak keluar. Vay mengambil bootsnya dan saya memotretnya dengan cepat di dekat jalan setapak, sebelum kemudian suara keras hujan memberi sinyal bahwa dia akan turun lebih banyak lagi. Ember tampung yang kami letakkan di bawah paralon sampai bergeser dari tempatnya karena tak kuat menahan tekanan air yang turun.
Setengah jam, dan kemudian berhenti. Cukuplah. Minimal dahaga tanaman dan tanah sudah terobati setelah sekian lama.
Saya tadinya ingin mengambil gambar pohon dan tanaman yang basah, namun tak lama kemudian Vay muncul. Dia kelihatan sedang senang – mungkin karena baru hujan sehingga udara sejuk dan tidak panas – dan saya membiarkannya bercerita. Mendengarkannya, menjepret, sambil pura-pura bilang, “Vaya, Mami sekalian ngetes settingan kamera, ya.†Modus. Hahah. Soalnya kalau gak begitu, nanti dia cemberut lagi. Jadi lebih baik candid, atau dibawa santai.
Selamat datang, Hujan!
fotonya keren2 mba, coba dilatih dikit lagi mngkin mba punya bakat terpendam di fotografi 😀
ko bisaan sih motoinnya… pengen blajar dong mba 😀
keren banget hasil fotonya, like a pro
nice photos, saya suka foto nomer dua, paling keren
Hm, Bagus sekali hasil jepretan nya 😀
Salam kenal ya..
Keren-keren fotonya.
Hobi foto ya kak? ^_^
Terima kasih. Iya, suka foto-foto aja, merekam momen 🙂