Ckrek…. Ckrek.. Suara jepretan kamera handphone — sudah pasti — membuat saya terbangun. Ada apa sih di luar? Saya seketika menganga saat memandang keluar window GA 434. Gunung besar di samping sayap.
Seketika saya mengambil handphone — yang tentu saja sudah di-set Flight Mode — dan mengabadikan momen yang jarang-jarang ini. Ah, indah sekali. Luar biasa. Sepanjang jalan tadi pesawat kami memang melewati banyak sekali pegunungan, sehingga saya memberi judul foto saya berikut ini: “Sekali terbang, puluhan gunung terlewati.”
Berarti sudah dekat nih, pikir saya. Memang, dua puluh menit kemudian terdengar suara pilot, “Flight attendants, prepare for landing.”
Dan kami mendarat dengan sangat smooth di Bandar Udara International Lombok Praya. Akhirnya.
Weekend kemarin, bersama seorang teman, saya pergi ke Lombok, dan kemudian bertolak ke Gili Air. Pulau kecil yang hanya butuh sepuluh menit saja ditempuh pakai speed boat gila. Oke, saya menyebutnya gila, karena heran: ini speed boat apa jet ski? Masa pake ngepot-ngepot? Mati kita kalau sampai terlempar ke air.
Gili Air tetap menawan seperti terakhir kali saya ke sini. Kami menginap di Omahgili, sama seperti sebelumnya saya ke sini juga. Ngapain saja di Gili Air? Belajar menikmati hidup. Itu yang dilakukan. Hahah. Well, sebenarnya kami ke sana untuk survey tempat dan spot-spot photowalk untuk kegiatan ISPA 2014. Baca info lengkap tentang ISPA di sini. Foto-foto di postingan kali ini mungkin tidak banyak yang berwarna biru, karena di kunjungan sebelumnya saya sudah punya banyak stock foto laut di siang hari ya, jadi ini akan lebih banyak foto saat menjelang sunset.
Hari pertama, kami langsung berburu sunset. Untuk mendapatkan sunset, kami berjalan lebih kurang dua puluh menit ke sisi lain pantai. Sisi pantai yang sangat natural, di mana tidak banyak kapal kayu pembawa diver atau turis yang snorkeling. Berbeda dengan bagian timur pulau yang sudah cukup penuh oleh kafe dan resto, sisi barat pulau ini mengingatkan saya akan Biak. Lumut di bibir pantai, juga perahu karam. Foto perahu karam berikut ini sudah saya retouch dengan HDR.
Saya membatin, mengucapkan syukur kepada pemilik alam ini karena selama beberapa hari kemarin di sana, sepertinya saya diberikan banyak bonus hal yang indah. Bayangkan, Lombok sekitarnya sudah sejak awal tahun tidak pernah hujan, tapi kemarin itu, di hari pertama kami di Gili Air, mendadak gerimis kecil. Dan ketika gerimis kecil berhenti, muncullah sunset yang luar biasa indah. Bahkan penduduk lokal pun sampai berucap berkali-kali betapa indahnya sunset sore itu. Sungguh luar biasa keindahan negeri tercinta ini. Berikut saya sharing foto menit-menit menjelang sunset indah tersebut.
Bagaimana? Siapa yang bisa menolak keindahan seperti itu?
Esok paginya kami bangun cepat untuk ke pantai, menunggu sunrise. Namun yang dapat hanya semburatnya saja, karena mataharinya sembunyi di balik bukit sana.
Beberapa foto underwater didapat dengan susah payah, karena tak mudah membidik modelnya yang terus saja bergerak. Ya iyalah, namanya juga ikan. Ini sama dengan kita belajar memotret burung yang terbang, harus sabar menunggu dan berkali-kali hingga dapat yang bagus. Jadi ini dapatnya juga sekadarnya, yang bisa tercaptured oleh kamera.
Bonus keindahan lainnya di hari kedua, saat sore hari sedang menyusuri air surut dari tengah pantai, saya tak sengaja bertemu ular laut yang berbisa: Moni-moni, demikian kami dulu menyebutnya di Biak. Ular kecil itu berenang ke arah kaki saya yang melangkah, dan saya terkesiap. Reflek menarik kaki untuk mundur, tapi segera mengambil kamera dan memanggil teman saya di belakang. Ular kecil itu panik dan bergerak pula hendak mengejar kaki saya. Aduh, saya sudah deg-degan. Mana bisa lari meski dengan air cetek begitu? Teman saya bilang, ah ini gpp kali dipegang juga. Eh, sembarangan, itu bukan ular biasa, tukas saya. Dia pun urung memegang ular kecil itu. Bergegas kami berjalan menjauh. Untung ya tadi tak terinjak. Tapi saya senang sekali, karena saya bertemu moni-moni ya waktu dulu kecil di Biak, setelah itu belum pernah ketemu lagi. Moni-moni di Biak besar-besar, dan memang ular satu itu sukanya bersembunyi di karang-karang.
Saya akan mengatakan Gili Air adalah salah satu tempat menemukan surga kedamaian. Ke sini hanya untuk dua tiga hari tidak akan cukup, sebaiknya ambillah waktu minimal seminggu agar bisa puas menikmati keindahan alam darat dan laut dari Gili Island. Tidak perlu khawatir dengan akomodasi dll karena semua akses ke sini mudah. Ingin hostel yang bagus juga banyak (ada Gili Air Hostel dengan rate Rp 125.000 per-orang permalam, jadi bisa ramai-ramai dengan teman ke sini), warteg ala rumahan dengan harga terjangkau juga banyak. Snorkeling dan diving, tak perlu khawatir. Tinggal tunjuk.
Eniwei, sempat ada pengalaman lucu saat hendak beli makan siang di Warung Muslim. Waktu itu teman saya penasaran dengan menu ikan sambal, lalu dia tanya, “Bu, ini ikan apa ya?” Dan ibu penjual menjawab, “Oh, anu, ini kan yang ditangkap di laut sini.” Kami langsung ngikik. Ya iyalah Bu, kan gak mungin ikannya ditangkap di Pulau Seribu lalu dibawa ke sini?
Mungkin dia lupa dengan nama ikannya jadi jawabnya begitu.
Foto landscape diambil dengan Samsung NX2000 (kecuali foto Gunung diambil dengan smartphone). Foto underwater diambil dengan Canon D30.
keren banget mbak foto-fotonya. Bener kata mbak, Gili air adalah tempat bagi mereka yang ingin rehat. ndak cukup sehari dua hari, harus seminggu
saya pun ingin sampai seminggu nih di sana…
memang Indonesia itu indah, keren fotonya
Setuju, Indonesia memang indah.
Nahan napas saya lihatnya kak. Baguuusssss..
Semoga segera dapat rejeki maen ke sana. 😀
Yuk, semoga bisa segera main ke sana..
Foto2nya menakjubkan bgt mom
Makasih Mom..
wow fotonya bagus2 banget zy!!!
Hehe tengkyu Man!
waaaaww…fotonya baguuus2
Thanks Mba :).
Subhanallah, keren foto2 nya…
Thanks ya.