Kemarin siang ketika sedang virtual meeting dengan orang, sudah setengah sajam saya baru sadar kalau saya lupa memblurkan background. Sebenarnya tidak ada juga sih yang perlu dikhawatirkan, karena di belakang saya hanya deretan lemari, tapi yang bikin saya ngeh kalau saya lupa adalah saat saya bisa melihat jelas foto anak saya Vay saat masih baby. So, akhirnya sih memang langsung saya blur.
Tapi kemudian saya jadi teringat pada masa-masa ketika anak saya masih baby. Ya ampun dulu saat dia baru lahir saya tulis di sini ceritanya, eh sekarang dia sudah belajar menulis juga di blog maminya ini. Sekarang sudah jadi remaja, atau tepatnya praremaja.
Sebenarnya apa sih tandanya anak sudah masuk usia praremaja? Selain perubahan fisik tentunya ya. Nah ada beberapa tanda yang saya coba buat daftarnya di bawah berdasarkan perubahan yang ditunjukkan anak saya selama satu dua tahun belakangan ini, ketika dia belum resmi masuk usia 12 tahun.
Sama-sama check list ya, adakah tanda-tanda ini juga dialami oleh teman-teman di sini yang punya anak remaja? Yang pasti, sejauh ini saya sudah masuk ke dalam fase mamak-mamak yang mulai urut dada menghadapi anak remajanya. Eh tapi ini saya sih ya, gak tahu mamak yang lain.
Tanda Anak Sudah Masuk Usia Pra-Remaja
Ini dia tanda-tandanya:
-
Sekarang maunya tidur di kamarnya sendiri.
Padahal tahun-tahun lalu sampai harus diantar ke kamarnya, tapi jam sebelas malam dia sudah muncul di depan pintu kamar. Bilang, “Boleh?” maksudnya boleh gak tidur di kamar saya.
-
Di handphonenya ada entah berapa banyak grup WhatsAppp.
Dan dengan nama aneh-aneh. Padahal isinya juga itu-itu saja orangnya, paling beda satu dua member. Lalu meskipun sudah gak aktif grupnya, tetap gak didelete.
-
Sudah gak doyan lagi baju princess-princess.
Jadi ingat pas ulang tahun kemarin, opung borunya datang bawa hadiah baju, dan itu Barbie ya. Vay cuma senyum simpul, dia sih menerima hadiahnya tapi dia gak mau pakai itu. Barbie, Hello Kitty, Doraemon, menurutnya itu melekat sama imej anak-anak, meskipun saya sudah bilang kalau Hello Kitty itu semua umur kok. Tetap gak mau. Bajunya gak boleh ada unsur anak-anak pokoknya.
-
Mulai bikin playlist lagu sendiri di ponselnya.
Kebetulan ponselnya itu masih pakai akun saya, jadi ketika saya buka Music, saya kaget dong, “Lho kok ini playlist isinya gak ada yang eike kenal ya?” Hahaha…. Dan playlist saya ada paling bawah.
-
Why Don’t We, Billie Eilish, Black Pink, Dua Lipa, Flamingo, James Charles.
Penyanyi, girl band, YouTuber, yang kekinian pasti tahu semua dan ngefans berat. Anak saya, tidak semua K-Pop dia suka, hanya Black Pink yang menurutnya pantas disukai. Dan biar bisa nyambung ngobrol, saya berarti harus cari-cari tahu apa saja yang lagi disukai anak-anak sekarang.
-
Gak tertarik lagi dengan mainan anak-anak seperti boneka, surprise egg, LOL dkk.
Sekarang kalau pergi yang dicari adalah pernak-pernik dekor untuk kamarnya, atau notebook cantik dan unik.
-
Suka jadi information center.
Kalau dulu kita selalu yang paling tahu, sekarang rada-rada terbalik nih. Seringkali kita dapat informasi tak terduga bahkan yang kita gak kepikir sama sekali. Biasanya kalau dari anak saya adalah informasi seputar apa yang sedang tren saat ini. Bahkan info tentang election di Amerika, atau update status corona saja, saya belum cerita ke dia, dia sudah sampaikan duluan ke saya. Fitur terbaru yang akan ada di iOS terbaru pun dia tahu duluan.
-
Bisa jadi partner untuk memberi masukan.
Kadang-kadang kita butuh masukan. Lalu kalau saya tanya, anak ternyata sudah bisa memberi masukan baik buruknya.
-
Sudah pilihan style fashion sendiri.
Kalau pergi beli baju, sudah ada selera sendiri, gak mau dipilihkan.
-
Suka defensif kalau ditegur.
Kalau dikasih tahu sesuatu protes dulu baru dikerjakan. Kalau ternyata endingnya yang kita kasih tahu itu benar, tetap ada aja alasannya. Gak mau kalah pokoknya.
-
Makin susah untuk disiplin.
Apalagi semenjak school from home, rasanya malah makin berantakan jam kegiatannya. Bangun pagi suka telat, tidur malam kalau gak diingatkan juga gak akan tidur karena masih mau main handphone, mau mandi sore saja harus dingatkan berkali-kali. Jawabnya, “Iyaa…” tapi tetep dong dia gak bergerak.
-
Sekarang malu kalau lihat video-video YouTube lama yang dia buat sendiri satu dua tahun lalu karena sudah beda style.
Lalu video-video dia yang waktu kecil yang ada di YouTube saya juga dia maunya dibuat private, karena gak mau orang tahu dia kecil bagaimana. Sudah besar, gaya udah beda. (Padahal buat maminya tetep saja dia adek baby)
-
Mulai jaga imej di depan umum.
Kalau lagi sekolah dan harus menyalakan Google Meet, dia akan pasang tampang serius. Maminya gak boleh elus-elus kepala. Kalau lagi jalan bareng, gak mau digandeng kayak ibu-anak, tapi jalan harus seperti sama teman.
-
Mulai butuh privasi sendiri.
Jadi kalau sudah masuk kamarnya, dia akan bilang jangan ganggu ya. Soalnya maminya ini suka kecarian anaknya terus, jadi dia ingetin kalau kali ini dia lagi mau me time.
-
Selera film juga sudah berubah.
Meski sejak lama dia sudah terbiasa nonton film-film Marvel, tapi belakangan semakin kritis dan bisa mengikuti detail cerita termasuk menertawakan humor. Bahkan sejak dua-tiga tahun lalu dia cepat sekali bisa menghapal dialog atau quote yang muncul di dalam film. Jadi kalau saya lupa tadi si A bilang apa di akhir cerita, saya hanya akan menanyakannya ke anak saya dan dia akan mengulangnya persis. Film-film animasi yang terlalu princess hanya jadi pilihan kedua, sebaliknya film dengan tokoh utama remaja akan jadi pilihan utama.
-
Hanya mau difoto kalau dia memang pengen.
Jadi kalau dulu bisa diarahkan dengan disuruh senyum, gaya begini begitu, sekarang tidak mau dipaksa-paksa untuk jadi model foto yang harus bergaya begini begitu. Kalau mau motret dia ya sudah jepret aja ala kadarnya.
-
Mulai senyam-senyum sendiri baca pesan di DM atau WA.
Meski itu obrolan entah apa antara mereka dengan teman-temannya di WAG, tapi kalau ditanya kenapa senyum-senyum jawabnya cuma, “Gak ada apa-apa….”
So, begitulah kurang lebih tanda-tanda anak sudah remaja. Ada yang mau menambahkan? Drop commentlah ya. 🙂
Salam,
-ZD-
Pingback: 5 Cara Menciptakan Batasan Penggunaan Teknologi untuk Remaja | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: 9 Cara Agar Dekat Dengan Anak yang Beranjak Remaja | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Podcast Ep 2: Ternyata Kelas 7 Berhasil Mengubah Anak Saya | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Cara Membagikan Foto Anak di Media Sosial Tanpa Merugikan Anak | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Drama dan Nilai Setelah 3 Bulan School from Home | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
waini.. masa-masa paling sulit saat.. nyari baju!! pengalaman dulu waktu pra-remaja, agak sulit nyari baju.. di bagian anak kegedean, di bagian remaja kekecilan.. repot.. ?
Aghhhhhhh beberapa tandanya sudah dialamin Ama anakku yg pertama nih, pdhl baru 8 tahun hahahahah.
Cepet banget memang anak zaman skr ya mba. Akupun kdg kaget nih anak lagu2 nya aja udh bukan lagu anak2. Tiap kita jalan naik mobil, pasti minta pinjem spotifyku, trus dia muterin deh playlist ya dia yg aku ga tau 1pun lagunyaaaaaaa wkwkwkkw. Tapi untungnya enak2 :D. Jd msh masuk ke kuping emak bapaknya. Beda Ama laguku yg rock abis hihihi…
Trus baju juga slalu minta pilih sendiri. Ga mau dipilihin. Aku pernah beliin topi sekalian buat adeknya yg msh 4 THN. Lucuuuk sih topinya, tp ada kupingnya gitu. Trus dia lgs bilang, “mamiiii, akukan bukan anak bayi pake topi begini”
OMG, dan aku lgs sadar dia udh gedean hahahah