eksplor ha long bay vietnam

Vietnam Trip, Eksplor Ha Long Bay

Hari kedua di Hanoi, jelajah Ha Long Bay

Saatnya eksplor Ha Long Bay! Saya bangun jam 5.30 untuk kemudian bersiap untuk breakfast. Di malam sebelumnya sudah diinfokan oleh Pak Tom bahwa kita akan bergerak jam 8 pagi paling lama karena kita akan ke Ha Long Bay. Perjalanan dari hotel kami ke Ha Long Bay akan ditempuh kurang lebih tiga jam, karena itu semua harus bisa on time.

Sarapan pagi di hotel.

Restoran terletak di lantai 1, dan pagi itu lumayan ramai karena lagi banyak tamu. Meja rata-rata sudah terisi, tapi akhirnya ada satu meja empat kursi yang kosong, dan kami langsung duduk di situ.

Tak lama, seorang teman segrup- ibu dan anak perempuannya – ikut join di meja yang sama, mereka juga hanya berdua seperti saya dan Vay. 

Menu makanan di restoran bukan menu internasional, mungkin menu lokal sendiri tepatnya. Ada nasi goreng pucat, mie goreng, sosis ayam (yang ternyata tak sengaja dicampur sama petugasnya dengan pork slice), sehingga tour leader kami lalu minta tempatnya diganti sekalian. Lalu roti goreng, ada pho juga, sampai telur rebus yang sangat banyak.

Sepertinya telur rebus adalah menu paling aman yang semua tamu bisa makan, jadi mereka stok lumayan banyak. Saya seperti biasa hanya makan telur rebus dan roti-rotian. Untuk Vay saya ambilkan mie goreng dan telur rebus juga. Sosis memang bukan makanan favorit kami, jadi tak mungkin terjamah (meski sudah ganti plate).

Saya mengambil pho daging ayam, enak juga lho. Kwetiawnya lembut, dan kuah beningnya nikmat disantap panas-panas.

Untuk membaca artikel sebelumnya silakan masuk ke daftar berikut ini:

  1. Perjalanan Menyapa Hanoi
  2. Mengunjungi Mega Grand World

Jam 7:30 bus kami pun jalan

Seperti tadi saya bilang di atas, untuk sampai ke Ha Long Bay, butuh waktu kurang lebih tiga jam. Rencananya kami akan lunch di cruise dan kemudian explor beberapa tempat ikonik di sekitarnya.

Mampir beli oleh-oleh di distrik Hoang Tan

Pergi dengan agen perjalanan pasti harus mampir ke tempat oleh-oleh yang sudah ditentukan. Saya tidak tahu nama tokonya, karena kami turun langsung di depan lobby, jadi saya tidak aware.

Bentuk tempatnya kurang lebih seperti Krisna di Bali. Lengkap semuanya ada, mulai dari baju, lalu makanan seperti keripik, coklat, dan yang paling signature di tempat itu adalah kopi.

Dasar penggila kopi!

Entah apa saja saya ambil saking pengen coba semua. Mulai dari robusta, arabika, lalu beli robusta lagi yang biji, lalu kopi luwak, dan kopi instan sachet (yang isinya kopi dan krimer). Saya beli beberapa untuk oleh-oleh ke tulangnya Vay.

Vay mengambil sebungkus coklat untuk oleh-oleh teman sekolahnya, dan beberapa merch seperti kipas dan magnet kulkas. Saya melengkapi dengan tiga bungkus coklat besar, sekalian deh buat bagi-bagi nanti.

Di sini juga ada area perhiasan!

Tempat ini menjual khusus batu red ruby. Harganya bervariasi, yang termurah kalau saya kurskan ke rupiah itu lima jutaan. Mereka gigih betul mengejar pembeli, sampai memasangkan kalung ke leher Vay. Tapi tentu saja saya tidak membelinya. Tidak dibutuhkan.

Jadi ingat pernah dulu waktu ke Bangkok, beli cincin emas berhias batu topaz turkois. Lumayan mahal harganya, tapi memang cakep banget dan saya juga. Tak lama setelah pakai cincin itu, saya baru sadar kalau secara astrologi, topaz adalah batu kelahiran resmi untuk bulan November.

Di tempat oleh-oleh kami hanya 30 menit saja. Saat membayar, saya baru tahu kalau di Hanoi (mungkin juga semua tempat di Vietnam) mereka menerima pembayaran dengan mata uang apapun. Saya putuskan membayar pakai Dong dan USD karena baru sadar uang Dong saya kok udah mau habis, padahal masih ada 3 hari lagi. Beginilah kan gara-gara belanja kopi, dompet langsung koyak di hari pertama.

Shortnya ada di sini:


Tiba di Tuan Chau International Marina

Jam 11.40 kami tiba di marina. Cuaca panas-panas adem, artinya kelihatannya seperti tidak terlalu panas, padahal sebenarnya panas.

Ha Long Bay terletak di Teluk Tonkin, dan merupakan salah satu destinasi wisata kelas dunia dan sudah masuk pula dalam daftar UNESCO World Heritage Site sejak 1994. Menurut legenda yang diceritakan oleh tour leader kami, teluk ini terbentuk oleh datangnya naga yang turun ke bumi untuk melindungi Vietnam. Saat naga melindung negeri ini, dia melepaskan permata-permata yang kemudian berubah menjadi batu kapur raksasa atau pulau-pulau karst.

Batu-batu kapur raksasa itu menjulang dari bawah laut sampai melewati permukaan air, sungguh dramatis dan mempesona. Luar biasa. Dan katanya jumlah pulau dan batuan karst ini ada sekitar 1600.

Jadi itulah mengapa namanya “Ha Long”, karena berarti  “Naga yang Turun (dan kemudian naik lagi)”.

Menikmati Lunch di Kapal Pesiar

Tour leader memberikan kami masing-masing satu lembar tiket masuk (harganya 310ribu VND). Hari itu marina ramainya minta ampun, mungkin karena hari Minggu dan tempat wisata ini sangat populer.

Dari gate ke cruise tidak terlalu jauh. Hanya kurang lebih beberapa puluh meter saja. Untuk travel seperti ini, cruise memang dibooking khusus untuk grup, dan di dalam sudah tersedia meja dan kursi makan yang sudah ditata.

Semua langsung mengambil meja-meja untuk menikmati makan siang. Ini adalah pertama kalinya kami makan sharing, jadi semua yang mejanya harus bercampur dengan keluarga lain agak-agak sungkan mengambil makanan. Termasuk saya. Soalnya Vay makannya pemilih, jadi kalau ada satu dua lauk yang kira-kira dia akan suka, saya tentu tidak bisa ambil banyak-banyak karena mungkin orang lain juga mau.

Untungnya makanannya bisa dibilang berlimpah, jadi meski sudah makan nambah-nambah tapi masih ada yang bersisa di meja. Vay seperti biasa sangat pemilih. Jadi saya langsung menyendokkan ayam kukus (seperti chicken hainan) beberapa potong ke piringnya, karena hanya itu yang dia mau makan.

Sayur kangkungnya lumayan enak, lalu ada lumpia sayur yang merupakanan menu khas di sini juga lumayan. Sup ayamnya standar sama dengan yang biasa dimakan di Indo, juga ada kerang rebus yang kecil-kecil: ambil 6 buang 3, hahah. Artinya ambil 6 kerang, 3 kerang udah kosong cuma cangkang aja.

Udang rebusnya tawar saja, tapi memang harusnya begitu. Harus dicampur dengan cocolan baru enak. Ibu dan anak yang tadi pagi semeja dengan kami ternyata bawa sambal terasi, dan mereka sharing siapa yang mau boleh saja.

Bersantai di atas dek cruise sambil menikmati pemandangan

Setelah selesai makan baru kita semua naik ke dek kapal, bersantai menikmati pemandangan dan angin laut. Pemandangan yang sangat luar biasa, begitu uniknya Ha Long Bai ini. Selama ini hanya lihat di film-film saja, dan sekarang ada di tempat ini. Sungguh luar biasa ciptaan Tuhan.

wisata cruise di halongbay

Kapal pesiar kami memutar dan menyusuri teluk, dan kemudian mampir ke sebuah tepian. Di sini kami akan manaiki perahu yang akan menyusuri gua-gua bersejarah di dalamnya. Untuk naik perahu, biayanya 200ribu dong per orang. Sebelum naik semua penumpang dibekali life jacket, baru kemudian pak supir perahu melaju, mengayuh.

aktivitas apa saja di halongbai

Aktivitas apa saja yang bisa dilakukan di Ha Long Bay? Sebenarnya selain menaiki perahu dan mengelilingi gua (yang hanya sekitar 30 menit saja), banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan di sini. Seperti mencoba bermain kayak di sela-sela pulau batu.

aktivitas di ha long bay

Perjalanan Cruise Dilanjutkan: Eksplor Dau Go Cave

Tujuan berikutnya adalah sebuah gua bersejarah bernama Dau Go Cave atau dikenal dengan nama Wooden Stakes Cave. Terletak di ketinggian 27 mdpl dan luas kurang lebih 5000 m2. Diperkirakan goa ini terbentuk sekitar 2 juta tahun yang lalu.

Kisah Dau Go Cave atau Gua Pasak Kayu

Banyak kisah menarik di balik nama Gua Pasak Kayu ini. Kisah pertama, pada abad ke-13 pada masa Perang Vietnam-Yuan-Mongolia, seorang Komandan Vietnam, Tran Hung Dao, menggunakan pasak kayu sebagai pertahanan di Sungai Bach Dang. Setelah perang usah, beberapa pasak kayu ini ditemukan di dalam gua, sehingga gua tersebut dinamai “Dau Go Cave” (Gua Pasak Kayu).

Cerita lain mengatakan bahwa gua yang bentuknya seperti busur ini menjadikannya tempat yang sempurna bagi para nelayan untuk berlindung saat badai besar. Mereka akan memperbaiki perahu mereka dan meninggalkan potongan-potongan kayu, sehingga muncullah nama gua tersebut.

Terakhir, beberapa orang percaya bahwa bentuk unik gua ini menyerupai pohon kayu raksasa, sehingga disebut “Dau Go Cave”. Hingga saat ini, alasan sebenarnya di balik nama gua ini masih menjadi misteri.

Seru ya kalau dengar kisah-kisah legenda seperti itu. Semakin digosok semakin sip, dan membuat Gua Dau Go semakin menarik dan memikat wisatawan.

Menaiki 200 Anak Tangga

Kami turun di dermaga yang dibangun di depan Gua Dau Go, dan total harus naik anak tangga sebanyak 200. 150 anak tangga di awal dari masuk dan ke dalam, dan 50 anak tangga pas keluar. Demikian kata Pak Tom.

Setelah semua turun, cruise langsung pergi, dia akan menjemput kita di sisi sebelah. Jadi jangan harap alasan capek dan tidak mau ikutan eksplor goa ini. Wajib! Hahah.

Kami harus naik sekian puluh anak tangga dulu untuk tiba di balkon batu, tempat para turis berfoto dengan latar plang nama goa. Kami foto grup dulu sebentar baru kemudian berpencar, masuk ke dalam dan ikut sampai keluar.

Saat pertama kali masuk ke dalam goa, jujur saya tidak punya bayangan seperti apa goa ini. Saat masuk ke dalam gua, kami disambut oleh stalagmit dan stalaktit besar yang pasti terbentuk perlahan-lahan selama ribuan tahun.

Oh! Wow! Seperti itulah rasanya saat berada di dalam. Goa ini memang dikelola dengan serius, mereka meletakkan beberapa pencahayaan buatan di beberapa tempat untuk menambah suasana magis dan ekspresif dari goa.

Ada tiga ruang di dalam goa ini, tapi saya tidak memperhatikan kemarin yang mana saja karena begitu terpukaunya saya dengan begitu besarnya goa ini. Karena cukup gelap, foto juga tidak terlalu banyak. Foto berikut ini cukup terang karena sudah saya adjust.

wooden stakes cave vietnam

Ketika kami tiba di bagian tengah goa, langit-langit goa tinggi menjulang seperti kubah, dan indah sekali, terlihat seperti lukisan. Kemudian batu-batu sejarah yang kita lewati pun juga menyerupai hewan mitologi bila dilihat dari sudut tertentu (kita bisa lihat dari papan informasi yang dipasang di depan setiap batu).

Saya pun terbayang, seperti apa goa ini pada jaman dahulu kala di mana belum ada listrik seperti sekarang.

Eniwei, selama di dalam goa saya merasa seperti liburan bukan di Vietnam. Soalnya banyak orang Indonesia.

Tiba di Pintu Keluar dan Kembali Naik Cruise

Meskipun turis di dalam goa sangat penuh tapi ternyata saat keluar menuruni tangga menuju dermaga, aman saja. Di beberapa titik ada toko souvenir, yang juga menjual minuman.

Karena yang lain belum sampai, saya dan Vay duduk-duduk dulu di kursi batu depan dermaga. Serasa di Danau Toba, dalam hati saya.

Saat naik ke cruise, ibu-ibu pramuniaga yang sejak awal bertugas menyambut kami, sudah menata barang jualan di salah satu meja. Ayoo, Ibuk… soping soping.

Oh ya, pelaku wisata mungkin tidak terlalu jago berbahasa Inggris, tapi mereka jago Bahasa Indonesia. Minimal kata-kata kerja yang simpel mereka bisa. Termasuk urusan kurs Dong dan Rupiah, mereka bisa cepat berhitung. Tentu saja agar kita juga cepat menghabiskan isi dompet.

Vay membeli sebuah gelang rantai batu yang lucu. Jauh lebih cantik dibanding yang tadi di toko oleh-oleh, meskipun yang di sana batu asli dan ini batu imitasi. Tapi yang penting bagus dipakai, dan dia suka.

Jam 3 sore kami kembali bertolak ke Hanoi

Hari yang cukup melelahkan. Begitu naik ke bus dan kena dinginnya AC, tak lama kemudian Vay langsung terlelap. Saya menggerai rambut dulu saking gerahnya, dan ternyata ibu di belakang saya juga begitu. Kerudungnya mungkin sudah basah jadi biar adem dibuka dulu. Dia duduk sebaris dengan suami dan anaknya, dan beberapa kursi di belakangnya kosong hingga belakang lagi tempat keluarga lain.

Saya hanya tertidur sebentar saja, karena bus juga mampir lagi di toko oleh-oleh yang tadi pagi. Ini adalah jadwal ke toilet, demikian tour leader kami mengaturnya. Jadi setiap 1 jam tiga puluh menit kami akan berhenti untuk menyegarkan diri.

Toko oleh-oleh sudah sepi karena memang sudah sore sekali. Setelah ke toilet, saya naik ke lantai dua, ke supermarket. Mencari cemilan yang bisa dimakan oleh Vay – yang tidak ikut turun. Setelah berputar-putar bingung mau beli apa, karena kami tidak terlalu suka kerupuk-kerupuk, akhirnya saya beli snickers, chips Lays untuk Vay, dan butter cookies. 

Pilihan yang tepat, karena Laysnya lumayan rasanya, mirip sama Pringles (langganan Vay memang ini!), lalu cookiesnya kok enak betul. Kurangnya adalah di toko itu tidak ada jual hot coffee. Itu aja.

Mobil bus pun melaju kembali, menujut Old Quarter Hanoi, tempat kami akan makan malam.


Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.