Saya berasumsi bahwa kalian semua sudah mendengar siaran Podcast terakhir saya mengenai cara agar anak bisa berinternet dengan aman. Tapi bila belum, saya lampirkan kembali link podcastnya di artikel ini, dan kemudian saya akan melanjutkan ke bagian berikutnya, yaitu bagaimana kita berkomunikasi dengan anak mengenai keamanan internet. **please diabaikan dengan voice saya yang tidak terdengar secakep voice penyiar radio ya, saya belum beli tools soalnya (dan juga karenamemang suaranya udah sember dari sananya).
Perlukah anak diajarkan tentang keamanan internet?
Seperti yang sudah saya singgung di podcast Ep. 3, generasi anak-anak kita berbeda dengan orang tuanya, mereka lahir dalam situasi teknologi yang sudah nyaman, mereka tidak kenal modem dial up, tidak kenal ponsel amps ukuran batu bata, tidak kenal yang namanya dengar siaran radio pakai mini compo (LOL). Intinya kehidupan mereka hanya sejauh jarak ujung jari dengan gawai.
Anak-anak mesti diajarkan tentang risiko aktivitas online, tujuannya agar pengalaman mereka berinternet yang nyaman, aman, fun, tetap terjaga. Tapi ini memang challenging, karena di internet tidak ada guru yang mengawasi. Orang tua juga tidak mungkin hadir setiap menit untuk memantau.
Cara menyikapi risiko saat online
Secara umum ada cara-cara yang bisa melindungi anak ketika dia berhadapan dengan risiko aktivitas online
1. Jangan berbicara dengan orang asing
Saat join di sebuah percakapan media sosial, atau saat main game online, anak-anak selalu berhubungan dengan orang asing. Namun banyak penjahat maya yang bersembunyi di balik avatar untuk mengelabui anak-anak agar memberikan detail pribadi, melalui utas komentar, percakapan di chat-room atau via DM. Detail pribadi ini nanti dapat digunakan untuk mencuri identitas atau membobol rekening.
Ini penipuan phishing yang biasanya menyasar golongan yang rentan, anak-anak dan orang tua.
Anak perlu tahu: Orang yang mereka temui saat online mungkin aslinya tidak seperti itu. Bisa saja anak tertipu oleh orang yang bertingkah laku seperti orang seusia dia. Ingat untuk selalu berhati-hati dan jangan pernah memberikan info pribadi apapun, bahkan kepada teman yang menurut mereka mereka “kenal”. Termasuk di sini itu mulai dari usia dan lokasi, hingga info login online atau apakah orang tuanya ada atau tidak ada di rumah.
Cara orang tua membantu anak: Memantau apa yang dimainkan anak saat ini. Pastikan mereka hanya memainkan online game atau media sosial yang terkenal, dan Anda ikut mainlah, seperti saya ikutan main AmongUs. Tapi memang sulit untuk memantau siapa saja yang mengobrol dengan anak dan apa yang mereka katakan. Ini bisa dibantu dengan menggunakan software internet security ya, yang bisa mencegah anak berbagi informasi sensitif melalui chat room.
2. Ketemu cyberbullying? Blokir dan laporkan
Banyak orang yang suka masuk ke media sosial atau situ game hanya untuk mengejek dan melecehkan orang lain. Gak usah jauh-jauh, kadang antara orang dewasa pun sering melakukan perundungan pada temannya secara online, seperti memposting foto teman yang memalukan di media sosialnya, meski katanya itu hanya untuk lucu-lucuan, namun buat korban itu kan tidak menyenangkan. Maka berhati-hatilah buat kita bila ingin berbagi foto teman di media sosial.
Mengontrol dan mencegah cyberbullying itu tidak mudah. Di sebagian besar game online, ada moderator yang bertugas menyaring. Tapi kalau pemainnya banyak, tidak bisa cepat juga. Di media sosial juga lebih rumit karena pedoman tiap media sosial berbeda soal penindasan maya.
Anak perlu tahu: Bila ada tindakan seseorang di online yang membuat mereka tidak nyaman atau diserang, minta mereka memberitahu Anda. Minta juga anak untuk mendokumentasikan (screen capture) perilaku tersebut dan laporkan pada helpdesk jika memungkinkan. Contohnya pada Roblox, bila ada yang melakukan cyberbullying, berkata kasar, atau hacking, maka pemain bisa langsung klik tombol report.
Yang utama adalah pastikan bahwa anak tidak melayani lebih lanjut perlakuan bullying tersebut. Minta mereka memblokir orang tersebut bila diperlukan.
Cara orang tua membantu anak: Fungsi orang tua adalah memastikan anak aman dari penindas online. Dengan menggunakan software internet security, orang tua bisa mengatur agar ada warning bila sebuah kata atau frasa tertentu digunakan saat berkomunikasi online. Namun kalau tidak punya software bagaimana? Lakukan secara tradisional, mengajak anak mengobrol tentang kegiatannya di online dan apakah ada yang mengganggunya. Untuk anak yang lebih kecil, biasanya akses yang dimiliki adalah akses orang tuanya, maka Anda bisa langsung masuk dan memblokir mereka yang dicurigai melakukan perundungan.
3. Beberapa tautan, unduhan, dan situs web dapat merusak komputer di rumah
Anak-anak selalu lebih maju dalam hal mencari aplikasi atau permainan gratis di internet. Sering juga mereka mendaftarkan diri di beberapa situs yang direkomendasikan teman dapat memberikan skin gratis, follower gratis, dst. Itu adalah kolam tempat para penjahat dunia maya bermain. Mereka tahu bahwa anak-anak juga mudah percaya pada lampiran email atau tautan.
Anak perlu tahu: Ketika anak mengklik salah satu link, mereka mungkin mendownload virus yang berpotensi membahayakan keamanan laptop atau PC mereka, bahkan mungkin seluruh jaringan. Meskipun mungkin dilakukan secara tidak sengaja. Bahkan iklan dari banner juga bisa disisipi malware.
Cara orang tua membantu anak: memberikan edukasi pada anak mengenai bagaimana mengenali email, tautan atau situs berbahaya. Edukasi anak agar tidak mudah mengklik “Yes” bila menerima email atau tautan.
Saat ini browser dan jaringan internet yang kita pakai bisa memberikan peringatan mengenai situs yang tidak aman untuk dimasuki, kemudian email yang dicurigai juga bisa masuk otomatis dalam kotak spam. Namun cara itu belum terlalu efektif juga, kadang provider bisa salah mengenali email penting yang dimasukkan ke dalam kotak spam.
4. Apa pun yang dibagikan di internet akan dibagikan selamanya
Terlihat mudah kan saat sudah menghapus posting melalui ponsel atau komputer, tapi sebenarnya tidak ada yang benar-benar bisa dihapus dari internet, meskipun yang dihapus itu sebelumnya adalah postingan private. Anak-anak mungkin belum paham bahwa jejak digital itu tidak bisa dihapus benar-benar. Pasti ada saja yang tertinggal. Ketika anak Anda mengirimkan gambar ke orang lain, bahkan ketika tak lama kemudian dia sadar dan menghapusnya, dia tak pernah tahu apakah orang di sana sudah melakukan tindakan lain untuk merekam gambar yang sudah dikirimkan. Mengupload foto secara online untuk mengikuti challenge kepribadian juga berarti membagikan data pribadi kepada penyedia (kita dipaksa untuk sharing foto kan?). Berhati-hatilah karena perangkat lunak juga dapat disadap melalui spyware.
Baca juga: Apa Perlu Banget Membagikan Foto Anak Secara Online?
Anak perlu tahu: Jangan pernah membagikan apapun secara online, sesuatu yang dianggap sangat privacy buat dirinya dan dia tidak ingin semua orang tahu. Gampang? Tidak. Anak-anak gampang terpancing oleh ajakan berbau challenge, padahal bisa saja di kemudian hari dia baru sadar bahwa seharusnya dia tidak membagikan foto itu.
Cara orang tua membantu anak: Minta anak memberitahu orang tua bila mereka menemukan suatu penawaran yang terlalu menarik, karena itu berarti harus dicek ulang apakah sah atau tidak. Kasih tahu anak juga agar memberitahu orang tua saat ingin mengunduh atau membeli aplikasi, menerima pesan giveaway gratis, atau saat ada pesan yang menanyakan detail di kehidupan nyata.
Oke, kesimpulan di atas berarti adalah bila anak sudah sangat intens menggunakan internet untuk kesehariannya, menggunakan software internet security adalah solusi terbaik.
Saatnya “Ngobrol” dengan anak mengenai keamanan internet
Setelah anak-anak dan remaja mengetahui risiko online yang mungkin mereka hadapi, maka pe-er selanjutnya adalah bagaimana membantu mereka membuat keputusan yang tepat supaya mereka tetap aman saat online.
Berikut ini cara-cara bagaimana orang tua membicarakan keamanan internet dengan anak. Cara-cara ini saya terapkan juga pada anak saya ketika dia mulai rutin online.
1. Membuat aturan dasar
Sebelum memberikan handphone atau komputer pada anak, orang tua harus memiliki diskusi yang sesuai dengan usia anak mengenai apa yang harus, apa boleh dan tidak boleh mereka lakukan.
Yang pertama, menetapkan batasan screen time. Dengan membuat batasan waktu online, ada kemungkinan lebih kecil untuk untuk tersasar ke situs yang tidak diinginkan. Sebab dengan waktu yang ketat mereka akan menggunakannya hanya untuk yang mereka benar-benar suka, kan?
Kedua, anak harus ngobrol dengan orang tua sebelum membagikan informasi pribadi pada orang lain atau mengisi form secara online. Bila mereka merasa takut atau kesal akan sesuatu, mereka juga harus segera memberitahu orang tua.
Saat online, perlakukan orang lain sebagaimana mereka ingin diperlakukan. Respek. Ini nilai utama yang penting untuk offline maupun online. Sifat dunia maya yang anonim bisa menyebabkan siapa pun mengatakan hal-hal yang tidak baik, yang merendahkan orang lain, yang kejam-kejam, yang sebenarnya pada kehidupan nyata tak pernah mereka lakukan. Website bisa menjadi tempat yang lebih baik, selama para pengguna memperlakukannya dengan baik.
2. Bicarakan tentang kenapa dan bagaimana orang tua akan memantau penggunaan online mereka
Semakin besar anak, maka semakin banyak media sosial yang mereka kenal dan ingin mereka ikuti. Sampaikan pada anak bahwa Anda akan memantau apa yang mereka posting, dan kenapa. Jangankan anak kecil, banyak remaja juga tidak paham mengenai dampak jangka panjang dari apa yang mereka posting, dan bahwa internet tidak pernah lupa. (Masih ingat kasus remaja yang ngebully Betrand Peto? Kalau tidak ingat, browsing ya!)
Anak-anak harus sadar bahwa orang tua bukannya mau memata-matai mereka, namun hanya berusaha untuk membuat mereka selalu aman di dunia maya. Jangan terlalu ketat juga, terutama yang anaknya sudah remaja, tentu harus ada sedikit kebebasan dan lebih banyak rasa percaya.
3. Sering-sering ngajak anak ngobrol tentang topik, tren dan kejadian seputar kehidupan mereka
Aspek komunikasi adalah yang penting dalam hal parenting. Sedari dini ajarkan anak untuk selalu terbuka bercerita apa pun ke orang tuanya. Seringkali anak tidak ingin bercerita karena takut mendapat masalah dari orang tua, dan anak bisa saja berubah, dari yang biasa terbuka kemudian tertutup.
Memang tidak mudah untuk meminta anak terbuka bercerita, karena itu Anda harus menggunakan cara-cara tertentu untuk menunjukkan bahwa Anda tertarik pada semua yang dia alami. Seperti, mendengarkan secara aktif selama anak bercerita, meskipun itu adalah cerita yang sudah berulang kali dia ceritakan (yap, anak saya suka begitu!), ini untuk menunjukkan pada anak bahwa orang tua selalu ada buat mereka.
4. Mengajarkan anak melakukan tindakan sendiri
Untuk di awal-awal orang tua memang harus mendampingi, namun karena kita tidak bisa setiap menit memantau, ajarkan anak untuk bertindak proaktif. Seperti cara melakukan report, atau memblokir situs yang mereka kunjungi. Anak-anak yang sudah lebih besar mungkin tahu lebih banyak tentang dunia online daripada orang tua. Tak ada salahnya meminta mereka membuka fitur keamanan dari permainan game atau situs yang suka mereka kunjungi, dan Anda bisa melihat apakah tindakan preventif yang dilakukan sudah benar.
5. Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan
Percakapan tentang keamanan online harus merupakan pengalaman belajar ya, jadi bukan merupakan ceramah satu pihak dari orang tua. Tanya pada anak apa yang mereka lihat secara online dan menurut mereka apakah ada potensi berbahaya, atau tidak. Anak-anak punya cara pandang yang berbeda, jadi bisa saja menurut mereka itu bukanlah apa-apa dan sama sekali tidak berbahaya, karena itu dengarkan dan tanggapi pada waktunya.
Kebanyakan anak tidak suka dengan peraturan, namun bila mereka dilibatkan, maka mereka cenderung untuk mematuhi, karena merasa mereka terlibat dalam pembuatan aturan itu.
6. Beri contoh positif yang bisa mereka lakukan
Internet bukanlah tempat yang selalu menakutkan. Bantu anak-anak dengan memberikan mereka contoh apa hal positif yang bisa dilakukan dengan internet. Seperti, internet bisa membantu mereka untuk proyek sekolah, atau menemukan kanal yang bisa mendukung minat mereka. Contoh positif yang utama pastinya adalah orang tua. Berikan contoh bagaimana Anda menggunakan internet secara bertanggung jawab akan menjadi sebuah message yang jauh lebih kuat ketimbang peraturan dan batasan.
Oke, sebagai rangkuman, sekarang ini yang harus dilakukan:
Karena tidak mungkin untuk orang tua menghindarkan anak-anak dari internet dan dunia digital, maka yang bisa dilakukan adalah menjaga mereka tetap aman dan menghindari risiko. Sebagai rangkuman, ini yang harus dilakukan orang tua:
- Bicara dengan anak tentang potensi bahaya yang mungkin mereka hadapi secara online
- Anjurkan anak untuk berbicara pada orang tua tentang apa pun yang mereka temukan dan alami di internet. Apakah itu menyenangkan atau tidak. Katakan bahwa telinga ini terbuka selalu untuk mereka.
- Batasi konten yang dapat diakses melalui komputer. Gunakan aplikasi yang terpercaya, atau Anda juga memblokir situs di Google Chrome hingga blokir frasa yang tidak diinginkan.
- Pindahkan laptop atau komputer anak ke ruang keluarga
- Memberikan pedoman singkat pada anak mengenai apa yang bisa dan tidak bisa mereka lakukan di internet. Apakah boleh mendaftar ke media sosial terbaru, purchase online, download musik, video, aplikasi.
Sekian dulu tulisan panjang kali ini. Silakan dibagikan bila tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang lain.
-zd-
Pingback: 9 Cara Agar Dekat Dengan Anak yang Beranjak Remaja | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Anakku berumur 5 tahun. Interaksi yang dia lakukan dengan orang lain di internet, baru sebatas bicara dengan teman-teman sekolahnya di Zoom ketika sedang bersekolah.
Aku selalu ngawasin dia kalau dia lagi sekolah. Salah satu hal yang kuawasi adalah kalau-kalau dia bicara sesuatu yang mungkin bisa menyinggung perasaan temannya. Sebenarnya menurutku itu udah masuk kategori cyber bullying sih, meskipun mungkin dia tidak sengaja melakukannya. Kalau dia tidak sengaja menyinggung perasaan temannya, aku buru-buru menginterupsinya dan menyuruh dia minta maaf.
Kadang-kadang, anakku bukan jadi korban keamanan internet, tapi bisa jadi dia menjadi pihak yang membuat internet tidak aman, maka aku harus mencegahnya.
Benar, kata-kata yang tak sengaja terucap bisa masuk kategori bully, karena anak yang lebih kecil belum paham mana yang boleh mana yang tidak.
Aku jd ngebayangin mini compo zaman sekolah hahahahhaha. Ya Allah, ini anakku ga akan tau serunya dengerin lagu dr mini compo :p.
Bener sih mba, anak skr wajib banget kita monitor penggunaan gadgetnya. Ga mungkin jg melarang mereka pakai hp, Krn toh semua kegiatan sekolah aja udh online .
Caraku sendiri, selalu nerapin waktu. Kalo utk sekolah beda cerita. Tp sehabis belajar online hp nya diserahin ke aku lagi. Untuk main2 game, mereka hanya bisa Jumat sore sampe Minggu sore. Setelah itu hp aku simpen lagi.
Anakku pernah cerita dia dpt chat dr banyak org kalo sdg main game tertentu. Aku iseng juga nanya, apa aja isi chatnya, pdhl sbnrnya aku LG ngorek2 isi chatnya bahaya ato ga. Tapi setelah itu aku cerita juga bahayanya kalo kita terlalu terbuka Ama org asing. Alhamdulillah si Kaka bisa ngerti.
Gitu deh yaaa, skr mah dobel hati2 . Apapun bisa terjadi kalo udh berkaitan Ama gadget