Orang bilang, menjadi stay-at-home mom itu mudah, dan penuh dengan momen bahagia dan nyaman bersama si kecil, namun pada kenyataannya, para wanita yang memilih tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga berjuang mengatasi kesepian dan depresi.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan beberapa tahun lalu terhadap wanita dewasa dengan rentang usia 18-64 tahun dengan anak berusia di bawah 18 tahun, ditemukan data bahwa ibu rumah tangga lebih banyak dilaporkan mengalami depresi
dibandingkan dengan ibu bekerja. Temuan ini juga dikatakan tidak terkait dengan usia, karena biarpun dibuat penelitian dari sisi usia, ibu yang tinggal di rumah secara emosional lebih buruk daripada ibu yang bekerja.
Selain fakta dari hasil studi, secara pribadi pun saya juga mengalami rasa stress lebih tinggi saat sudah menjadi stay-at-home mom. Saya lihat bahwa saya secara emosional jadi lebih cepat marah dan semakin tidak sabaran ketika terjadi satu kesalahan. Rasa kesepian juga saya rasakan, karena meski ada orang lain di rumah, tetap rasanya sepi. Terasa jauh dari keriaan teman-teman yang lama.
Teman saya yang juga sudah bertahun-tahun menjadi ibu rumah tangga, juga mengakui bahwa tidak mudah menjadi SAHM. Berada di daerah terpencil di mana suaminya ditempatkan, jauh dari teman-teman dan sahabatnya saat masih lajang, sehari-hari harus mengurus semua urusan rumah tangga, dan dia juga sering merasa kesepian.
Tidak apa-apa kok sesekali merasa sedih atau marah (saya pun demikian), namun perasaan tertekan yang secara terus-menerus dapat memberi dampak negatif pada kesehatan mental dan hubungan kita dengan sekitar, maka carilah cara bagaimana agar mengatasi emosi harus menjadi prioritas.
Berikut ini cara bagaimana agar para ibu rumah tangga dapat bangkit melawan kesepian dan depresi.
Cari cara untuk tetap bersosialisasi dan terhubung dengan dunia
Stay-at-home mom seringkali mengalami keraguan untuk berbagi perasaan atau rasa khawatir karena adanya pandangan dari masyarakat yang memandang bahwa bisa tinggal di rumah setiap hari adalah sebuah berkah. Banyak yang tidak tahu kalau menjadi ibu rumah tangga itu berarti ibu harus menghabiskan hari-hari dengan mencuci pakaian, memasak makanan, mengawasi pekerjaan sekolah anak, menjaga rumah tetap bersih dan tugas-tugas tambahan yang sepertinya tak pernah berhenti dan ujung-ujungnya membuat ibu menjadi kelelahan.
Untuk menghindari perasaan jengkel, kesal, atau kesepian, ibu perlu mencari cara bagaimana agar tetap bisa terhubung dengan teman-teman dan bisa melakukan aktivitas lain yang bukan aktivitas sehari-hari sebagai ibu.
Ingat ya, ibu lebih dari sekadar stay-at-home mom. Ibu adalah juga manusia yang perlu berinteraksi dengan orang lain agar bisa berkembang. Jadi pergilah janjian minum kopi dengan teman-teman, atay menjadwalkan pergi ke salon bersama sahabat. Bila tidak memungkinkan untuk keluar rumah, buatlah jadwal ngobrol dengan teman secara online. Kuncinya adalah tetap terhubung sehingga ibu tidak akan merasa terisolasi saat menjalani pekerjaan mengasuh anak dan seisi rumah.
Mengejar passion
Setiap orang pasti punya passion. Menjadi SAHM tidak berarti mengabaikan minat atau hobi. Kebutuhan keluarga mungkin berada di urutan teratas daftar prioritas ibu, tapi juga penting untuk meluangkan waktu untuk hal-hal yang membuat ibu merasa lebih baik dan bahagia. Rasa bahagia akan sangat bermanfaat kan dalam banyak hal, kita semua setuju itu. Tak hanya baik untuk ibu, tapi juga untuk anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak dengan ibu yang bahagia memiliki resi
Tidak hanya baik untuk Anda, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan ibu yang bahagia memiliki risiko lebih rendah terkena masalah kesehatan di kemudian hari.
Ibu tetap bisa melakukan berbagai hal dengan cara berbeda, karena itu berhenti berpikir bahwa tidak mungkin buat ibu mengejar minat, passion karena ada anak yang membutuhkan ibunya di rumah.
Jadi, misalnya kalau ibu suka membuat acara kumpul-kumpul dengan teman sambil mengundang seorang speaker untuk berbagi cerita, bookinglah sebuah kedai kopi homey agar ibu bisa menikmati waktu berkualitas dengan teman-teman dekat sekaligus mengasah ilmu per-event-an ibu.
Buat yang berangan-angan menjadi penulis fiksi, tak ada salahnya langsung mulai menulis buku. Jangan langsung memandang result akhir, tapi idenya adalah bagaimana mengejar passion yang dimiliki dan menyediakan waktu untuk itu.
Jangan merasa bersalah
Yang membuat stay-at-home mom lebih stress adalah karena para ibu di media sosial yang menampilkan cerita mereka sebagai SAHM, yang terlihat lebih mudah, lebih keren, lebih chic. Pastinya itu menjadi tantangan bagi ibu bagaimana agar bisa seperti para influencer itu. Tapi tak perlu merasa bersalah misalnya karena rak buku masih berantakan, atau anak yang tidak mandi seharian karena sudah langsung sibuk di depan laptop, atau mungkin juga saat melihat diri sendiri berpeluh keringat dengan wajah tidak sekinclong mereka yang di media sosial. Tapi inilah real life, sebagai ibu rumah tangga memang begitulah adanya. Memang benar, lama-lama bisa jenuh dan mulai emosi dengan semua ketidakteraturan yang terjadi, namun buang jauh-jauh rasa bersalah itu.
Pelajari juga tentang manajemen waktu buat ibu super sibuk, agar ibu bisa mengatur waktu dengan lebih baik. Minimal nih, meski muka tidak bisa kinclong seperti ibu-ibu di media sosial, tapi tetap pakai suncreen, intinya tetap bisa terawat dan sehat.
Menjadi ibu rumah tangga memang ada tantangan tersendiri, namun ingatlah untuk meluangkan waktu utuk diri sendiri dan mencari cara untuk menemukan ruang bahagia di diri ibu. Jaga diri selalu dan jangan lupa mencari bantuan bilaa membutuhkannya. Atau bila membutuhkan teman bicara, jangan ragu menghubungi saya, yang juga seorang SAHM.
-zd-