Face Shield vs. Masker Wajah: Mana Perlindungan COVID-19 Terbaik untuk Anak-Anak?

Dalam seminggu terakhir ini jagat media sosial heboh dengan pertikaian antara dr. Tirta dan musisi-penyanyi Melly Goeslow terkait face shield. Jadi ceritanya, sang dokter membuat postingan edukasi tentang cara penggunaan face shield yang benar, namun yang bersangkutan menggunakan foto Melly dalam salah satu event yang sedang menggunakan “eye shield”. Sang penyanyi tersinggung karena merasa penggunaan fotonya tidak mendapatkan izin dan seolah-olah menampilkan dirinya sebagai sosok yang “incorrect” dalam penggunaan face shield.

Terus kalau kita mau lebih aware lagi, pasti sudah sering kan melihat orang-orang di luaran yang menggunakan face shield sebagai pengganti masker. Apalagi para pesohor di televisi yang muncul di acara setiap hari, pagi, siang, dan malam hari. Tidak ada yang mengenakan masker di acara itu, semua hanya mengandalkan face shield. Untuk para pesohor di TV, alasan “demi rating” berada di urutan pertama. Kalau kata mereka sih (yang saya tangkap dari penjelasan salah satu host di infotainment), face shield hanya digunakan ketika on stage, namun setelah acara selesai mereka kembali menggunakan masker.

Jadi apakah face shield bisa melindungi kita dari COVID-19?

masker vs face shields

Yang mau kita bahas kali ini adalah anak-anak dan penggunaan face shield. Pada dasarnya artikel ini pun akan sama bermanfaatnya bagi orang dewasa yang suka pakai face shield tanpa mengenakan masker di baliknya.

Kita balik dulu ke masalah masker wajah. Sejak awal kemunculan coronavirus, pemerintah dan WHO merekomendasikan penggunaan masker kain untuk mengontrol penyebaran COVID-19. Masker harus dipakai di tempat umum dan di dekat orang-orang di luar rumah kita, terutama ketika tindakan menjaga jarak sulit dilakukan.

Namun, masker wajah dari kain memang memiliki beberapa kelemahan seperti: panas dan tidak nyaman, tidak menutupi mata, dan kebanyakan anak tidak suka memakainya. (Jangankan anak kecil, bahkan orang dewasa juga banyak yang merasa tidak lega saat menggunakan masker kain.)

Itulah mengapa beberapa orang tua beralih ke pelindung wajah. Penghalang dari plastik ini dapat menutupi seluruh wajah (termasuk mata) dengan tidak mengganggu pemandangan karena bentuknya yang transparan. Saya juga membeli face shield ini untuk anak saya, berjaga-jaga siapa tahu suatu saat dibutuhkan.

Meski face shield sangat populer di kalangan orangtua, CDC (Centers for Disease Control and Prevention) tidak menganjurkan penggunaan face shield sebagai pengganti masker. Menurut CDC, saat ini belum diketahui berapa besar tingkat perlindungan yang diberikan oleh face shield kepada orang-orang di sekitarnya, dari semprotan pernapasan si pemakai. Dan juga belum ada cukup bukti yang mendukung keefektifan face shield untuk mengontrol dari sisi sumber.

Sebagai gantinya, para ahli merekomendasikan agar orang tua menggunakan pelindung wajah hanya bersama dengan masker untuk perlindungan ekstra terhadap COVID-19. Inilah semua yang perlu Anda ketahui tentang perdebatan masker wajah vs. pelindung wajah.

Kelebihan dari Face Shield

Kebanyakan terbuat dari plastik yang tipis dan jernih, face shield akan membuat penghalan di seluruh wajah kita. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh oleh anak-anak saat memakainya:

  • Face shield tidak langsung menyentuh wajah, dan tetap terpasang dengan pengikat bawaannya. Secara desain memang terasa lebih nyaman untuk anak-anak.
  • COVID-19 ditularkan melalui droplet pernapasan yang mungkin masuk melalui selaput lendir mata. Tidak seperti masker yang hanya melindungi sampai hidung, face shield membuat pelindung sampai mata.
  • Bentuknya tembus pandang, sehingga memudahkan komunikasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan anak dengan gangguan belajar.
  • Tidak perlu ada pengaturan lagi (earloop, posisi) seperti halnya kalau menggunakan masker wajah. Menggunakan face shield berarti minim sentuhan ke wajah, yang bisa mengurangi risiko penularan COVID-19.
  • Face shield bisa dicuci dan dipakai kembali.

Kekurangan dari Face Shield

Penyebaran coronavirus terutama melalui droplet pernapasan, ketika batuk dan bersin. Virus juga mungkin ditularkan melalui partikel di udara yang dilepaskan saat kita berbicara, menghembuskan napas, batuk, atau bersin.

Masker wajah (baik masker kain maupun masker medis) bekerja dengan menahan semua partikel yang keluar saat orang berbicara, melindungi orang-orang yang ada di sekitar individu yang menularkan. Masker wajah harus dikenakan dengan benar, yaitu harus menutupi mulut dan hidung, pas di bawah dagu, dan menempel dengan pas di sisi wajah. Tidak boleh ada sisi yang longgar di sisi manapun.

Di sisi lain, face shield tidak memberikan tingkat perlindungan yang sama terhadap COVID-19. Karena face shield tidak pas dengan wajah, tidak menempel pas, maka artinya partikel pembawa infeksi masih bisa bocor melalui bagian bawah dan samping. Bila hanya bermodalkan face shield tanpa masker, droplet-droplet kecil bisa berhamburan terbang dari sisi kanan, kiri, dan bawah face shield lalu terhirup oleh hidung dan mulut.

“Cuma pakai face shield nggak pakai masker tetap aja (tidak efektif), sama seperti pakai payung bisa kecipratan air dari samping dan bawah air hujan. Pakai face shield dan masker itu baru yang maksimal,” tegas mantan Juru Bicara Satgas COVID-19, Achmad Yurianto beberapa waktu lalu.

Cara Memakai Face Shield dengan Benar

Bila ingin memberi anak pertahanan tambahan terhadap penyebaran COVID-19, berikan mereka masker wajah selain face shield. Perlindungan lengkap ini menutupi mulit, hidung, dan mata mereka, yang mengurangi kemungkinan mereka tertular virus. Apabila anak mengidap COVID-19 baik tanpa gejala, pra-gejala atau dengan gejala, maka saat dia mengenakan masker dilengkapi dengan face shield, itu dapat lebih melindungi orang-orang di sekitarnya dari kontaminasi. Bayi juga tidak boleh mengenakan face shield karena dapat menghalangi masuknya oksigen.

Pastikan anak rutin mencuci tangan setiap kali akan memegang face shield, atau minimal menggunakan hand sanitizer. Seringlah membersihkan face shield setiap kali sehabis penggunaan dengan menggunakan larutan disinfektan (cari merek yang biasa digunakan oleh rumah sakit bila kesulitan mencari mana disinfektan yang bisa dipercaya). Jangan lupa untuk mencuci tangan dengan bersih bila sudah selesai membersihkan face shield. Dan, bila face shield sudah terlihat rusak dan kumuh, buang setelah digunakan.

Gimana Ya Kalau Anak Saya Tidak Bisa Memakai Masker?

Tidak semua anak bisa memakai masker. Dalam konteks COVID-19, beberapa anak mungkin tidak dapat memakai masker karena kondisis disabilitas atau berada dalam situasi tertentu seperti harus berbicara di depan kelas di mana guru perlu melihat mulitnya. Dalam kasus ini, face shield dapat dianggap sebagai alternatif untuk masker, namun tidak memberikan perlindungan yang setara untuk mencegah penularan virus ke orang lain.

Bila terpaksa harus menggunakan face shield sebagai pengganti masker, WHO menganjurkan agar pelindung wajah tersebut harus menutupi seluruh wajah, melingkari sisi wajah dan meluas hingga ke bawah dagu. Setidaknya akan cukup bisa melindungi.

Bagaimana? Apakah ada di sini yang ingin membagi pengalaman menggunakan face shield dengan atau tanpa masker?

-zd-

Sharing is Caring
  • 1
    Share

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

2 thoughts on “Face Shield vs. Masker Wajah: Mana Perlindungan COVID-19 Terbaik untuk Anak-Anak?

  1. Pingback: Tentang Menemukan Kebahagiaan dan Targetku di Februari | Life & Travel Journal Blogger Indonesia

  2. Aku gak punya face shield mbak. Rasanya daripada pake face shield yang kalau bersin dan batuk dropletnya bisa terbang ke mana mana dari lubang bawahnya, mending pake kacamata sekalian seh plus masker tentu saja.

    Untungnya disekitaran aku gak ada yang pake faceshield aja seh. Semuanya tetap pake masker.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *