belajar berkebun di rumah

Have a Nice Weekend! Mari Kita Merapikan Kebun dan Taman!

Saya memiliki jadwal rutin memeriksa taman setiap Selasa dan Jumat. Ini adalah jadwal memberi pupuk, memotong batang dan daun kering, serta menggembur-gemburkan tanah. Entah kenapa saya paling suka bagian menggemburkan tanah, rasanya puas gitu kalau melihat media tanamnya gembur.

Di luar jadwal di atas, setiap pagi semua tanaman juga disiram. Kalau hari sedang sangat panas, sorenya saya siram-siram sedikit. Namun, di weekend juga saya suka keluar meriksa bunga dan pohon buah, karena tetap saja ada daun yang sudah bisa dicopot, kan. Dan weekend biasanya digunakan untuk kerja bakti yang lebih besar, yang tidak bisa sekaligus dikerjakan di hari kerja. Misalnya ada tanaman baru yang mau ditanam, atau ada yang harus dipangkas cukup banyak, termasuk mencabuti rumput teki, ini di weekend nih. Biasanya saya berdua sama asisten, mulai dari ngaduk metan, sampai menata angkat sana angkat sini.

Gak jalan-jalan keluar kalau weekend? Gaklah. Sekarang sudah malas keluar-keluar ke mall, kecuali memang barang yang dicari hanya ada di mall. Bahkan anak saya Vay juga lebih suka menghabiskan waktu di rumah di Sabtu Minggu. Kalau cuma mau makan ya bisa pesan. Belanja bulanan, semua sudah online. Belanja dapur, kalau gak asisten yang ke pasar, kita pakai aplikasi aja. Baca di sini pengalaman belanja di aplikasi Sayurbox.

Seperti hari ini. Karena lima hari belakangan ini Jakarta dilanda hujan terus dari siang hingga dinihari, maka taman cukup basah dan saya baru bisa benar-benar “kerja” tadi. Pangkas batang-batang besar, gunting daun kering, buang bibit sayuran yang gagal tanam, lalu digemburin ulang lagi tanahnya, dst.

Oke saya akan kasih tahu apa saja tanaman yang ada di halaman yang sempat saya rapikan hari ini.

Tanaman apa saja sih yang ada di halaman rumah saya?

Jawabannya, ya hampir sama dengan kebanyakan orang. Ada pohon buah, lalu bunga-bungaan, kebanyakan bunga biasa. Saya tak koleksi tanaman mahal, berhemat.

Pohon Buah

Tanaman buah yang ditanam di tanah di halaman belakang tinggal pohon mangga dan pohon giawas. Si Mangga Tua ini tiga tahun lalu kami tebang tengah karena sudah terlalu besar, dan sekarang dia masih subur cuma belum berbuah lagi. Ngambek.

Sementara itu Pohon Giawas (jambu klutuk) lagi ngamuk berbuahnya. Setiap hari ada saja yang jatuh ke tanah karena kematangan, beberapa sudah bolong dimakan codot. Agar tidak mubazir, setiap hari kami buat jus giawas. Sudah tahu kan, kalau jus giawas ini kandungan Vitamin C nya lebih banyak daripada jeruk?

buah giawas

Dulu ada pohon kelengkeng, tapi sudah lama dimatikan. Sudah terlalu kayak hutan sampai merepotkan orang mau lewat ke depan. Pohon buah tanam tanah ini peninggalan omanya Vay, yang memang juga rajin nanam-nanam. Kami memang tak biasa bertanam di pot, jadi semua harus di tanah, sama halnya dengan rumah orang tua di Medan dan Siantar.

Kemudian, tanaman buah yang ditanam di pot, ada beberapa. Baru belajar tanam buat di pot nih. Yang termasuk anak baru, pohon mangga, kelengkeng, dan jeruk manis, belum berbuah. Anak lama si jeruk lemon sekarang sedang belajar berbuah, dan si apel cina sudah tiga kali berbuah (ini paling gampang). Namanya juga masih belajar, ada juga waktu itu pohon mangga pertama yang mati karena saya terlalu semangat kasih pupuk haha! Buat saya yang penting selama pohon ini tidak mati, artinya dia senang ada di halaman ini. Kalau mati, berarti saya yang salah.

menanam jeruk di rumah

Oh ya, mau cerita soal pohon buah naga. Jadi akhir tahun 2020, pohon yang sudah tua kami buang karena sudah terlalu banyak batangnya. Saya ambil delapan batang dari salah satu pohon yang sudah pernah berbuah, dan ditanam di tanah. Pengen coba kayak di YouTube gitu. Tapi ternyata, menanam buah naga memang tak mudah, harus telaten terutama harus rutin kasih pupuk kandang dan motong dahan yang gak perlu. Target saya di Agustus tahun lalu harusnya sudah berbuah, tapi sayangnya tak terpegang lagi oleh saya gara-gara tahun lalu sepulang mudik, gak ada asisten untuk beberapa bulan. Saya cuekin aja. Eh ternyata akhir tahun 2021 ada satu pohon berbuah satu, tapi gak sampai matang keburu busuk. Kasihan.

Dan sekarang, saya baru ngeh juga kalau di kubik satu lagi, ada satu buah naga yang keluar, dan keluarnya dari batang yang merambat di dinding pula! Ketahuan deh gak diurus sama saya ya, sampai batangnya menjalar kemana-mana gitu. Padahal harusnya dirapi-rapikan di dalam kerangkengnya. Hehe.

chinese jujube

Tanaman Sayur

Terakhir kali, ada sederet tanaman cabe merah di halaman samping depan. Tapi sudah sangat tua, batang kemana-mana dan  hamanya banyak, semut juga suka bersarang di bawah. Saya babat habis saja, rencana tempatnya mau dipakai untuk tanam pohon biasa (cuma belum mulai). Kemudian masih ada tanaman katuk, lalu pohon pepaya jepang yang kami ambil daunnya untuk dibuat gulai daun pepaya (asli enak kali ini!). Sayur kangkung, bayam, tahun lalu masih saya tanam dengan media hidroponik, sekarang gak lagi.

Tanaman Hias Bunga-bungaan

Dua tahun belakangan ini saya menghabiskan waktu agak lama di Medan setiap mudik, dan saat itu banyak tanaman yang saya letakkan di teras depan kering dan mati karena tak tersiram (termasuk koleksi aglaonema). Akhirnya tahun ini semua tanaman yang ada di teras saya pindah ke halaman, full sun full rain saja. Dan ternyata begitu balik dari Medan, eh malah jadi subur. Monstera jadi keluar daun banyak dan gede-gede dibanding pas pertama beli.

Selama dua tahun ini juga saya juga sadar bahwa saya tak sanggup juga menanam dan mengurus begitu banyak tanaman. Haha. Dulu pas masih kerja katoran, saya tak pernah mengurus taman langsung, ada yang datang tiap beberapa hari untuk siram bunga dan bersihkan rumput. Begitu orangnya berhenti kerja karena memang sudah tua juga, saya mengurus sendiri dan ternyata bisa juga, malah koleksi tanaman jadi lebih banyak.

Tapi saya bangga sekali ketika awal tahun ini (Januari) kedua orang tua saya datang main ke Jakarta, waktu itu mami kaget lihat teras dan halaman full tanaman. Beliau tidak menyangka saya bisa rajin bertanam dan merawat taman sendirian, padahal sudah tidak ada tukang kebun lagi yang datang. (Ah Mami, Si tra mungkin bisa lupa setiap momen dan kata-kata manis dari Mami. Rindu, Mi. Selama ini selalu saling update soal bunga-bunga. Mami suka cerita Mami pu bunga di Medan, trus sa cerita sa pu bunga di sini, sekarang sudah gak bisa. Al-fatihah.)

bugenvil

Bugenvil ada satu yang jadi besar sekali begitu saya pindah dari pot ke di tanah, ini di halaman depan. Lalu ada satu lagi di pot, di halaman samping. Saya lagi suka dengan bunga kertas, karena kalau sudah berbunga cantik sekali, warnanya strong di antara hijau-hijau lainnya. Monstera cuma ada dua, saya letak saja di pot di halaman depan, full sun full rain. Adenium yang dikenal dengan nama Kamboja Jepang, ini ada banyak, hasil perbanyakan dengan stek. Janda bolong ini banyak, tapi saya gak terlalu suka sih. Lidah mertua, sirih gading, ini sudah kayak hutan, harus berkala dibabat. Caladium lagi habis, dimakan ulat. Ada pula anthurium jemani, jemani mangkok, sudah tua usianya. (Saya sendiri baru tahu nama-namanya setelah beneran terjun ke halaman juga).

Ada juga beberapa tanaman bunga lainnya, di pot besar di depan dan di samping. Ini saya suka bolak-balik menata tanaman, siapa yang cocok ada di mana. Lagi berusaha memisahkan pohon buah dengan bunga karena biasanya buah ini suka ada hama, kek si jeruk.

kamboja jepang
tanaman di halaman samping rumah

Giant taro, dulu sekali sudah dimatikan tapi masih ada umbi yang dormant beberapa tahun, dan sekarang sudah balik lagi jadi raksasa. Ini tanaman paling bandel, susah dimatikan. Mati satu tumbuh seribu. Setelah saya biarkan satu pohon membesar, saya baru tahu kalau begitu dia jadi mbah, yang kecil-kecil tadi gak akan muncul ke permukaan karena semua nutrisi sudah diserap sama si besar.

tanaman giant taro
Di belakang dekat pohon mangga dan giawas

Sejujurnya saya naksir sama tanaman-tanaman yang hits dan mahal itu, tapi saya sadar sebagai single parent saya harus bisa mengelola uang dengan benar, jadi saya pikir lebih baik cari tanaman biasa saja. Terus, saya sering keluar kota dalam waktu lama, khawatirnya tanaman tidak terurus dan mati seperti kemarin itu. Dan Vay berkomentar, “Udah Mi, gak usah beli tanaman terus, hemat!”

Sementara itu halaman dan teras samping dekat kamar, saya penuhi dengan tanaman biar mata bisa enak saat santai minum kopi di situ.

ngopi di rumah

Memang selalu ada saja hama, kebanyakan ulat dan semut. Ulat kupu yang suka di pohon jeruk dan caladium, lalu ulat kuning kecil yang makan daun si pucuk merah, belalang yang suka di pohon apel sama kembang sepatu, jadi harus rutin dikasih anti hama jamur dan dipotong bagian yang kena hama. Capek juga, tapi biarlah. Banyak tanaman jadi banyak burung juga yang mampir, jadi ramai.

Bertanam dan berkebun itu tak perlu yang mahal kok, tanaman apapun asal dirawat dengan benar pasti hasilnya juga bagus. Dan yang penting, hati senang. Pakai topi lebar biar gak kena sinar matahari langsung, sarung tangan, tenteng noken berisi tools berkebun, begitu duduk bertanam-tanam di belakang, mood langsung jadi lebih baik.

So, bagaimana dengan weekend kalian? 🙂

2 Comments

  1. Kalau lagi mudik, saya juga senang ini mengurus kebun. Tapi karena kebunnya hidroponik sayuran, jadi tempat ngopi2 saja sambil memikirkan panen nanti mau dimasak apa dan siapa saja yang sudah pesan mau beli.

    😀

    • Zizy

      Wah enak ini. Mau makan rebus-rebusan, tinggal petik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *