Saya sedang senang mengulik koleksi foto-foto lama saya. Yeah, sejak pandemi kan jadi jarang keluar untuk memotret, jadi yang bisa dilakukan memang memotret di rumah saja.
Saya dan teman-teman sesama tukang foto suka mencoba berbagai macam genre foto. Namun, buat saya, ada satu genre yang saya suka mengeksplornya karena mata saya suka melihat yang indah-indah. Street fashion photography atau mungkin sebagian orang juga menyebutnya street style photography.
Berawal dari street photography, street style awalnya muncul pada tahun 1978 oleh seorang fotografer fashion bernama Bill Cunningham. Dia sangat hobi mengambil foto gaya berpakaian orang di jalanan, yang kebanyakan adalah orang-orang yang berdandan eksenstrik. Namun suatu hari dia tanpa sengaja memotret seorang selebriti Swedia yang sedang berjalan di jalan raya dengan stylenya yang tentu saja berbeda dengan gaya eksentrik sebagai ciri khasnya. Jadi booming dong, dan dengan cepat diambil peluangnya sama majalah i-D Magazine yang berdiri tahun 1980, dan menjadikan street style sebagai ciri khas fotonya. Bedanya, kalau Bill Cunningham memotret candid, majalah ini akan meminta izin pada calon model dan kemudian orang-orang itu berkesempatan untuk tampil di majalah mereka layaknya selebriti.
Belakangan, sejak blog booming di 2005, dan blog fashion bermunculan, dan banyak yang menjadikan street style sebagai acuan untuk mengatakan pada dunia tentang gaya berbusananya. Dan tentu saja fotonya di jalanan sekitarnya, bukan di catwalk.
Dan belakangan lagi, ternyata trennya pun bergeser. Sekitar 2013, setiap kali ada pekan mode di New York, para model bukan lagi berjalan di catwalk, tapi dengan sengaja berjalan keluar ke jalanan untuk difoto oleh para blogger fashion. Banyak yang menyebutnya juga sebagai street style.
Lalu ternyata banyak fotografer yang tidak setuju kalau itu disebut dengan street style. Menurut mereka, street style photography itu seharusnya tentang mengambil gambar gaya orang-orang beneran di jalanan secara natural, alami, tanpa disuruh untuk pose, untuk mendapatkan bagaimana gaya berpakaian bisa menciptakan karakter orang itu sendiri. Saya masuk dalam golongan ini.
Jadi seharusnya yang bergaya khusus untuk difoto di jalanan disebut apa ya? Lebih tepat ya disebut street fashion photography. Kalau nanti gaya berbusana modelnya ada yang eksentrik seperti street style, so biarlah itu menjadi sub stylenya. Karena boleh saja kan saat melakukan street fashion photography kita menggunakan banyak konsep, boleh street style, professional style, clown style, wedding style, apapun. Suka-suka fotografernya.
Cara Memotret Fashion Street Photography di Malam Hari
Ok, so kali ini saya mau berbagi contoh foto street fashion photography dengan salah satu model bernama Dinda. Ini masih edisi 1, jadi nanti akan ada edisi dari model lainnya. Semoga masih rajin, hehe..
Foto-foto ini diambil saat sudah masuk malam hari, dimulai dari stasiun MRT di halte Haji Nawi dan kemudian kita lanjut naik MRT ke Sudirman. Yang dibutuhkan untuk memotret seperti ini hanya cuek, terutama modelnya. Dan sejauh ini untuk berfoto di tempat-tempat di atas tidak butuh izin karena ini tempat umum, tentu saja selama tidak mengganggu ketertiban umum ya.
Saat yang terbaik untuk memotret model atau fashion street photography menurut saya adalah saat sore menjelang malam. Sebab saat itu matahari sudah mulai turun, dan bila malam mulai tiba, kita bisa terbantu dengan pencahaayan dari lampu-lampu jalanan dan dari gedung-gedung sekitarnya.
Bagaimana caranya agar hasil foto bisa terang saat memotret pada malam hari? Pertama, pastinya dengan menggunakan bukaan besar, lalu lakukan juga adjustment pada ISO bila dibutuhkan. Kalau saya sebisa mungkin tidak banyak melakukan penyetelan di shutter speed karena sebenarnya tangan saya tidak terlalu kuat menahan beban gear dan kamera, dan SS yang rendah misalnya 1/80 bisa membuat gambar blur. Saya akan menggunakan tripod untuk speed rendah dan bila ingin mendapatkan efek long expo.
Dan… ini yang saya bawa saat mau melakukan fashion street photography.
- Lensa dengan bukaan besar. Sebab bila minim cahaya, akan sangat terbantu.
- Wide lens. Berjaga-jaga bila ingin memotret gedung atau lalu lintas.
- Flash external, light stand dan trigger. Foto di atas itu sebagian besar menggunakan flash.
- Kadang saya bawa softbox.
- Grey card. Grey card ini sebenarnya butuh gak butuh. Kalau saya, sejak pakai Sony, saya merasa tonenya terlalu warm dan grey card akan membantu mengoreksi white balance sesuai dengan kondisi riil.
- Kipas kecil. Ini berguna buat saya dan juga untuk model, in case kita ingin mendapatkan efek rambut terbang-terbang.
Mana yang paling kalian suka dari foto-foto di atas?
-zd-
Pingback: Tips Fotografi: Persiapan Sebelum Melakukan Foto Pernikahan | Life and Travel Journal
Pingback: Gaya Asyik Para Skateboarder - Street Style Photography | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Street Ballet Photography Ideas di Jakarta | Life & Travel Journal Blogger Indonesia