Saya masih ingat saat pergi hunting milky way ke Karang Songsong, Banten, dan tiba pagi buta di tengah hutan. Saat itu jam 1 pagi dan kami harus bisa manage untuk tidur satu jam saja, agar bisa mengejar posisi bintang, lalu turun ke pantai memotong semak belukar dalam kondisi gelap. Teman saya bilang, “Namanya landscaper tuh harus siap bangun pagi buta dan nerobos-nerobos begini.” Haha… ya memang sih, tapi boleh kan pilih tempat yang gak terlalu effort gitu.
Nah, saat ke Pantai Jungwok kemarin, suasananya mirip-mirip. Bangun jam 3 pagi, dari penginapan kami dijemput guide yang akan menunjukkan jalan ke arah Pantai Jungwok. Kenapa harus pagi buta? Ya karena beberapa teman ingin merekam milky way, jadi memang harus datang sebelum bintang turun. Mengejar bintang.
Pantai Jungwok, namanya agak susah diucapkan saat pertama kali mendengar, jadi saya pun harus mengulang-ulang biar ingat. Berada di Gunung Kidul, Yogyakarta, pantai ini bersebelahan dengan Pantai Wediombo, tempat kami menginap. Jaraknya agak lumayanlah, dan karena suasana di sana masih alami, mereka yang suka trekking biasanya memilih memarkir kendaraan di Wediombo baru berjalan kaki menuju Pantai Jungwok. Ya tapi kalau kami kemarin, dari Wediombo naik mobil dan langsung parkir di dekat Pantai Jungwok. Kan alasannya karena mau mengejar bintang.
(Padahal karena kami memang gak suka capek aja):)
Indahnya Pantai Jungwok
Daya tarik utama setiap pantai pastilah keindahan akan ombak dan pasirnya. Nah Pantai Jungwok memiliki pasir putih yang bersih dengan garis pantai yang panjang. Bentuk pantainya yang cekung juga membuat pengunjung bisa menikmati pemandangan pantai yang luas dan indah.
Sebulan sebelum kami ke sana, info dari Pak Yatno guide kami, kondisi air laut sedang gelombang tinggi, dan air pasang sampai benar-benar tumpah ke tepian tempat bangku-bangku panjang berada. Itu adalah tempat di mana para pengunjung suka kemping. Dan bagi yang memilih trekking sampai ke Pantai Jungwok, karena untuk ke sini lumayan effort, tentunya lebih nikmat bila dilanjutkan dengan kemping. Jadi di sini memang bisa kalau pengunjung mau berkemah di tepi pantai, tapi tentu saja harus hati-hati karena pantai ini masuk pantai selatan yang ombaknya ganas bukan main. Bisa disapu ombak sampai ke tengah.
Sungguh beruntung kami saat datang ke sana kemarin, karena saat itu air laut sedang benar-benar surut. Dan terpampanglah langsung di depan mata keindahan lumut-lumut hijau yang menyelimuti karang. Seperti permadani terhampar, rapat membungkus, sungguh memanjakan mata. Pemandangan yang jarang terjadi akhir-akhir ini, demikian kata Pak Yatno.
Di pantai ini juga ada sebuah kolam yang terbentuk secara alami, sehingga ketika air laut surut, air tetap tersisa di kolam, jadi pengunjung bisa berenang di kolam tersebut. Pastilah menyenangkan bisa mandi di kolam alami, meski kolam air asin. Saya gak tertarik untuk berenang di kolam. Bukan apa-apa, gak ada teman seperjuangan yang juga suka nyemplung, kayak waktu di Air Terjun Waimarang di Sumba. LOL.
Dengan ditemani Pak Yatno, saya jalan jauh ke depan sana mendekati karang panjang. Di situ ombaknya ganas dan saya ingin mengambil fotonya tentu saja. Sayan sih kemarin langit ketika matahari terbit tidak terlalu cetar jadi rasanya gak puas. Ombaknya sih selalu bagus, tapi langit kurang oke. Ya namanya cuaca memang tak bisa diprediksi, suka-suka yang punya alam mau berubah kapan yaa…
Banyak Pencari Kerang
Air laut yang surut kemarin tentu saja bukan hanya membawa keberuntungan bagi kami. Apalah kami, hanya wisatawan yang belum tentu datang sering-sering ke sana. Tapi momen-momen di pantai yang selalu menarik perhatian saya adalah melihat ibu-ibu yang sedang berburu bahan masakan hari itu.
Berdua mengorek-ngorek batu karang, membiarkan air laut yang dihempas ombak mengelus-elus kaki hingga dengkul mereka. Bila menemukan sesuatu langsung dilempar ke dalam ember hitam yang dibawa-bawa. Para perempuan kuat.
Sebelum meminta izin untuk memotret, kami mengobrol dulu, menanyakan ibu sedang cari apa, dan mereka juga balik bertanya ke saya, asal dari mana, dan nginap di mana, kok pagi banget sudah di pantai.
(Yah beginilah Bu, demi menyapa matahari)
Saat saya ingin memotret salah satu ibu pencari kerang, ibunya langsung ketawa malu-malu.
“Duh saya jelek gini kok difoto, Mbak. Item gini.”
“Lho, ya gpp Bu. Namanya juga orang Indonesia, tinggal di pantai. Saya juga item kok. Ini kita semua item-item.”
Saya menunjuk diri dan teman-teman yang kebetulan memang kami berkulit gelap juga hahahaa…
Ya begitulah, akibat stigma yang diciptakan iklan-iklan lotion pemutih, seolah hanya perempuan berkulit putih yang cantik, ucapan “Duh, aku kan item, jelek di foto.” “Duh, baru kena panas bentar kulitku udah belang nih.” Padahal itu yang bilang kulitnya udah seputih susu dan saya gak lihat ada belang apa-apa. Apa kabar woii kulit saya yang udah hitam ini kalau kena panas? LOL.
Wajar sih, perempuan di mana pun tentu saja inginnya terlihat cantik dan bersih di balik kamera. Kalau difoto tuh pengennya terlihat sempurna, putih, mulus, makanya aplikasi beauty cam dan smartphone dengan fitur beauty laris manis. Salah angle dikit minta ulang, rambut berantakan ulang lagi. Padahal nanti yang diupload cuma satu, sisanya didelete. Untung ya sekarang udah tren kamera digital, gak analog kayak dulu. Dulu sih, wajib terima apa pun hasil fotonya, hahah…
Sudah cukuplah ngalor ngidul masalah kulit gelapnya.
Yang pasti, kalau mau mencari tempat wisata pantai yang unik dan beda dari pantai yang sudah ramai, Pantai Jungwok ini bisa jadi pilihan. Jangan lupa untuk menyiapkan bekal berikut ini mengingat lokasi pantai ini cukup jauh:
- Membawa minuman dan cemilan yang cukup untuk di perjalanan dan juga untuk nanti di pantai
- Mengenakan pakaian atau jaket tipis yang bisa melindungi dari angin laut dan juga cubitan panasnya matahari
- Bawa topi juga untuk melindungi kepala dan mata
- Kenakan sepatu karet jadi kita mau jalan di pantai pun aman dan nyaman
- Bawa kamera saku atau handphone dengan bekal powerbank yang cukup, biar bisa puas foto-foto
Ayo main ke Jogja.
-ZD-
Hi Mba Zizy
Salam kenal, saya Iin. Rencananya minggu ini saya bersama keluarga akan kempin di Pantai Jungwok, jika berkenan boleh share no.tlp guide nya?
Thanks ya, tulisannya keren 🙂
Salam
Hai Mbak Iin.
Untuk guide yang bisa menemani turun naik ke pantai, coba hubungi Pak Yatno ya. Di 0813 2815 7926 (IG: yatno_jap)
Pingback: Cantiknya Panorama di Air Terjun Kedung Kayang | | Mom Travel & Photography Blog - Zizy Damanik