Kira-kira dua bulan yang lalu saya sedang membaca buku ketika ponsel saya di meja kaca berbunyi. Saya menghampiri dan melihat nomor yang saya kenal sebagai salah satu nomor bank penyedia kartu kredit. Saya mengangkatnya dan mendengar suara seorang pria di sana yang memulai percakapan dengan bertanya apakah benar dia berbicara dengan saya.
Dia menyampaikan bahwa ada upaya penggunaan kartu kredit atas nama saya. Dengan yakinnya dia mengarahkan saya untuk melihat pesan text yang masuk, dan ketika saya buka saya lihat ada tiga pesan text, push message dari bank berisi kode OTP untuk pemakaian sebesar Rp 1.599.000 di toko online penjualan ponsel. Saya memang tadinya melihat ada SMS masuk tapi saya tidak membukanya karena saya pikir itu cuma SMS marketing dari bank, dan sejauh pengetahuan saya, kartu kredit yang saya pakai tingkat keamanannya tinggi, dalam arti tidak akan bisa dijebol kecuali oknum itu mengetahui nomor CVV. CVV kartu kredit atau Card Verification Code adalah tiga digit angka terakhir yang terletak di belakang kartu kredit, dan ini adalah KODE RAHASIA yang tidak boleh diketahui oleh siapapun. Hanya kita sendiri yang boleh tahu.
Saya membaca pesan teks itu dan mulai curiga. Sebagian diri saya ingin mempercayai karena merasa nomor yang tertera adalah nomor yang valid, sementara sebagian lagi merasa ada yang aneh di sini. Orang ini, berbicara dengan sangat terburu-buru dan panik seolah dia yang akan kebobolan kartu kredit (mana ada customer service kayak begitu!), kemudian caranya berbahasa juga tidak profesional (again, customer service terlatih tidak seperti itu!) dan yang berikutnya lagi adalah ketidaksesuaian kondisi pada saat itu. Berdasarkan ceritanya, mereka akan mengejar hacker asal Kalimantan yang saat ini sedang menggunakan kartu kredit saya, dan katanya karena sistem sudah dihack maka OTP yang dikirimkan juga masuk ke dua nomor seluler, satunya adalah nomor si hacker, yang dia sebutkan ke saya dengan buru-buru (dan kemudian otak telco saya mulai screening, apakah nomor tadi benar valid, itu HLR mana kira-kira, dst).
Yang bikin saya pengen getok kepalanya kalau ketemu adalah saat dia bilang lagi, “Iya Bu, sekarang banyak yang belanja online makanya gampang dibidik oleh hacker. Jadi Ibu sebaiknya hindari belanja online.” Dalam hatiku, udah error kawan ini. Semua bank berlomba mempromosikan agar nasabahnya melakukan transaksi secara online selama pandemi COVID-19, ini masa orang bank melarang customer belanja. Mau jadi penipu kok gak canggih ya.
Saya makin yakin bahwa itu adalah percobaan penipuan via telepon ketika customer service palsu bilang begini, “Bu, kami sudah berhasil menemukan ip address yang dipakai oleh hacker ini.” HEIII… KURANG KERJAAN KALI KAU JADI CS NGEJAR-NGEJAR HACKER. Kalau memang itu dari bank, tentu saja tujuan utamanya adalah untuk memblokir kartu, bukan untuk mengejar hacker.
“Ibu sudah pegang kartu kredit Ibu?”
“Iya,” saya menjawab tenang. Dan di belakang saya, Vay lewat dengan berbisik, “Scam ya Mi? Scam?” Saya memang menyalakan speaker jadi Vay bisa mendengar obrolan itu. Saya kasih kode suruh dia diam.
“Ini IP Addressnya Bu. Ibu catat ya. 5272.23…. Coba Ibu balik kartu Ibu, dan baca semua nomor di sana.”
Akhirnya saya tak sabar juga berlama-lama membiarkan dia mengoceh, “Oiii Mas, yang di belakang ini kan nomor CVV. KAMU MAU NIPU SAYA?” Jelas-jelas yang dia baca sebagai IP tadi adalah nomor kartu kredit saya. Jadi maksud dia itu mau mengarahkan saya agar membaca semua nomor di belakang kartu, full sampai CVV.
Tut tut tut!
Kisah ini tentu bukan cuma saya sendiri yang mengalami. Ketika saya mempostingnya di Instagram Stories, seorang teman membalas dan menceritakan kalau suaminya kebobolan 5 juta saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari bank. Dan nomornya juga terlihat valid.
Modus penipuan via telepon memang semakin meningkat tiap tahunnya, dan semenjak pandemi COVID-19 pun semakin banyak terjadi percobaan penipuan. Ada macam-macam jenis penipuan telepon, atau katakan saja tukang spam telepon. Yang sangat terkenal di Amerika dan kasusnya sangat tinggi adalah Robocall, ini adalah modus penipuan dengan menggunakan nomor telepon lain yang masih aktif, dan auto-dialer, melakukan panggilan yang tidak dilakukan oleh manusia tapi suara komputer yang sangat natural.
Kemudian yang terus-terusan marak tiap tahun dan membuat kita percaya untuk menerima panggilan adalah neighborhood spoofing. Ini adalah modus spam telepon dengan menggunakan nomor telepon yang terlihat seperti nomor dari daerah tempat tinggal kita, dengan tiga prefix yang sama. Membuat orang gampang percaya bila orang di sana bilang ini telepon dari sekolah atau rumah sakit dan harus ada tindakan yang membutuhkan keputusan cepat mentransfer uang misalnya. Biasanya, nomor-nomor tidak dikenal ini berupa penawaran hingga promosi produk keuangan dan tentu saja penipuan telemarketing, dan pastinya bikin kita resah.
5 Tips Menghindari Modus Penipuan Via Telepon
Lalu bagaimana caranya melindungi diri dari panggilan telepon penipuan? Saya tahu modus penipuan bisa terjadi pada siapa saja, tapi karena umumnya wanita lebih cepat panik bila terkait keluarga dan anak, dan cenderung gampang impulsif bila ada penawaran dengan harga khusus, maka tak sedikit para penipu yang mengincar ibu-ibu. Berikut adalah beberapa tips untuk membantu agar lebih hati-hati dan dapat menggagalkan serangan spam call yang bisa menyebabkan terjadinya penipuan.
SELALU CURIGA DAN JUDES
Kemajuan teknologi memudahkan para penipu untuk memalsukan informasi identitas penelepon. Seperti pada cerita saya di atas, inilah spoofing. Si penipu meniru nomor telepon seseorang atau institusi untuk membuat nomor itu tampak valid dan familier sehingga kemungkinan besar kita akan menjawab telepon.
Lindungi diri dengan selalu bersikap waspada curiga. Bila tidak tahu siapa dan nomor siapakah itu, jangan menjawab. Kalau mau menjawab dengan judes juga tak jadi masalah, tidak ada keharusan kita untuk bersikap sopan buat yang di sana kalau kita tidak merasa kenal siapa dia. Dia juga gak kenal kita, kan. Itu tugas dia untuk membuat korban percaya, tidak ada urusannya sama hati nurani.
ANGKAT DAN TUTUP BILA ITU ADALAH ROBOCALL
Beberapa kali saya mendapat telepon dari nomor dengan kode luar negeri dan juga nomor seperti nomor dari bank. Bahkan pernah ada panggilan yang nomornya seperti nomor telepon sekolah anak saya (saya pernah cerita kan, anak saya suka masuk ke ruang guru dan menelepon dari sana?). Nomor yang sangat mirip membuat kita susah untuk membedakan apakah panggilan ini benar atau tidak.
Yang biasa saya lakukan adalah, menerima panggilan tersebut, lalu tekan “mute” dan saya dengarkan di sana siapa yang berbicara. Bila terdengar suara mesin yang berbicara, langsung saya tutup. Lalu bila di sana adalah suara manusia yang yang dari nadanya kita sudah tahu bahwa itu adalah “tukang tipu” atau “telemarketing”, antara langsung saya putus panggilannya atau saya biarkan saja dia halo-halo sendiri keheranan kenapa gak ada suara sampai dia menyerah dan mengakhiri panggilan.
Tapi bagaimana kita bisa tahu itu telemarketing? Cukup dengan aware pada satu hal ini: saat dia memanggil kita dengan nama lengkap. “Halo dengan Ibu Abecede Exwaizet?” Namun bila kita merasa butuh mendengarkan lebih lanjut, silakan saja, tapi ingat kembali agar “selalu berpikiran curiga”.
JANGAN KASIH INFORMASI APA PUN
Berangkat dari poin sebelumnya, bila kita memutuskan untuk menerima panggilan, ingatlah agar tidak memberi informasi apa pun pada penelepon. Biasanya penipu akan mengarahkan seolah-olah dia mengetahui semua informasi korban tapi kemudian korban diarahkan untuk melakukan konfirmasi lagi dengan menjawab.
Ikuti cara saya ini:
Bila di sana bertanya, “Ibu, apakah benar Ibu pemilik kartu kredit Bank xxx..?”
Jawab begini: “Ya menurut Anda bagaimana? Kan Anda yang menelepon?”
Lalu bila ternyata kita sudah terbawa pembicaraan dan di sana bertanya, “Kita konfirmasi alamat lagi ya Bu/Pak? Boleh sebutkan alamat lengkapnya Bu/Pak biar bisa kami kirimkan penawarannya?”
Jawab begini: “Di situ tertulis alamatnya di mana? Ikuti saja yang tertera di sana. Kamu yang katakan, saya yang jawab iya atau tidak.” atau gampangnya, TUTUP SAJA.
Jangan lupa juga untuk mengedukasi penghuni rumah lainnya, anak-anak, orangtua, sampai asisten kita agar bila ada panggilan masuk ke ponsel atau ke telepon rumah, jangan pernah memberikan informasi apapun kepada penelepon. Asisten lama kami di Medan dulu tidak perlu diajari ternyata cukup cerdas mengatasi panggilan telepon yang mengaku dari bank. Kami menyebutnya: TRIK DUA HARI KERJA.
Dia selalu menjawab, “Wah kurang tahu ya, ini alamat lengkapnya di mana. Saya baru dua hari kerja di sini.” atau, “Kurang tahu saya bapaknya kerja di mana. Saya baru dua hari kerja di sini.” LOL.
Baca juga: Cara Menghemat Kuota Internet saat Video Conference
MENGINSTAL APLIKASI ANTI SCAM
Diserbu setiap hari oleh panggilan tidak dikenal akan sangat menyita waktu dan tenaga. Carilah aplikasi anti scam yang sudah terpercaya di Play Store atau AppStore. Rata-rata cara kerja aplikasi anti scam ini adalah mampu mengidentifikasi panggilan tidak dikenal sebagai nomor “SCAM” sehingga kita tidak perlu repot-repot mengangkatnya. Beberapa aplikasi juga memiliki fitur memblokir otomatis bila ditemukan nomor tersebut ada di dalam database “nomor scam” mereka dan ada juga yang bisa membalas panggilan secara otomatis sehingga penelepon akan mengira sedang berbicara dengan orang yang sebenarnya.
Ada banyak aplikasi anti scam yang bisa dicoba, cobalah beberapa ini dulu: Hiya, Nomorobo, dan Truecaller. Aplikasi-aplikasi ini GRATIS, tapi tentu saja untuk dapat mengakses penuh fitur premiumnya harus berlangganan.
MELAPORKAN PANGGILAN SCAM
Tindakan kita melaporkan nomor panggilan penipuan akan membantu melindungi orang lain dari penipuan. Cara melaporkan nomor penipuan adalah dengan langsung masuk ke layanan aduan BRTI bila mendapatkan panggilan atau pesan masuk yang mengarah pada modus penipuan.
Demikian tips singkatnya, semoga membantu. Dan ingat, kalau sudah merasa ah gak enak kalau gak diangkat teleponnya, atau gak enak kalau terlalu judes, ingat-ingat saja: lebih gak enak lagi kalau sampai kehilangan uang di karena kena modus penipuan telepon.
Jadi, judesin aja telepon dari telemarketing!
Salam saya,
ZD
Pingback: Tips Menggunakan Smartphone yang Aman | Life and Travel Journal
Pingback: 6 Cara Berbicara dengan Anak Mengenai Keamanan Internet | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: 3 Tips Melindungi Perangkat Pintar di Rumah | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Eling Lan Waspada
Bener….