Sejak lama saya mau menulis tentang ini, tapi kayaknya inilah waktu yang tepat. Saya sudah cerita kan bagaimana transformasi dari working mom menjadi stay-at-home mom.
Bekerja di rumah, dalam arti adalah benar-benar bisa konsentrasi menyelesaikan deadline tidak terlalu mudah, terutama dengan banyaknya distraction. Karena model rumah kami tanpa sekat, terkadang saya sangat terbantu dengan luasnya pandangan, namun juga mudah terdistract oleh televisi yang menyala, meski dengan suara dimatikan. Lalu mendadak kepikir mau ngerjain ini dan itu sekaligus.
Sekarang, sudah hampir delapan bulan sekolah ditutup, dan anak saya berada sepanjang waktu, 24 jam bersama saya di rumah. Kalau dulu saat masih kerja kantoran lalu anak juga sudah sekolah, ketemu dia paling hanya beberapa jam saja sebelum tidur malam. Lalu paling lama menghabiskan waktu ya wiken. Nah, bersyukur jugalah karena berkat pandemi ini akhirnya bisa benar-benar SEHARIAN BERSAMA ANAK.
Meski demikian, mamak kan manusia juga. Kalau kemarin-kemarin saat saya di rumah dan anak pergi ke sekolah saya masih bisa cukup santai karena waktu bisa dialokasikan dengan tepat. Namun sekarang konsentrasi cukup sering buyar nih karena selama anak sekolah di rumah, saya harus memastikan bahwa dia memang beneran belajar. Yeaaahhh udahlah, tahulah kita gimana anak-anak itu sekolah online tapi sambil buka YouTube atau Instagram yekan….
Lalu bagaimana caranya agar bisa bekerja dari rumah, sambil mengurus dan memantau anak, dan tetap waras? Ini yang saya lakukan.
Cuekin anak sekali-sekali gpp
Anak itu, selama emaknya di rumah, pasti manja, meskipun sudah besar sekalipun. Namun anak juga harus diberi pemahaman bahwa ibunya juga butuh me time baik untuk diri sendiri ataupun ngerjain pekerjaan lainnya. Daripada terus menerus memantau anak, biarkan saja dulu anak main atau melakukan yang dia suka. Saya kalau sedang dikejar deadline atau meeting serius, saya pasti bilang ke anak saya bahwa saya sedang benar-benar sibuk dan tidak ingin diganggu, jadi jangan panggil-panggil untuk sebuah permintaan kecil yang bisa dia lakukan sendiri. Saya akan mengunci pintu agar dia tidak masuk, dan benar-benar totally konsentrasi.
Selain itu kalau saya lagi sangat lelah, saya tutup mata dan biarkan saja dia melakukan semuanya sendiri. Seperti pernah suatu pagi, saya antar dia ke kamar mandi lalu saya tinggal untuk mengurus tanaman. Lalu dia ternyata ketiduran di kamar mandi, jadi mandi juga telat kan. Lalu dia sarapan sambil nonton YouTube dan saya tetap biarkan tidak mengingatkan. Akhirnya dia telat join ke Classroom, kan dihitung telat masuk sekolah. Baguslah, ketika dia bisa merasakan sendiri akibatnya maka selanjutnya dia bisa belajar bagaimana me-manage waktu dan dirinya, agar tidak terlalu tergantung pada emaknya.
Baca juga: Semua yang Perlu Diketahui Orang Tua tentang Google Classroom. Biar Gak Stres Saat Dampingi Anak Belajar
Persiapan malam sebelumnya
Meski anak sudah besar, sudah masuk usia remaja, tetap saja saya melihatnya masih harus belajar untuk well-organized. Dulu sebelum dia berangkat sekolah, setiap malam saya melakukan pengecekan semua buku dan apa yang harus dia bawa besok ke sekolah. Sekarang, buku-buku sekolah dan buku tulis juga sudah saya sediakan di mejanya malam sebelumnya, lengkap dengan kotak pensil. Meskipun anak saya akan menjawab bahwa gurunya memberikan materi pdf or ppt di Google Classroom, saya tetap siapkan buku materi di depannya. Well, kita kan tidak tahu kalau sewaktu-waktu gurunya meminta siswa mengerjakan tugas di buku, jadi dia (atau saya) tak perlu repot lagi mencari-cari buku di tumpukan.
Persiapan makan dan cemilan
Sekolah dari rumah namun dengan jadwal yang sama sekolah tatap muka. Maka, urusan makanan dan cemilan harus sudah ready pada waktunya sebelum anak saya mendadak bilang lapar dan teriak, “Give me food.”
Anak saya terbiasa dengan olahan rumah untuk cemilan, jadi saya pastikan lima belas menit sebelum jam reses pertama cemilan sudah ready. Roti sobek, yoghurt, susu UHT, pisang (karena dia cuma suka ini), es krim, ini selalu ada. Jadi anytime dia merasa lapar atau sedang bosan dan ingin sesuatu, dia bisa ambil sendiri. Kalau dia lagi kepengen McD, biasanya dia akan bilang sore hari, jadi pesanan akan datang ketika dia sudah siap untuk jam makan malam dan kemudian bisa lanjut mengerjakan pe-er.
Buat saya sendiri, makanan juga harus ready. Jadi biasanya dimulai dari secangkir kopi hitam, lalu semangkuk oatmeal atau roti gandum bakar, lalu sekitar jam sepuluh saya makan pepaya potong. Setelah makan siang saya biasanya nyemil sepotong wafer coklat atau makan keripik ubik yang digoreng panas-panas. Sore hari adalah saatnya cemilan mahal, fried banana alias pisang goreng! Tentunya dengan kopi lagi.
Keluar dari rumah, jalan-jalan sebentar
Biar tetap waras, saya biasanya keluar rumah dan jalan-jalan sebentar. Saya suka keluar pagi hari sebelum hari terlalu panas, untuk ngopi pagi di kedai kopi terdekat, sambil membawa laptop atau kadang juga tidak bawa sama sekali. Ke kafe tidak harus untuk kerja, tapi juga untuk ketemu teman lama dan mengobrol. Kalau sudah melihat pemandangan baru, otak jadi lebih segar, lalu ketemu orang baru juga bisa menambah banyak ide masuk kan.
Namun sekarang karena masih ada pandemi, saya lebih sering mutar-mutar dengan mobil, kadang mampir sebentar ke toko roti atau ke supermarket untuk membeli sesuatu. Tidak setiap hari, paling seminggu dua kali keluar. Lumayan kan ketemu orang baru jadi tetap bisa bersosialisasi, meski masih social distancing.
Bikin jadwal tidur yang ketat buat anak
Yeah, anak-anak pas sudah masuk pra-remaja memang makin molor jam tidurnya, lalu makin kurang disiplin juga dengan waktu.
Bagi saya, penting anak saya tidur lebih awal dan saya yakin dia stay di bed karena saat itulah saya bisa tenang mikirin kerjaan. Sebenarnya siang hari juga bisa dibilang waktu produktif, tapi rasanya lebih tenang bekerja kalau malam hari. Saya juga ketat untuk urusan jam tidur karena kita semua tahu pentingnya tidur cukup dan berkualitas bagi kesehatan.
Setting ponsel jadi Airplane mode
Seperti kebanyakan orang, saya menggunakan ponsel saya untuk memeriksa email dan membuat catatan. Tapi seringkali kalau sudah terlalu sering mengecek email, malah suka stress sendiri kalau misalnya ada email baru tapi saya merasa dikejar-kejar untuk membalas, sementara saya belum siap. Kemudian message-message yang masuk di WhatsApp atau Instagram, itu kalau sudah dibuka pasti akan terus berlanjut.
Maka, pagi hari begitu anak saya sudah di depan laptop, dan saya juga begitu, saya langsung setting ponsel saya menjadi airplane mode, agar saya tidak tergoda dengan notifikasi-notifikasi yang muncul.
Mungkin ada yang bertanya, memangnya di laptop gak tergoda membuka socmed dan buka WA Desktop? Tergoda juga pasti. Tapi kalau ponsel sudah airplane mode, maka WA Web juga otomatis kan mati.
Dulu saya sering membaca berita dan membuka social media di laptop, tapi sekarang saya mengubah taktik. Saya hanya membuka laptop untuk membuka aplikasi atau kanal terkait kerjaan saja. Facebook masih dibuka setiap pagi untuk melakukan update postingan di fanpage. Udah, itu saja. Ya kalau setiap komen orang di foto kita harus dijawab realtime, dijamin bakal susah konsentrasi.
Baca juga: Yuklah! Mulai Kurangi Mengonsumsi Hal-Hal Negatif di Media Sosial
Jadi, saya mengandalkan ponsel sebagai device untuk saya bersantai, main game, nonton video di Facebook, baca pesan, dan saya atur waktunya kapan saya akan pegang ponsel saya itu.
Sedikit kasih kelonggaran soal screen time
Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orangtua merasa gadget adalah penolong agar anak diam. “Jadi kalau anak lagi rewel, kasih saja handphone, bukain YouTube, nanti juga diem.”
Well, tentu saja itu benar dan pernah saya lakukan ketika anak masih kecil, tapi semuanya selalu dalam manajemen screen time yang ketat. Dulu tablet dan ponsel Vay hanya berisi aplikasi fun untuk anak dan juga aplikasi edukasi.
Kalau sekarang, karena dia juga butuh bersosialisasi dengan teman-temannya sehabis jam sekolah, maka saya akan memberi kelonggaran screen time buatnya. Biasanya itu saya berikan dengan catatan, misalnya saya buka 2 jam untuk dia menyelesaikan pe-er dan project grup. Bila sudah selesai nanti akan saya buka lagi untuk jatahnya bersenang-senang. Lumayan membantu agar dia bisa tetap fun, dan mamaknya juga tetap konsentrasi sama kerjaan.
Baca juga: 5 Tips Manajemen Screen Time Perangkat Selama Pandemi Coronavirus
Kerja malam hari
Bekerja malam hari biasanya jadi pilihan terakhir ketika seharian saya cukup sibuk menjaga anak saya Vay. Ya seperti misalnya kemarin saat dia harus tes lisan Bahasa Indonesia secara live di G Meet, itu sudah pasti saya tidak bisa konsentrasi lagi karena schedule sudah berantakan. Daripada misalnya nih, kerjaan yang bisa kita selesaikan lima menit jadi selesainya satu jam, ya sudah mending ditunda saja.
Pindah waktu ke malam hari. Setiap orang yang kerja malam hari pasti punya tips masing-masing. Kalau saya, kerja malam hari berarti antara jam 20.00 – 22.00.
Tapi kerja malam hari itu agak susah dilakukan bila tidak dipersiapkan dengan benar juga. Ini tips gar bisa konsentrasi kerja malam hari.
- Lampu harus seterang mungkin agar tercipta suasana yang mendukung
- Bila bekerja di ruang keluarga, hidupkan televisi tapi dengan suara kecil saja, jadi biar tidak terlalu sepi
- Bila ada musik, bisa dengan bantuan musik, namun jangan pakai musik yang bikin mengantuk
- Sudah membuat lis pekerjaan yang jelas. Jadi kalau soal tulisan, maka saya sudah menuliskannya di buku semua detailnya apa saja agar bisa diceklis progressnya
- Bikin jadwal kapan harus berhenti bekerja, tujuannya agar waktu tidur tidak terganggu. Meskipun kadang kita bisa saja terus bekerja saat masih semangat, ya tidak masalah, selama kita yakin badan masih bisa fit bangun esok hari meski kurang tidur
- Milikilah rutinitas yang dilakukan bila ternyata setelah kerja malam hari jadi susah tidur. Kalau saya biasanya mandi malam hari, lalu mengisi waktu sebentar dengan menonton video yang menyenangkan di Facebook, lalu tidur
Kalian punya tips lain gak, bagaimana agar bisa tenang bekerja dari rumah, sementara ada anak-anak yang juga harus diurus? Share ya.
-ZD-
Pingback: 7 Tips Menyelesaikan Pekerjaan Rumah Tanpa Kelelahan | Life, Parenting & Travel Journal Mommy Blogger
Pingback: 7 Tips for Struggle Teenagers during Distance Learning | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
wah banyak banget tipsnya mbak. pasti emang perlu banget deh untuk kita tetap waras di masa pandemi ini ya mbak.
Pastinya. Ini aja udah mulai gak waras, hahahaa..
memang ya, pandemi ini mengubah banyak hal.. tantangan anak sekolah dan ortu bekerja juga berubah.. tapi namanya manusia, ada saja adaptasinya..
entah apakah kebiasaan ini akan terus berlangsung misal setelah pandemi berakhir, atau “berubah kembali normal lagi”..
Kalau saya maunya kembali normal. Anak2 juga begitu, lebih enak belajar tatap muka dibanding online. Ya semoga ya segera berlalu pandemi ini.
setuju sih kalo dibilang kerja di rumah banyak gangguan apalagi harus mengurus anak pula, bisa kebayang konsentrasi terbagi haha
Benar. Kalau lagi kerja dan konsentrasi full lalu anak merengek atau rekues sesuatu, langsung buyar dah…