Saya belum cerita ya, tentang perjalanan saya beberapa waktu lalu mengunjungi objek wisata Danau Tamblingan. Inilah salah satu lokasi di Bali yang membuat saya berpikir dua kali untuk bilang Bali itu panas. Sungguh yang bilang Bali itu panas terik akan berubah pikiran begitu menginjakkan kaki di Danau Tamblingan ini.
Suka Disebut Danau Kembar
Menurut beberapa sumber, termasuk wikipedia, letusan Gunung Lesung awalnya menyebabkan terjadinya sebuah kawah besar. Lalu kemudian di abad 19 akibat terjadinya longsor, kaldera yang besar itu pun terbagi menjadi tiga danau, yaitu Danau Tamblingan, Danau Buyan dan Danau Beratan. Danau Tamblingan dan Danau Buyan sendiri terlihat “masih menyatu” karena lokasi yang sangat berdekatan, hanya dipisahkan oleh sebuah kanal kecil, sehingga banyak orang menyebutnya danau kembar. Sementara Danau Beratan letaknya cukup jauh dari kedua danau ini. Danu Tamblingan berada di Kabupaten Buleleng, Bali.
Legenda Air Spiritual
Kisah legenda mengatakan bahwa air danau ini memiliki kekuatan spiritual dan suci karena di suatu waktu dulu pernah menyembuhkah wabah penyakit yang melanda desa sekitarnya. Dalam bahasa lokal di desa setempat, “tamba” artinya obat, dan “elingang” artinya kemampuan spiritual, sehingga danau ini diterjemahkan menjadi Danau Tamblingan, danau yang memiliki kekuatan spiritual.
Dingin, Mistis dan Misterius
Saya tak punya gambaran apa-apa saat pertama ke sini. Tujuan kami ke tempat ini adalah untuk mengambil foto milky way serta mengejar matahari terbit dalam suasana Bali yang berbeda. Ketika kaki saya keluar dari mobil elf, udara dingin langsung merasuk. Badan yang hanya dibungkus oleh jaket tipis, celana jeans biasa dan sepatu karet ini langsung menjerit. Ya Tuhan, dinginnyaaaa! Tak pernah ada di dalam bayangan saya bahwa akan sedingin ini. Teman-teman cowok yang hanya mengenakan kaos dan celana pendek apalagi, hanya bisa memeluk badan meski kita semua tahu itu tak ada gunanya.
Tidak ada penerangan apa pun. Hanya langit gelap gulita, dengan sedikit cahaya dari lampu mobil elf kami dan head lamp yang kami kenakan. Kami beramai-ramai ke toilet yang berada dekat areal hutan di depan — yang tentu saja tidak ada lampu — dan bergantian saling menerangi pintu. Yeah, mungkin tidak banyak orang yang berani sendirian ke toilet dalam suasana gelap gulita dan sangat hening.
Beberapa orang yang sensitif sempat dikagetkan oleh warlok, nenek-nenek yang memunculkan diri di depan wajahnya ketika baru turun dari mobil. Ya mungkin mengingatkan saja, karena salah satu teman kami memang suka sleboran.
Dengan tangan gemetar, saya menurunkan tripod dan memasang gear. Ini dinginnya sungguh tak tertahankan. Tangan sampai beku dan susah digerakkan, bahkan untuk memasang remote shutter saja sampai salah-salah. Di sudut sebelah sana, ada satu kemah berdiri dengan api unggun kecil, pengunjung lain. Sepertinya mereka juga menunggu matahari terbit seperti kami, bedanya tentunya adalah mereka menginap sejak sore untuk bisa menikmati lebih jauh tempat ini.
Sempat tak tahan dengan dingin, saya kembali ke mobil sendirian. Naik ke dalam dan diam selama 5 menit untuk menghangatkan diri. Baru kemudian turun lagi dan menyusul teman-teman di tengah sana. (Sempat kaget karena waktu duduk gelap-gelap di dalam mobil, mendadak ada suara nafas terdengar. Ternyata pak supir sedang terlelap di bangku depan, hahahaha….)
Dikelilingi oleh pegunungan vulkanik, danau ini diselimuti pula oleh kabut. Kabut mistis, karena tak ada mata yang bisa melihat ada apa di balik kabut, termasuk pura di tengah sana sampai ketika pendar sinar matahari memancar perlahan membuka pagi hari itu.
Pinggiran danau cukup becek, sehingga kita mesti hati-hati melangkah di dalam gelap. Rombongan kami berpencar dalam dua tiga grup, mencari posisi untuk memotret tentu saja.
Tak lama saat mulai sedikit terang, sebuah mobil lain tiba. Ternyata rombongan fotografer yang membawa calon pengantin untuk berfoto prewed. Tak heran memang bila tempat ini menjadi tempat favorit para fotografer. Penampilannya yang terbentuk secara alami tanpa sentuhan modern membuatnya menjadi tempat unik dan sangat berbeda. Apalagi ketika matahari perlahan keluar, lalu mengintip dari balik pura, refleksi matahari di permukaan air danau menjadi pemandangan yang sangat memanjakan mata.
Selain dari segi sejarah dan cerita legenda spiritualnya, kekuatan spiritual dari Danau Tamblingan ini juga sangat menonjol dengan banyaknya pura di sekitar daya. Ada 11 pura, dimana dua di antaranya yaitu Pura Tukang Timbang dan Pura Embang merupakan peninggalan masa pra Hindu, dibangun sebelum abad ke-10 Masehi. Karena itu, oleh pemerintah setempat, danau ini pun dijadikan sebagai tempat wisata spiritual.
Untuk dapat mencapai komplek di tengah danau, kita harus menggunakan perahu kecil atau sebutannya pedau. Tentu saja pedau ini bisa disewa oleh pengunjung yang ingin berfoto, dengan pemandu yang juga akan membawa pengunjung berkeliling. Sementara rombongan kami menyewa perahu untuk dijadikan foreground.
Bagi yang suka wisata ke Bali, cobalah sekali-kali mencari pilihan lain selain pantai. Danau Tamblingan ini adalah objek wisata di Bali yang akan menambah kekaguman kita terhadap Bali. Bali itu bukan cuma ada pantai yang panas menyengat, tapi ada tempat yang dinginnya luar biasa, seperti bukan di Indonesia.
-ZD-
Pingback: Rekomendasi Aktivitas di Pantai Sanur | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Spot Wisata Favorit di Nusa Penida | Mom Travel & Photography Blog - Zizy Damanik
Tamblingan. Pertama tau danau ini sekitar 6 taun lalu dari foto2 seorang teman yang memang tinggal di Bali. Indah banget ya Mbak, masih alami tempatnya.
langsung masukin dalam Bucket List. daru tahu tentang danau tamblingan ini. auranya sangat menrik untuk dikunjungi.
Jadi ingat lagunya Ebiet G Ade “Nyanyian Rindu”.
Danau, terutama di Indonesia memang terkesan mistis. Belakangan, kata mistis kerap saya tafsirkan sebagai sebuah upaya orang-orang jaman dahulu untuk melindungi dan melestarikan alam. Seperti halnya pohon besar yang konon banyak hantunya.
Namun, yang lebih penting dari itu semua, seperti biasanya, Foto-foto Mba Zizy tetap membuatku takjub.
Salam..