Saat kami di rumah mengkarantina diri beberapa bulan lalu, asumsi saya adalah bahwa suatu saat nanti situasi akan kembali normal. Dalam bayangan saya adalah kondisi normal itu akan cepat kembali, dan tidak sampai berbulan-bulan (dan semoga tidak ada ada spike lagi!). Tapi yang terjadi memang tidak seperti itu, karena di Jakarta tempat saya tinggal saja wilayah zona merah terus bertambah. Bahkan angka positif terus naik karena semakin banyak yang sudah melakukan rapid test.
Banyak pendapat bilang kalau ini terjadi karena kita terlalu cepat melonggarkan PSBB, tapi bagaimanapun aktivitas harus berjalan, dan semua orang harus benar-benar patuh dengan protokol kesehatan agar kondisi segera kembali membaik.
Baca juga: 50 Aktivitas Yang Bisa Dilakukan Selama Karantina Corona Virus
Kalau dilihat, sudah banyak orang yang bosan tinggal di rumah dan sudah mulai berani keluar sejenak dari pingitan. Beberapa mengambil resiko dengan mulai berkumpul dalam satu acara bersama kerabat karena dianggap sudah sama-sama taat mengkarantina diri, dan sebagian lagi termasuk sangat hati-hati saat jalan atau memilih tempat hang out. Ketika saya pergi jalan ke mall sebulan lalu, seorang teman langsung mengingatkan agar saya agar hati-hati karena menurutnya mall adalah tempat orang kebanyakan ngumpul. Saya pahamlah, itu sebabnya saya hanya memilih waktu yang mungkin tak dipilih orang untuk datang ke mall. Sebaliknya, teman lain memilih restoran menengah ke atas untuk berkumpul dengan teman-temannya, dengan asumsi bahwa restoran mahal berarti lebih bersih dan lebih terjamin sehingga mereka akan safe dari penyebaran coronavirus. Sebagian lagi termasuk yang serius tapi santai, dalam arti saatnya menghadapi virus ini dengan persiapan yang baik, tidak takut berlebihan tapi juga tidak menganggap remeh.
Baca juga: Yuk Jaga Kesehatan Mental Selama Wabah COVID-19
Tapi ya meskipun kita sudah mulai bosan sama covid-19, bukan berarti si virus udah bosan sama kita kan. Lalu kita harus ngapain? Jawaban akan bisa melebar kemana-mana, akan tetapi yang terpenting adalah setiap kali kita pergi keluar, menggunakan masker adalah tindakan terbaik yang bisa dilakukan untuk menurunkan resiko terpapar atau menularkan virus. Tidak, memang tidak ada garansi 100% tapi saya yakin kita semua aware bahwa ketika semua orang mulai mengadopsi kebiasaan menggunakan masker, maka ada pengaruhnya ke naik-turunnya angka positif. Makanya, jujur saya terkejut menemukan banyak sekali orang di sekitar saya (tetangga khususnya) yang tidak mau mematuhi, padahal ini hanyalah sebuah konsep sederhana.
Kalau mau segera kembali normal, pakailah masker.
So, belakangan ini, anak saya Krasivaya, mungkin karena terlalu lama di rumah, jadi merasa nyaman tak butuh masker karena jarang keluar. Eh, dia lupa dong pakai masker saat mau beli ATK ke toko dekat rumah. Ketika kembali ke rumah, dia bilang dia tadi sadar dia lupa mengenakan masker tapi dia otomatis melakukan physical distancing selama di sana, alhasil membiarkan mbak saja yang membayar.
Baca juga: Bawa Starter Pack Traveling Ini Kalau Mau Liburan di Era New Normal
Masker Kain Rekomendasi WHO
Tapi, Vay termasuk suka mengenakan masker. Dulu ketika belum musim coronavirus, dia juga punya stok masker medis hijau yang dikenal sebagai masker bedah, disimpan di dalam tas sekolah. So ketika terasa flu dia akan langsung menggunakan maskernya.
Sekarang, sesuai anjuran Kemenkes RI, setiap kali pergi keluar rumah, mau kerja atau belanja, gunakanlah masker kain. Penggunaan masker kain yang benar diharapkan dapat benar-benar mengurangi penyebaran virus, terutama dari mereka yang sebenarnya terinfeksi virus tapi tidak merasakan gejala apapun. Dan tentunya masker kain tidak boleh dipakai berkali-kali, usahakan begitu selesai dipakai langsung dicuci.
Tips Memilih Masker Non Medis
Sekarang, banyak jenis masker non medis beredar di luaran, termasuk di antaranya masker scuba dan buff. Saya pernah menggunakan masker scuba, nyaman sih memang karena tipis, tapi ternyata masker itu tidak sesuai dengan rekomendasi WHO. Iya sih, terlalu tipis, saya pernah coba meniup dan udaranya bisa keluar.
Karena itu, penting buat kita semua memilih masker non medis yang memang memenuhi syarat dan rekomendasi dari WHO. WHO recommendation mask itu seperti apa bisa dilihat di video betikut:
Jadi kalau pembaca sedang mencari masker non medis, maka harus ekstra teliti dari jenis bahan yang digunakan ya. Kalau dirangkum, tips memillih masker non medis harus mencakup tiga hal di bawah ini:
Terdiri dari tiga lapis kain
Masker kain atau istilahnya adalah masker non medis harus memiliki tiga lapisan kain dengan kombinasi beragam, sebab kombinasi dari jenis material yang dipakai akan menghasilkan filtrasi berbeda terhadap kemampuan manusia bernafas, dan kemampuan menyaring virus.
Kombinasi bahan yang ideal
Lapisan yang digunakan untuk masker juga harus ideal karena setiap bahan punya rentang filtrasi yang berbeda. Masker juga tidak boleh terlalu tebal karena malah akan membuat kita susah bernafas.
Pengalaman saya mencari masker, informasi detail mengenai jenis bahan dan komposisi jarang dilampirkan di kemasan masker. Selain itu masalah yang sering terjadi adalah karet earloop yang kurang bagus dan gampang longgar. Pernah juga pakai yang model ikat, homemade yang dibuat untuk hijab friendly, namun tidak bisa fit juga saat diikat ke belakang kepala, malah jatuh maskernya. Khusus buat Vay, karena meskipun masih termasuk anak-anak, tapi bentuk wajahnya juga sudah besar, maka agak susah mencari masker yang pas. Masker anak terlalu kecil, sementara masker dewasa kalau earloop-nya karet biasa maka jadinya longgar.
Sampai saya mencoba masker non medis Artemis 3.0 dari WestWardWorks. Informasi mulai mengenai jenis bahan yang digunakan sampai cara perawatan masker ini juga lengkap di dalam kemasan. Ketika dicoba rasanya tidak sesak, dan earloopnya juga pas di telinga.
Jangan lupa dibersihkan dan dirawat
Nah kalau sudah punya masker kain yang sesuai dengan standar WHO, maka selanjutnya adalah pastikan untuk merawatnya dengan benar. Karena masker kain bisa digunakan berkali-kali, artinya kan lumayan berhemat kita kan?
Cucilah masker kain secara teratur. Perhatikan tata cara cleaning and care yang tercantum di bahan masker, agar masker bisa tahan lama dipakai dan tidak cepat rusak. Masker juga tidak boleh dipakai bergantian, kalau kebetulan kita memiliki model yang sama sekeluarga, berikan nama agar tidak tertukar dengan anggota keluarga yang lain.
So, itu dia panduan cepat mengenai masker wajah yang sekarang jadi aksesoris paling favorit dan populer tahun 2020. Semoga membantu.
Salam saya,
-ZD-
Pingback: Face Shield VS Masker Wajah, Mana yang Terbaik Melindungi dari COVID-19 | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Tips Aman Melakukan Perjalanan Darat Setelah Pandemi COVID-19 | Life & Travel Journal Blogger Indonesia
Pingback: Solusi Liburan Saat Pandemi, Staycation di Hotel | Life & Travel Journal Blogger Indonesia