Hari ini saya baru saja mendapatkan kabar duka dari seorang sahabat, suami tercintanya berpulang hari ini karena COVID-19. Saya dan beberapa sahabat lain patah hati mendengarnya karena kami berada jauh darinya, meski di sisi kami sadar, tidak ada orang yang siap dengan kematian, dan khususnya para istri, para ibu yang selama ini terbiasa bersama suaminya selama bertahun-tahun, tentu rasa kehilangan itu terasa berat.
Siang tadi saya sempat sedikit berkabar dengan sahabat saya itu. Dia mengatakan kalau dia berusaha untuk ikhlas, karena bagaimanapun dia punya seorang anak laki-laki yang masih remaja dan mereka berdua harus saling mendampingi untuk melewati masa-masa sulit saat ini.
Namun, masa-masa sulit buat para ibu seyogyanya sudah dirasakan ketika pertama kali menjadi ibu. Saya yakin para ibu yang membaca tulisan ini sepakat bahwa tidak ada satupun sekolah yang bisa mengajarkan bagaimana menjadi ibu, kecuali terjun langsung mengurus anak. Dulu ketika saya baru punya baby, rasanya stress bukan main. Takut, tidak percaya diri, dan selalu cemas. Sempat juga merasa terisolasi karena saat itu rasanya harus berjuang sendiri.
Tapi perjuangan di belakang itu tidak saya lupakan, bahkan memang masih berjuang sampai sekarang, karena masa-masa menjadi ibu akan terus ada fasenya. Dan juga menantang.
Di bawah ini adalah 5 tips untuk membantu para ibu, baru dan berpengalaman, meningkatkan kepercayaan diri dan memperhatikan kesehatan mental selama masa-masa sulit. Namun, apabila ada di antara para ibu yang mengalami depresi atau kecemasan pasca kelahiran, kondisi ini juga memerlukan pengawasan medis.
Bantu Pin post ini ya!
Berikut lima hal yang bisa dilakukan ibu untuk meningkatkan kesehatan mentalnya.
Pertama: Gabung dengan grup ibu-ibu
Grup ibu-ibu sudah pasti akan memberikan dukungan luar biasa kepada ibu yang merasa sendirian. Grup ini bisa menjadi tempat untuk melampiaskan sedih, amarah dan juga berbagi rasa sukacita. Kuncinya mencari grup yang tepat buat kita. Tidak semua grup pasti cocok, karena tiap individu berbeda toh. Saran saya, mulailah dengan mengikuti grup lokal atau grup virtual dalam kelompok kecil. Orang-orang ini yang nanti akan menjadi bagian penting dari support system, yang selalu ada buat kita, apalagi ketika kita berada di masa sangat sulit saat kehilangan orang yang dicintai.
Kedua: Ayolah, ambil “me time” khusus
Mau ibu bekerja ataupun ibu rumah tangga, tiap ibu butuh waktu untuk diri sendiri. Setiap kali mendapatkan kesempatan, ya ambil! Gunakan untuk menikmati terapi pijat, atau ke salon untuk pedikur, atau kabur satu dua jam bersepeda dengan sahabat.
Kalau saya, selalu tahu kapan saatnya saya harus ambil “me time” khusus ketika saya mulai mudah kehilangan kesabaran atau menjadi emosional tanpa alasan yang jelas.
Ketiga: Merencanakan kegiatan yang fun dengan anak-anak
Anak-anak memang tidak selalu menyenangkan, justru lebih sering bikin marah dan rasanya ingin menjauh untuk beberapa waktu. Tapi kan tidak selalu. Anak-anak kita pun bisa jadi sama stressnya dengan ibunya, karena itu ketika ibu menemukan masa-masa di mana dia terlalu sering komplen sama perilaku anak maka itu saatnya piknik. Istirahatlah. Keluar dari zona nyaman. Rencanakan sesuatu yang akan menyenangkan buat semua anggota keluarga. Entah pergi berbelanja, bersepeda, atau main ke taman seharian. Saat bersenang-senang itulah, ibu dan anak akan saling memperkuat ikatan dan baru deh teringat lagi mengapa kita sangat cinta sama mereka.
Keempat: Kasih waktu buat diri, 1-2 jam setiap hari
Tidak semua ibu bisa liburan sering-sering dan dalam waktu lama. Untuk menyiasatinya, cobalah luangkan waktu untuk diri sendiri setiap harinya, satu dua jam. Atau satu jam juga cukup. Biasanya saya mengambilnya sebelum anak bangun atau setelah mereka tidur, karena itulah saatnya saya bisa melakukan sesuatu yang memang hanya untuk saya. Entah hanya minum kopi sambil nonton film bagus di HBO, atau mendengarkan musik sambil menulis. Intinya lakukan apapun yang bisa membuat bahagia di waktu khusus itu. Hindari memegang gadget, karena gadget akan memaksa kita terus terpaku dan tahu-tahu waktu berharga itu hilang sudah.
Kelima: Tetap makan yang bergizi
Depresi bisa membuat kekurangan nutrisi, ada yang jadi makan berlebihan (dan junk food pula!) atau sebaliknya tidak berselera. Penting menjaga pola makan yang seimbang, karena badan sehat juga berpengaruh pada kesehatan mental yang sehat, dan sebaliknya juga begitu. Vitamin B12, vitamin C, dan vitamin D adalah tiga jenis vitamin yang baik untuk kesehatan mental. Bila tak sempat membeli suplemen, tak masalah, pastikan saja di rumah selalu tersedia susu, telur dan buah-buahan.
Jadi, apakah ibu-ibu di sini punya solusi bagaimana menjaga diri tetap waras, tetap optimis?
-zd-
Pingback: Miliki 10 Rutinitas Pagi Yang Baik Ini, Biar Produktif dan Tetap Waras | Life and Travel Journal
Pingback: 7 Kebiasaan Baik Untuk Menjaga Kesehatan Mental | Life, Parenting & Travel Journal Mommy Blogger
Pingback: Saya Orangnya Overthinking. Jadi Gimana Cara Mengatasinya? | Life, Parenting & Travel Journal Mommy Blogger
Pingback: Benar Gak Sih Terapi Online Efektif untuk Mengatasi Masalah Psikologis? | Life, Parenting & Travel Journal Mommy Blogger
Pingback: Tips Mengelola Keuangan di Tengah Pandemi Untuk Keluarga | Life, Parenting & Travel Journal Mommy Blogger
Pingback: 5 Cara untuk Mendukung Si Remaja Tetap Berkembang Saat Sekolah Online | Life, Parenting & Travel Journal Mommy Blogger