parenting remaja

Belajar Terus, Bagaimana Menjadi Orang Tua yang Supportif Bagi Anak

Ketika saya menjadi orang tua, ternyata saya tidak siap untuk segala konsep melindungi yang langsung mengambil alih diri. Seperti sudah ada patokan bahwa ini sudah tugas saya untuk melindungi anak saya dari segala macam luka, kekecewaan, ketakutan, dan kesedihan. Bahkan mungkin saya jadi secara tidak langsung memasukkan keluarga dari ayah anak saya dan juga anggota keluarg saya. Seperti, mereka sudah cuci tangan belum sebelum gendong anak saya? Aman gak tuh, baru kelar merokok langsung dekat-dekat anak saya? Kenapa para sepupu mainnya kasar sama anak saya? Pilihan anak saya tepat gak ya? Dst.

Sampai kemudian orang tua saya mengingatkan pada saya agar tidak terlalu berlebihan protektif pada anak, dan tentu saja juga karena banyak membaca beberapa literasi, saya mulai belajar menata diri, belajar momoderasi feeling Mama Bear ini agar tidak menjadi terlalu over protective, dan sebaliknya mulai belajar menjadi orang tua yang lebih suportif.

Penelitian telah menunjukkan bahwa menjadi orang tua yang suportif memiliki manfaat yang luas bagi anak Parents. Seperti dilansir dari Practicaloutcomes, menjadi orang tua yang suportif membantu anak lebih siap untuk menangani situasi stres, mampu menangani emosi mereka sendiri, mampu mengatur perilaku mereka, dan bergaul dengan orang lain.

BEBERAPA TIPS YANG BISA DICOBA UNTUK BELAJAR MENJADI ORANG TUA YANG SUPORTIF BAGI ANAK

cara menjadi orang tua yang supportif

Belajar berempati.

Mampu berempati dengan anak berarti kita dapat menempatkan diri kita pada posisi mereka. Waspadai situasi yang mereka alami yang mencerminkan situasi masa kecil Parents dulu. Seringkali kita menjadikan pengalaman atau katakanlah sebuah trauma masa kecil sebagai fokus. Ini yang akan membuat anak merasa tidak didengar karena fokus orang tua hanya pada ketakutannya di masa lalu. Khususnya ketika anak mulai memasuki masa remaja, ini bukan saatnya mengasuh dengan tangan keras. Saat Parents mulai berempati, Parents akan menjadi tempat yang nyaman bagi anak untuk curhat dan minta perlindungan ketika mereka mengalami kesulitan.

Menikmati masa-masa menjadi murid dari anak kita.

Orang tua tidak selalu harus menjadi pengajar, sebaliknya justru anaklah yang membuat orang tua harus belajar setiap hari sepanjang hidup. Saat kita memposisikan diri sebagai murid, berarti kita sudah memasuki dunia mereka. Parents harus membuka kepala, belajar tentang topik yang sedang mereka minati meskipun mungkin tidak menarik buat orang tua. Contoh, anak kita mungkin tertarik pada games online seperti Roblox, Minecraft, Mobile Legend, atau tertarik pada olahraga renang, basket, menyukai kegiatan menggambar, fotografi, videography. Saat terlibat dengan mereka, kita bisa bercerita tentang apa yang dulu kita sukai dan tekuni saat remaja. Intinya adalah agar Parents bisa ingat bahwa anak adalah individu yang berbeda dengan Parents, dan harus dihargai juga pendapatnya.

Bersikap terbuka dan bisa ditanya apa saja.

Sebagai orang tua, menunjukkan dukungan berarti mencoba melakukan sesuatu untuk anak. Namun yang dibutuhkan oleh anak yang utama adalah, mau mendengarkan. Jadi yang harus dilakukan oleh Parents adalah mendengarkan. Mendengarkan untuk dapat memahami, mendengarkan untuk menggali informasi lebih lanjut, dan mendengarkan untuk mengidentifikasi emosi. Berikan ruang pada anak untuk memproses apa yang mereka rasakan. Dan jaga emosi ya, Parents! Tentu gak mudah mendengarkan situasi sulit seperti misalnya dintimidasi teman. Tapi kalau kita emosi, anak bisa membaca perasaan kita dan jadi takut untuk  bercerita.

Meluangkan waktu untuk menjalin bounding.

Buat waktu khusus untuk bisa bersama-sama dengan anak, sebuah aktivitas di mana Parents berdua anak bisa terlibat dan menikmatinya. Seperti menonton bersama di bioskop, berbelanja buku, atau membiarkan anak mengajari Parents bermain games favoritnya, kegiatan inni akan menunjukkan dukungan Parents pada anak. Anak-anak merasa didukung ketika mereka tahu bahwa mereka diperhatikan, disupport untuk berkembang, dan merasakan rasa memiliki dalam keluarga.

bounding remaja

Semua langkah di atas adalah proses, tidak ada yang namanya langsung berhasil, bahkan mungkin saja ada yang terlewati dari langkah di atas. Saya juga masih melakukannya sebagai proses menjadi orang tua yang terus belajar.

Menjadi orang tua yang suportif adalah tentang berusaha memahami dunia anak Parents, termasuk perasaan, ketakutan, dan frustrasi mereka tanpa memasukkan diri Parents di antara situasi itu. Ini sebenarnya kita sedang  menciptakan lingkungan yang mendukung dan membantu mereka merasa seperti mereka. Dan pada akhirnya, mempersiapkan mereka untuk menjalani kehidupan mereka sendiri nanti.

Sumber: AHA Parenting, Practical Outcomes

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *