Ketika saya masih kecil hingga remaja, saya begitu ingin menjadi seorang penari. Dancer. Menonton aksi dari penari-penari GSP di televisi selalu berhasil membuat adrenalin saya terpacu.
Tapi kenyataannya saya tidak bisa memenuhi passion saya ketika itu. Tidak mudah untuk menemukan grup atau sanggar tari modern yang aktif dan benar-benar bakal sering tampil di kota Medan (pada masa itu, entahlah kalau sekarang) karena acara-acara juga tidak sebanyak di ibukota.
Dari SMP sampai SMA, saya memang ‘hanya’ bisa ikutan kelompok dancer di sekolah, tapi impian untuk dapat lebih berkembang seperti ikutan GSP ya gak bisa, gak ada di Medan. Saat SMA saya sempat join salah satu kelompok modern dance di daerah jalan Timor, namun ternyata satu dua kali latihan saya tidak melihat ada program yang jelas, lalu tidak tahu juga sejauh mana kesempatan kami untuk dapat tampil. Lalu akhirnya bubar juga.
Jadi ya waktu berlalu, saya tidak menjalani kehidupan sebagai seorang dancer dan bukan juga jadi musisi, malah kemudian menjadi telco profesional dan juga blogger.
Tapi jiwa saya masih ada sih di sisi tarian dan musik. Di mata saya penari adalah orang-orang dengan postur tubuh yang bagus dan fisik yang prima, dan mampu menciptakan sebuah mood yang positif melalui tarian. Jadi kalau ada film-film tentang dance, pasti deh saya tonton. Eh dan juga masih mau ikutan dance course, jadi lebih ke untuk maintain sehat aja.
Street Ballet Photography Ideas with Rasa
Begitu pula saat kami mau memotret Rasa seorang balerina remaja beraksi di jalan ibukota. Street dance photography. Ballet street photography. Barangkali ada yang tak sepakat bila menari balet di jalan raya disebut sebagai street dance photography, karena memang sih street dance itu kan beda sama balet. Dan umumnya mereka yang jago street dance punya kekuatan fisik yang sangat prima dan juga ada yang bisa melakukan beberapa gerakan balet.
Pendapat saya, karena kami memotret balerina sedang menari di tengah jalan raya, maka dia masih bisa masuk ke dalam golongan street dance photography. Sama halnya dengan street fashion photography, tarian pun begitu, tentu rasanya berbeda saat menari di tengah jalan raya, dibandingkan dengan menari di studio. Ini sama halnya dengan anak-anak skateboard, yang beberapa hari sempat viral di media sosial saat mereka digelandang paksa oleh satpol pp, kata netizen sih karena mereka main skateboard di trotoar pejalan kaki, tapi dari satpol pp bilang mereka dirazia karena tidak memakai masker saat main skateboard.
Poinnya adalah, kegiatan di luar ruangan adalah tentang menghirup udara segar dan mencari suasana baru untuk mendongkrak suasana hati, jadi tak salah kemudian para pelaku fashion, dancer, dan skateboarder turun ke jalan.
Dalam sesi foto terakhir bersama ballerina, kami meminta Rasa untuk melakukan sendiri gerakan terbaik yang dikuasainya. Dan ternyata menari balet itu tidak mudah, dan melelahkan. So, terima kasih buat Rasa, ballet dancer yang sudah sabar dengan permintaan para fotografer ini.
Kami berkumpul sekitar jam 2 siang, ngopi sebentar di FX Sudirman, dan baru jalan turun ketika formasi mulai lengkap. Seharusnya memang kami menunggu sampai agak sore sekitar jam 4 untuk turun, tapi karena wakktu selalu dirasa kurang apalagi karena memang kita harus mencari lokasi juga, maka harus turun lebih cepat.
Lokasi saat melakukan ballet street photography ini: Jalan Sudirman, Halte Busway di bawah jembatan warna-warni itu, dan di Komplek GBK Jakarta.
Baca juga: Tips Menghasilkan Foto Anak yang Super Kece
Settingan saat memotret street ballet photography
Settingan saya saat memotret street photography dengan model begini berarti saya tidak menggunakan mode AV (aperture priority) sebab dalam kondisi ini kita bisa mengontrol objek. Jadi saya pakai settingan manual agar ambience dan pencahayaan tidak berubah-ubah.
- Lensa, saya pakai dua lensa, fix lens FE 55mm f1.8 dan Sony FE 24-105mm f4.0 dan biasanya menggunakan bukaan terbesar atau dikurangi sedikit
- Shutter Speed pastinya mengikuti bukaan yang dipakai. Ini juga disesuaikan kalau ada penggunaan external flash
- ISO, saya selalu pakai ISO 100-200 kalau memotret model, kecuali bila sangat low light baru dinaikkan lagi ISO-nya. Tergantung situasi, dan pengennya gimana.
- Beberapa foto menggunakan flash external, dengan power antara 1/32 atau 1/64.
- Settingan fokus pakai AF-C.
- Tripod? Tidak pakai tripod.
Mungkin foto-foto ini belum terlalu memuaskan tapi saya janji nanti saya akan bagi foto lain yang masih terkait dengan contoh foto street photography. Tunggu ya!
-zd-
Keren kak, tapi foto kedua objeknya jadi kayak tersamar gitu ya karena background-nya mirip
kalau yang lain sih asyik karena objeknya sangat stand out dari background-nya
Saya sampai cek foto kedua itu yg mana. Begitulah kalau motret kadang tidak bisa sesuai ekspektasi. Nanti kita ulang ya!
Street ballet ini event rutin atau memang dibiin etia teman-teman fotografer mau bikin street ballet photography ini mbak?
Ini kemarin idea sendiri dari grup tukang foto kita Mas Dut. Small community..
Keren lho foto-fotonya ?
Makasih ya. Eniwei, postingan di blognya kok terakhir 2 tahun lalu? 😀