Cuci Mata ke Sarinah

Jam istirahat hari ini – setelah menghabiskan bekal makan siang – saya meluncur ke Sarinah Dept. Store di Wahid Hasyim. Pengen jalan-jalan saja, melihat-lihat.

Seperti biasa, Sarinah tidak pernah sepi. Pusat perbelanjaan tua ini tetap mampu menyedot pengunjung, biarpun di sekitarnya banyak pusbel yang lebih baru dan lebih megah. Wajar aja sih, di sini bisa dibilang salah satu tempat dimana Jakarta tidak tidur. Hehehee… soalnya selain McD 24 jam, juga ada Starbucks 24 jam dan Pizza Hut di Skyline Building (seberangnya Sarinah) yang juga buka sampai pagi. Jadi kalau tidak bisa tidur, paling enak nongkrong di Sarinah. Bisa ngobrol ngalur ngidul sama teman sampai capek.

Perasaan baru tiga minggu yang lalu saya ke Sarinah. Tapi kali ini saya menemukan sesuatu yang berbeda. Di pintu masuk samping Roti Boy, sekarang ada tiga warung jajanan pasar. Ada cincau, kue pancong, dan kue matahari (aduh sebenarnya namanya bukan kue matahari, tapi saya lupa namanya… mirip pancake gitulah..).

Kalau dipikir-pikir, penempatan jajanan gerobak di situ unik juga, karena Sarinah semakin terkesan homey. Jadi selain foodcourt di bawah yang diisi dengan franchise-2 modern, lalu resto-resto menengah di lantai dua, sekarang ada jajanan pasar. Cool…!

Mau tahu tempat favorit saya kalau ke Sarinah? Lantai 5 dan 6. Di lantai 5 itu pusatnya batik. Dan lantai 6 berisi kerajinan tangan asli Indonesia. Ada ukiran Toraja, ukiran Jawa, anyaman khas Papua, mutiara. Betah rasanya berlama-lama di situ, biarpun nantinya malah gak jadi beli :D. Ada sebuah tas anyaman kecil yang saya taksir, tapi harganya cukup mahal, jadi saya putuskan untuk pikir-pikir dulu sambil lihat-lihat yang lain.

Kalau untuk harga bervariasi, mulai dari murah sampai mahal, semua ada. Pengunjung di sini paling banyak ya turis asing. Tadi ada seorang gadis Arab ber-abaya yang terus-menerus membunyikan angklung mini, sambil berkomentar dengan bahasa Indonesia terpatah-patah ke temannya. “Be-ra-pa ini?” “Ma-hal, yaa…?” Dalam hati saya komentar, “Beli dong, masa dibunyiin terus tapi kagak beli.” Hehehee…

Akhirnya saya menemukan sesuatu yang bisa saya beli. Sebuah gelang kayu dengan motif batik. Etnik banged. Ada beberapa model lain sebenarnya yang juga keren, cuma sayang size-nya gede, alias bulek size. Kalau saya yang pakai, bisa langsung melolos jatuh. Gelang kayu ini harganya 51rb.

Pengennya sih lebih lama lagi di situ. Tapi karena sudah jam satu siang, artinya saya harus segera kembali ke kantor. Seru lho cuci mata di area kerajinan begini, buat saya ini seperti membasuh diri dengan air dingin. Sedikit balancing setelah berkutat dengan pekerjaan yang monoton. 🙂

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

69 thoughts on “Cuci Mata ke Sarinah

  1. Hmm.. di Sarinah emang a bit pricey, kalo beli Yogya mungkin cuma 1/4 nya. Tapi ya kalo di Jkt emang susah sih nyari tempat yg komplit etniknya spt di Sarinah..

  2. oma

    aku biasanya kalo ke sarinah
    lebih suka untuk makan-makan
    main ke lantai 5 atau 6, kalo bareng si mama aja
    jadi pas ada yang kepengen, bisa langsung merengek
    hehe 😀

  3. Sarinah?.. bosan 🙂 abiz dekat kantor… tapi yang tetap menarik dan unik ya itu lantai 5 dan 6. And tentu foodcourt yang ada di sekitarnya.

  4. wah aku kesarinah terakhir tahun 88 sepertinya itupun waktu masih abg lah walau rumah di cibinong tapi udah kesana dari dulu. sekarang seperti apa ya sarinah. udah lupa .dulu kesana beli mie instan yang banyak rasanya .

Leave a Reply to Jiewa Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *