Iseng atau Memang Klepto?

Ini adalah postingan lama yang kalau dibaca ulang suka bikin saya ketawa. Tapi saya suka, dan karena ini masuk postingan favorit dari masa lalu, saya republish di sini. Semoga berkenan membaca dan komen! 🙂

Postingan pertama 27 Mei 2009.


Kemarin sore, saat sedang terkantuk-kantuk di taxi menuju rumah dari kantor (ya kebetulan kemarin sore, driver harus ke bandara jemput papi saya yang baru datang dari Medan, jadi saya mengalah, pulang naik taxi), saya ceting dengan hubby di bbm (blackberry messenger).

Hubby bilang dia baru sampai di Bandung, dan mereka nginep di Hilton. Hebatnya, semua wartawan yang diundang dikasih kamar sendiri-sendiri. Padahal biasanya kalo ada acara yang melibatkan wartawan, pihak penyelenggara selalu set berdua-dua untuk tiap kamar. Kecuali hubby. Dia pasti dapat kamar sendiri (karena dia bapaknya para editor), atau dia gak akan mau datang memenuhi undangan.

“Hotelnya mewah?” Saya.

“Baru buka.”

“Jangan lupa colong sandalnya ya!”

Hmmm??? Selesai mengetik kalimat itu saya langsung terkikik sendiri. Apalagi kemudian  tidak ada balasan dari hubby. Hahahaa…. Kenapa coba saya tidak bilang dengan bahasa yang halus, ini kok ya ada kata colong kesannya maling banget yah… Suami saya memang tak suka yang aneh-aneh begitu. Kurang kerjaan katanya. LOL.

Saya memang suka sekali mengoleksi small things yang ada mereknya dalam arti merek dari hotel atau tempat yang memang bagus. Tapi ya masih dalam taraf yang emang wajar kalo diambil, ya… artinya yang memang termasuk compliment (atau kalaupun bukan compliment, tapi juga bukan barang mahal)

Kalo teman-teman saya hobi ambilin botol-botol berisi shampo dan conditioner di kamar mandi hotel, saya gak tertarik dengan itu. Saya lebih suka sandal. Apalagi kalo yang bahannya enak, pasti saya ambil dan disimpan bener-bener seakan itu sandal seharga ratusan ribu. Hihihihi.. Salah satu sandal favorit saya adalah sandalnya Harris Hotel (eipss ketahuan deh sama orang Harris :D), warnanya oranye dan bahannya kayak sendal jepit, jadi bisa dicuci. Saya ambil waktu nginep di Harris Kuta karena memang sudah saya pakai seharian di sana kan sudah agak kotor juga ya sudah saya bawa sekalian. Kalau ambil sampo dan sabun pasti akan terbuang, toh tidak akan dipakai di rumah, dan kalau pergi ke hotel lagi juga dapat lagi kan?

Selain sandal hotel, banyak juga yang suka saya ambilin. Sebut saja tatakan pizza yang kecil. Saya suka sekali dengan bahannya yang anti panas dan dingin. Saya ambil untuk dipakai sebagai alas minum di kantor. Dan waktu tatakannya mulai rusak, saya ke restoran pizza lagi (pizza yang terkenal itu) bareng teman-teman untuk ambil baru. Hebatnya, kali ini teman saya yang bantu colongin masukin ke tasnya hahaha…. Ketularan!!

Hmm… terus pernah juga gelas obat. Gelasnya keren, kecil kayak gelas slot tequila gitu, tapi ada ukurannya, jadi kalo mo menakar obat, gak akan salah. Ini saya ambil waktu di RS (waktu Vaya sakit hari itu). Eh, ternyata sudah repot-repot ambil dua buah gelas, susternya datang bawa dua gelas lagi untuk compliment :D. Jadi punya empat deh.. Haduhhh mamak Vay ini, kenapa coba gak minta aja gelasnya. LOL.

Lalu alas sandaran kepala dari airplane. Waktu itu kebetulan naik Bussiness Class, langsung saya ambil alas kepalanya. Alasan saya, “Biar pas duduk di kursi kantor, serasa naik business class terus.” Soalnya pas banget kursi kantor warnanya biru juga.  Dan teman-teman di kantor jadi pengen juga kan pas ngelihat kok kursinya ada alas kepala. 🙂

Kalo pulpen-pulpen hotel, itu juga pasti saya ambil kalo memang pulpennya bagus. Waktu umroh 3 tahun lalu, saat saya sedang menyimpan sandal-sandal dan beberapa pulpen merk The Oberoi Medina ke dalam koper, seorang janitor hotel datang mengetuk pintu. Dia datang mengantarkan handuk-handuk bersih. Abang saya yang membuka pintu. Selain handuk itu, ternyata si janitor juga memberi seplastik pulpen. Hahahahaa…. Mungkin beberapa hari itu dia sadar bahwa pulpen-pulpen selalu hilang, dan mungkin juga dia udah tahu tabiat orang Indonesia yang hobi ambil-ambilin small things untuk oleh-oleh. Sebagai gantinya, abang sayapun memberi si janitor tips yang lumayan :D. Saya yakin pulpen itu memang komplimen, jadi janitor tadi tak akan kena masalah.


Baca juga: Karena Toleransi Itu Indah, Kawan!


Pulang ke Indonesia, di pesawat Saudi Arabia Airlines, saya dengan tenang menjejalkan bantal ke dalam tas saya. Lalu kacamata kain untuk penutup mata saat tidur juga saya bawa (ya ini juga gak mungkin mereka simpan lagi kan kalau bekas orang pakai). Abang saya yang duduk di seberang langsung melotot dan mengguit abang sepupu saya yang duduk di sebelahnya. “Lihat tuh, bang.. baru aja selesai umroh, ambil bantal pulak itu!”

“Kenang-kenangaaann…. kita kan gak tiap hari naik pesawat Saudi Airlines…” Alasan saya. Bener kan? Naik taxi biru mah bisa tiap hari. Begini ya, kenapa saya ambil bantal? Karena bantal-bantal kecil yang tipis empuk begitu memang tak banyak dijual, dan ini memang untuk kenang-kenangan.

Ah masih mending saya (excusee…:p). Teman saya ada tuh, piring KFC dia bawa pulang! Lalu ada juga yang jalan-jalan malam ketemu orange corn, langsung dinaikin ke mobilnya. 😀 Ini mah gile, masa corn jalanan dibawa pulang. Beli aja di Ace!

Kalo kita bilang, ini bukan masalah gak bisa beli ya, tapi small stuff beginian kan gak semuanya dijual bebas. Minta juga belum tentu dikasih. So, apa boleh buat ? Ini bukan klepto lhooo… cuma iseng doang. :p

Sepertinya saya gak sendiri deh untuk urusan ambil-mengambil barang model beginian… ya gak? Siapa di sini yang juga punya kebiasaan ambil merchandise hotel atau pesawat?


Well, sebelas tahun setelah postingan ini, saya ternyata masih suka mengambil barang-barang komplimen dari hotel.  Buat kenang-kenangan dan bisa dipakai di rumah. Hahah… tapi tetap hanya sandal saja. Naik pesawat tidak ambil apa-apa lagi, udah punya satu ya cukup yaaa…


Jangan lupa untuk baca ini: Apa Enaknya sih Merokok?


Salam,

Zizy

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

119 thoughts on “Iseng atau Memang Klepto?

  1. Wah, tulisan sudah lama banget, dan “tradisi” itu masih berlangsung sampai sekarang ya? Haha.

    Saya pernah sih, pulpen-pulpen hotel. Cuma sebagai pengingat saja, pernah menginap di situ. Pernah juga korek api, bukan untuk dipakai, tapi disimpan saja.

  2. ribka damanik

    kakk, ketawa akuu bacanya. aku sndiri juga sring gituuu. kan sebenarnya kalo stuff dari hotel emank dikasih buat kita kan. buat apa kita(mksdnya bapak-emak saya) udah bayar mahal-mahal, small things ga diambil?? kan itu udah jadi hak milik kita 😉 ( Pembelaan) hahahaha..

Leave a Reply to Agung Pushandaka Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *