Hari itu, pagi menjelang siang, saya tiba di komplek Grand Galaxy Bekasi. Di depan sebuah ruko berlantai tiga dengan plank besar bertuliskan DARE, dan Kopi Demi Anak.
Saya melangkah masuk ke dalam, sedikit ragu karena saya ragu kalau mereka sudah buka. Sebuah meja kopi dengan dua sofa saling berhadapan ada di sisi kiri, sementara di sisi kanan adalah kedai tempat barista meracik kopi.
Seorang barista perempuan menyambut saya dan mengangguk. Saya tanya, apakah sudah buka, dan dia hanya tersenyum sedikit. Saya melebarkan pandangan mencari-cari teman yang katanya tadi sudah datang duluan. Oh, itu dia. Dia sudah duduk di bagian dalam kedai kopi ini.
Kopi Demi Anak, Kedai Kopi Ramah Disabilitas
Kedai kopi yang berlokasi di Grand Galaxy City Ruko Sentra Komersial Blok RSK 2 no. 39 Bekasi, baru beroperasi bulan Agustus lalu. Ada misi mulia dibalik berdirinya kedai Kopi Demi Anak ini. Bang Cokisela Tobing, sang pemilik, membangun kedai kopi ini salah satunya adalah bertujuan memberikan lapangan kerja bagi para penyandang disabilitas.
Kedai kopi yang dibangun satu lokasi dengan workshop prostetik dan ortotik miliknya ini memang ramah disabilitas. Dimulai dengan tangga di luar yang sangat fleksibel buat penyandang disabilitas, lalu spot bermain untuk anak-anak juga ada di dalam kedai kopi.
Baca juga: Ayu Tri Handayani “The Young Srikandi”
Dan saya baru sadar kenapa barista di depan tadi tidak menjawab pertanyaan saya. Tentu saja, karena dia adalah penyandang disabilitas tuli. Di atas meja barista ada tv dengan gambar dan tulisan: “Bagaimana Cara Memesan” yang tadinya ketika saya datang layar TV masih memutar klip-klip musik sehingga saya tidak notice dengan kondisi barista.
(Mungkin karena tadi pagi kedai kopi belum buka ya jadi belum diatur layarnya)
Workshop Prosthesis & Orthosis DARE Foundation
Bang Coki bukanlah pengusaha kedai kopi biasa. Memiliki latar belakang sebagai praktisi kaki palsu dan ortosis bersertifikat, ia mendirikan DARE Foundation untuk memberikan pelayanan yang baik untuk penyandang disabilitas yang kurang mampu.
Saat berkunjung kemarin, saya bertemu dengan beberapa pasien yang datang. Ada sepasang orang tua dari anak cerebral palsy (CP) yang datang untuk mengambil pesanan alas sepatu khusus buat anak mereka. Saya mendengarkan Bang Coki menerangkan dengan detail bagaimana caranya mulai melatih anaknya latihan jalan (tatah) dengan sepatu itu.
Tak lama kemudian datang lagi pasien anak lain yang datang untuk memeriksakan kembali penyangga punggungnya.
Lalu beberapa orang tua dari penderita CP lainnya juga datang untuk sekedar ngopi dan mengobrol, sementara anaknya bisa tiduran sambil diajak bercengkerama di sudut playground. Anak-anak itu ada yang berusia 3 tahun, 6 tahun dan 7 tahun.
Mereka adalah anak-anak CP yang menjadi pasien dari DARE Foundation, yang mana alat-alat penunjang seperti sepatu, dibuat di workshop di lantai 3.
Ibu dari Jojo, anak CP bercerita kalau Jojo baru saja sembuh dari demam.
“Kemarin tuh sebelum demam udah bisa lemas sedikiit. Eh begitu demam ya balik lagi kaku.” Katanya sambil mengusap kepala Jojo.
“Berarti ngulang lagi latihan (fisioterapi) dari nol.” Begitulah ya perjuangan orang tua dari penderita CP, sungguh luar biasa.
Saya dan teman-teman naik ke lantai 3 untuk melihat workshopnya. Ternyata semua pesanan alat penunjang penyandang disabilitas dibuat langsung di sini. Dan setiap alat penunjang memiliki garansi kurang lebih satu tahun.
Kalau harga bagaimana? Untuk harga pembuatan ortotik dan prostetik pastinya tergantung bahan yang digunakan. Namun menurut salah satu team Bang Coki yang bertanggung jawab di workshop lantai 3, pastinya untuk harga selalu ada subsidi silang, sebab tujuan awal DARE Foundation adalah untuk membantu melayani penyandang disabilitas yang kurang mampu.
Nah, berdirinya Kedai Kopi Demi Anak ini pun tidak hanya bertujuan memberi lapangan pekerjaan saja seperti saya tulis di atas, namun sebagian keuntungan dari penjualan kopi ini adalah untuk donasi alat bantu disabilitas.
Kemarin-kemarin saya baca bahwa ada cibiran terhadap kedai kopi ini karena owner dianggap mencari sensasi dengan mempekerjakan barista disabilitas. Duh, please-lah ya. Daripada sekedar mencibir dan memberi komentar negatif, kan lebih baik mendukung supaya bisa lebih banyak penyandang disabilitas yang bisa mendapat kesempatan.
Nah, main-mainlah ke Kedai Kopi Demi Anak, bawa teman-teman buat ngopi dan ngobrol-ngobrol di sana. Dengan demikian, kamu telah berkontribusi banyak untuk donasi alat disabilitas.
Yuukk!
-ZD-
Nikmat minumannya, 🙂
Padahal udah positif banget ya mbak usahanya agar penderita disabilitas juga bisa bekerja. Lah masih ada aja yang mencibir.
Semoga usahanya lancar dan dapat membantu banyak anak anak dengan disabilitas.
Thank you for writing this kak. Nanti kalo ke daerah Grand Galaxy, aku mampir.
Sama-sama Ka….. ^^)
menarik mba, aku masukin list utk didatangin nanti :). itu yg nyinyir kayak mau aja ngebiayain orang2 dengan disabilitas gini -_-. seneng deh ngeliat mereka2 yg spesial dan punya kebutuhan khusus bisa kerja layaknya orang biasa. kmrn aku makan di restoran bakso di daerah rawamangun, dan pelayan2nya juga tuli. di mejanya ditaro kertas bahasa isyarat supaya bisa komunikasi dengan mereka. memang sih ga semuanya tuli, tp beberapa di antaranya iya. salut ama orang2 yg selalu peduli dgn mereka.
Ya ga sih? Udah gak mau bantu, tapi komen nomor satu tuh para netijen yang suka julid. LOL.
wohohoh, kerennnn bangeeett.. bacanya sampai mrinding, semoga makin ramai ya, noted banget kl ke bekasi mesti sempetin ngopi disini..
Terima kasih sudah mampir dan membaca, Kakak… 🙂