Mercon

Beberapa hari ini kalau pulang dari kantor saya selalu lewat Jatinegara. Sepanjang sisi kiri jalan, bertebaran aneka lapak penjual. Ada yang jualan helm, CD-CD, tapi yang tergres di bulan puasa apalagi kalau bukan penjual mercon dan kembang api.

Saya pertama kali kenal mercon kalau tidak salah waktu usia 12 tahun, kita sudah di Medan saat itu. Kalau kembang api biasa kan di Biak juga ada, tapi ya hanya begitu saja tidak menarik toh, tidak seperti mercon yang bikin deg-degan saat dinyalakan. Mercon yang laris manis di kalangan anak-anak waktu adalah mercon cabe. Bentuknya kecil seperti cabe rawit, tapi ledakannya kuat dan pedas. Selain itu harganya juga terjangkau untuk ukuran uang jajan anak-anak. Mercon ini tetap jadi favorit selama bertahun-tahun kemudian sampai saya kuliah. Kami jarang beli kembang api yang sembur-sembur itu, udah harganya mahal, sering dapat yang masuk angin pula.

Penjual Mercon di Medan

Biasanya saya main mercon numpang sama abang saya. Saya kebetulan kurang begitu suka nongkrong-nongkrong di depan rumah, bisa dibilang kurang bergaullah. Seadanya saja. Jadi kalau mau main mercon, mainnya dengan abang saya dan temannya yang diajak ke rumah. Saat itu sudah duduk di bangku SMA, dan kita selalu main mercon di balkon atas, yang dibuat nyambung dengan atap garasi, jadi kalau main mercon bisa lari-lari di atas, soalnya kalau di bawah suara ledakannya kencang sekali, bisa diomelin orang tua hehee… Waktu itu kita mulai beralih pakai mercon yang lebih gede, namanya mercon naga kalau tak salah. Suaranya juga lumayan menggelegar, bikin telinga sakit. Dan kita suka sengaja membunyikan mercon saat ada orang melintas di depan rumah, hahahaa…. Begitu dari jauh kita lihat ada motor atau sepeda mau lewat, siap-siap… lalu begitu mulai dekat, mercon kita lempar ke arahnya. Karena itu mercon gede, meski jaraknya beberapa meter, tetap saja yang dengar kaget. Yang paling lucu itu Pak Satpam yang berjaga di kantor Erlangga depan rumah. Mercon itu kan suara ledakannya beda-beda, ada yang kencang banget, ada yang melempem, ada yang biasa saja. Jadi pernah sekali si mercon suaranya gede banget, dan Pak Satpam ternyata sedang melamun. Marah-marahlah dia karena dibikin kaget, hahaaa….!

Sering main mercon biasanya juga pasti pernah kena diri sendiri. Entah kepeleset dari tangan waktu mau dilempar atau salah perhitungan sehingga mercon meledak lebih cepat. Kalau saya, meskipun suka main mercon, tapi takut menyalakannya kalau sumbunya terlalu pendek. Kalau cowok-cowok menyulut sumbu mercon pakai rokok yang menyala, saya pakai obat nyamuk bakar.

Pernah sekali, waktu baru kuliah, saya dan seorang sohib saya Nce, keliling di malam takbiran sambil bawa mercon di mobil. Nce tugasnya menyalakan mercon cabe lalu dilempar keluar kaca jendela, terutama kalau melewati cowok-cowok yang sedang naik motor sambil ketawa-ketawa. Nah, suatu saat kami kena batunya. Entah kenapa si Nce karena buru-buru mau ngelempar mercon, eh mercon itu jatuh di dashboard. Meledaklah di situ! Nce sampai pucat karena kaget secara mercon itu meledak di depan mukanya. πŸ˜€

Terakhir ke Siantar dua tahun lalu, abang saya masih saja hobi menyalakan mercon di malam takbiran. Sekarang banyak sekali model mercon dan kembang api baru, ada tuh yang katanya kembang api kecoak, bentuknya bulat, begitu disulut, dia melompat-lompat pendek sambil berputar-putar tak tentu arah. Anak-anak suka lihatnya dan suka juga lari kalau tiba-tiba si kecoak menuju ke arahnya. Itu untuk anak-anak. Untuk para pria yang sudah jadi bapak-bapak itu, mercon yang dibeli bukan lagi mercon cabe atau mercon naga. Tapi mercon yang kayak mercon tahun baru itu, yang meledak-ledak di udara.

Sekarang sih saya baru mengenalkan kembang api biasa pada Vay, biar dia tahu dan tidak terlalu takut nanti sama mercon. Meskipun sejujurnya ya, kayaknya di umur saya sekarang ini udah malas deh dengar suara ledakan mercon. Rasanya jadi sebel kalau udah kaget gara-gara suara mercon. Nah, sekarang baru saya sadar: begini rupanya perasaan si Pak Satpam Erlangga waktu dengar mercon. *uhuk* πŸ˜€

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

58 thoughts on “Mercon

  1. saya lebih suka kembang api dari pada petasan. tapi kadang kangen juga sih masa-masa ngagetin pembantu tetangga make petasan. buahahahaha

  2. kalo disini yaa mbak, para pedagang percon keliling di pasar pasti akan bilang gini ketika mereka menawarkan perconnya, “sayang anak sayang anak”.. hahahahaha, jadi kalo sayang sama anak harus beli percon mbak..

  3. Klo aku dulu sukanya cuma jaman sd mbak.. sekarang mah udah males.. kecuali kembang api yg rada besaran itu.. tapi masa anak2 emang biasa main merecon ya mbak.. ya kena sekali sekali wajar lah.. hehehe

  4. Dulu waktu SD ada area sendiri yang biasanya di gunakan untuk menyalakan mercon,sepanjang jalan itu banyak anak2 yang main2 dengan bersenjatakan mercon,seru juga sich sebenarnya,asal merconnya nggak gede2 amat masih nggak masalah πŸ˜€

  5. Weh ternyata mercon cabe bukan cuman di kampung saya doang ya.
    skrg mercon tipe itu sepertinya sudah jarang liat.

    Mescon LEO dulu juga populer, tapi skrg sptnya udah punah πŸ˜€

    • Zizy

      Yg mana itu mercon Leo?
      Sekarang mercon cabe udah jarang ya… hmm saya kurang updated kl sekarang hehee..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *