Ngadem di Mall

Sejujurnya saya tak begitu suka menghabiskan wiken di mall. Tahu sendirilah, bagaimana habbitnya mall itu kalau sudah wiken. Ramai macam pasar. Belum lagi mall-mall besar hampir selalu bikin event di tengah hall dengan suara yang hingar bingar memekakkan telinga, mau ngomong saja harus teriak. Buset dah.

Tapi apa lagi sih pilihan saya? Mall adalah hiburan terlengkap (tapi bukan termurah) yang dibutuhkan oleh orang-orang seperti saya. Let’s say one stop shopping lah, padahal mungkin saja kebanyakan cuma jalan-jalan dari pagi sampai sore, lihat-lihat aja tanpa beli, dan cuma minum sekaleng Coca Cola.

Base on pengalaman saya, pergi ke mall saat wiken lebih banyak repotnya daripada senangnya. Pertama, mau ke mall saja sudah kena macet luar biasa. Lalu saat mencari parkir, itu susah banget, belum lagi kalau pakai acara rebutan, biasanya saling melirik jengkel sesama pengendara.

Kerepotan lainnya adalah harus ekstra waspada terhadap gandengan, alias si Kecil. Anak-anak kalau sampai terlepas di tengah keramaian, bisa hilang dengan cepat. Entah tersesat ke dalam toko atau berjalan entah kemana. Jadi benar-benar mata tak boleh absen lama-lama mengawasi si Kecil, meskipun mungkin kita juga membawa mbaknya.

Berfoto di depan telur paskah MKG-3

Selain waspada akan hilangnya anak, juga harus mewaspadai terjadinya kecelakaan saat di mall. Kemarin saya melihat sendiri terjadinya sebuah kecelakaan kecil. Kami baru selesai makan siang di Premium Bean di MKG 5. Hubby dan anak saya sudah jalan duluan untuk keluar dari crowdednya situasi di situ. Di dalam venue itu ada banyak restoran berderet-deret, dan semuanya penuh. Saya — yang memang gak pernah kenyang — mau ke Rotiboy sebentar, beli rotibun untuk dibawa pulang. Di sebelah Rotiboy itu ada restoran besar yang ruamaaiii sekali. Tahu-tahu, GUBRAK! Saya menoleh dengan kaget. Dan ternyata seorang ibu baru saja tertimpa semacam standing banner dari kayu yang jatuh karena dimain-mainin sama seorang anak. Ibu itu meringis kesakitan sambil memegang belakang kepalanya, sementara seorang pria buru-buru datang dan berbicara padanya. Saya menduga pria itu adalah orangtua si anak, pasti merasa sangat malu dan bersalah karena anaknya yang asyik bermain telah menyebabkan seseorang celaka. Yang menimpa kepalanya itu terbuat dari kayu, tebal dan kelihatan berat. Para pelayan kelihatan masih kaget dengan peristiwa itu, dan kemudian tersadar untuk kembali menaikkan benda tak jelas itu. See? Melihat kejadian itu saya bisa menduga bahwa pihak restoran tidak memperhitungkan dengan benar saat meletakkan standing banner itu di situ. Bisa bayangkan bagaimana kalau benda itu jatuh dan kemudian menimpa seorang anak di bawahnya? Duh jangan sampai deh.

Kerepotan lainnya yang jadi perhatian saya banget adalah kesigapan para pelayan restoran dalam menyajikan orderan. Semua orang juga maklum kalau yang namanya wiken pasti pengunjung berjubel dan semua orang tidak sabar ingin pesanan segera datang. Belum selesai dengan pesanan di meja A, pelayan sudah dipanggil ke meja B. Waktu hari Sabtu di MKG, berkali-kali saya dengar bunyi pecah belah jatuh, entah dari resto kami or resto sebelah. Pusinglah pokoknya.

Lalu di hari Minggu, waktu saya kongkow bareng sahabat-sahabat di MoI, suara benda-benda berjatuhan terdengar dari segala arah. Bahkan ketika kami duduk di Din Tai Fung dan membahas, kenapa dari tadi bunyi pecah belah berjatuhan seperti tak berhenti, tahu-tahu seorang pelayan kembali menjatuhkan mangkok sambal kaca dari tempatnya. Buset. Kira-kira kalau akhir bulan dilakukan perhitungan inventory, mangkok-piring-gelas yang pecah itu diganti dari uang tip atau gimana ya?

Ah. Pokoknya tidak ada yang bisa mengalahkan nikmatnya menghabiskan wiken di rumah deh. Wiken ke mall, saya tetap suka, tapi kalau bisa sih jangan yang mall-nya ramai banget. Bahkan kalau boleh milih, saya prefer kongkow di weekday saja, lebih adem karena mall tidak terlalu full.

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

52 thoughts on “Ngadem di Mall

  1. Ngadem di Mall, wah itu tipikal sekali dengan sebagian besar penduduk di negeri ini, karena satu dan lain hal tidak ada banyak pilihan yang nyaman kegitan diluar ruangan, apalagi saat musim panas disini yang notebene bis asampai 60C, semua akhirnya mengungsi ke Mall 😀

    Seneng udh bisa mampir kesini, salam hangat dari kita-kita di timur tengah..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *