Tiga Cerita Baru Tentang Vay

Kembali dengan topik favorit: Tiga Cerita Baru Tentang Vay

Vay dan Sekolahnya

Jadi, ceritanya, waktu sekolah Vay libur seminggu, sebulan yang lalu, saya tidak datang-datang ke sekolah Vay untuk mengambil rapor. Belum sempat saja. Nah, karena belum datang juga, oleh Miss-nya, laporan-laporan dan tugas-tugas sekolah Vay di term 3 dititipkan ke mbaknya. Serta sedikit laporan singkat mengenai perkembangan Vay.

Laporannya itu: Vay di kelas kurang mau aktif, lalu Vay belum bisa catch ball, lalu Vay juga selalu paling belakangan menyelesaikan makannya.

Ayah Vay agak komplen mendengar laporan ini. Menurut pendapatnya, semua anak itu kan unik, guru tidak bisa menyamaratakan kemampuan anak. Sebagai seorang pengajar, pendekatan personal ke anak juga harus dilakukan, untuk mengetahui kenapa anak begitu. Anak harus diajak berdiskusi terbuka, karena anak tentu punya alasan dan jawaban yang mungkin kita tidak tahu.

Waktu ditanya ke Vay kenapa dia suka tidak mau angkat tangan kalau di kelas, jawabnya : “Habis Vaya gak tahu harus ngomong apa.” Alasan dia itu masuk akal, sih, karena Vay memang bukan anak yang suka basa-basi. Katanya, dia sebenarnya sudah tahu jawabannya itu apa, tapi dia merasa tidak perlu angkat tangan.

Ditanya lagi soal tidak bisa catch ball, jawaban Vay : “Soalnya Miss-nya lemparnya miring.”

Kalau soal makan yang lama, Vay no comment. Karena jangankan di sekolah, di rumah saja dia makannya lama.

So, seminggu kemudian saya ke sekolah, pagi-pagi sebelum ngantor dan sebelum jam sekolah mulai. Mau ngobrol-ngobrol dan diskusi tentu saja.

Laporan pertama dari Miss-nya, Vay tidak begitu suka aktif di kelas. Dia jarang mau raise hand, tapi kalau ditanya jawabannya dia tahu. Katanya, anak-anak biasanya malas menjawab, karena merasa ah, sudah dijawab si A, untuk apa lagi dijawab?

So saya tanya, apa sih yang biasa dilakukan teacher untuk anak yang seperti Vay? Missnya bilang, semua anak akan tetap ditanya dan diminta untuk aktif, jadi meskipun Vay tidak mau raise hand, Miss akan tetap bertanya padanya. Kata Miss-nya Vay ini memang kelihatan suka gak aktif atau diam-diam saja, tapi dia termasuk yang paling cepat menangkap pelajaran. Jadi secara akademis tak ada masalah sama sekali. Meski beberapa kali sempat absen seminggu dua minggu karena sakit – waktu kena cacar misalnya – dia tetap bisa mengejar ketertinggalannya.

Lalu soal motorik. Menurut Miss-nya, Vay masih kurang kemampuan motoriknya. Seperti tangkap bola itu. Saya ungkapkan juga soal alasannya si Vay kenapa dia tidak bisa catch ball, so barangkali gurunya jadi bisa mencari solusi lain untuk itu. Actually untuk hal ini, itu memang benar. Itu sebabnya saya perbanyak kegiatan fisik Vay dengan tujuan untuk melatih motoriknya, seperti ikut gymnastic di Rockstar, dan ikut soccer class di sekolah.

Tapi, karena sejak dua bulan kemarin ada lagi tambahan latihan drumband dari sekolah, Vay jadi kecapekan dan jatuh sakit, sampai didiagnosa gejala typhus. Saya belum sempat menuliskan tentang sakitnya itu di blog, tapi heran aja, anak-anak kok bisa kena gejala typhus. Saya sampai umur segini saja belum pernah kenal penyakit typhus itu.

Nah, gara-gara vonis gejala typhus itu, kegiatan ekskul langsung dikurangi. Tidak ikut soccer lagi, tidak ikut drawing lagi. Jadi hanya swimming, plus drumband dari sekolah. Gymnastic juga jadi seminggu sekali saja. Mbak-mbak di rumah juga ditatar ulang semua, jangan-jangan kurang bersih di dapur atau apalah, soalnya Vay tidak pernah jajan di sekolah, makan di luar hanya sekali-sekali saja, karena even ke mall pun kita selalu bawa bekal buat dia. Pokoknya maminya emosi jiwa kemarin itu.

Diagnosa itu keluar tiga hari sebelum drumband competition, alhasil Vay pun batal ikut kompetisi drumband, padahal saya sudah bayar 500rb untuk seragam dan administrasi. Aduh, kasihan deh dia. Dua minggu kemudian, saat sudah sehat dan masuk sekolah, dapat kabar kalau drumband Kinderfield Duren Sawit dapat juara 1 – hebat ah, selamat ya! – dan pulangnya dia bawa baju seragam yang tidak jadi dipakai itu. Meski kecewa karena tidak ikut kompetisi yang kemarin, tapi dia agak-agak hepilah bisa mejeng dengan baju seragamnya di rumah. Duh, sabar ya Nak…!

Karena sudah bayar, terus Vay juga pasti ingin mejeng dengan seragamnya, saya biarkanlah dia terus berlatih drumband untuk next competition di bulan ini. Padahal sebenarnya ragu sih, pengen ditarik saja. Soalnya gara-gara mau ada kompetisi lagi, sudah sebulan ini latihan drumband setiap hari, dari jam setengah sepuluh sampai jam dua belas. Agak lebay sebenarnya menurut saya. Jadwal belajar anak dipercepat agar anak bisa latihan drumband. Sekalian saya tanya kemarin, apakah anak-anak tidak akan ketinggalan pelajaran karena dua jam pelajaran dichange jadi latihan drumband? Katanya sih tidak, karena semua pelajaran di-pull ke dua jam pertama. Tapi kompetisi besok itu tinggal sekali ini saja, setelah ini sudah tidak ada kompetisi lagi di KG B. Saat masuk primary, tidak ada drumband lagi katanya.

Eniwei, karena urusan sakit yang bolak-balik datang – yang cacarlah, demamlah – Vay pun turun pangkat dari posisi di drumband. Pertama sekali, dia pegang balira — yang dipilih adalah anak-anak yang sudah ikutan les electone. Pulang ke rumah pun harus bawa balira untuk melatih melodynya. Tapi karena sakit cacar dua minggu, masuk sebentar lalu libur lagi seminggu karena batuk, akhirnya ketinggalan. Ganti posisilah dia, jadi pegang simbal. Vay sempat sedih. Saya mencoba menghiburnya, sekalian memberi tahunya juga – soalnya dia sendiri pun suka malas latihan balira di rumah – bahwa kerjasama team itu tanggung jawabnya besar. Jadi kalau dia ingin pegang balira lagi, tunjukkan bahwa dia sanggup, jangan pernah malas atau ngomel kalau disuruh latihan. Terus, karena memukulkan stik ke simbal itu kayak gak menarik gitu (macam pukul wajan kutengok), Vay bilang dia pengen pindah ke drum. Kita pun request ke Miss-nya, apakah ada posisi di drum. Ternyata ada, karena beberapa anak sudah mengundurkan diri. Saya gatel pengen bujuk Vay untuk mundur saja dari drumband, tapi gak tega, sudah latihan capek-capek gitu.

Di pertemuan kemarin dengan Miss-nya, juga disinggung soal Vay yang kalau makan itu lamaaaa banget selesainya. Ini jadi pe-er nih, bagaimana mengakalinya agar bisa cepat makan. Tapi satu hal yang saya pesan ke Miss-nya kemarin adalah, Vay itu belum bisa bilang kalau dia lapar, jadi tolong dibantu untuk penyesuaian jam second meal saat drumband. Habis beberapa kali habis latihan drumband, Vay mengeluh dadanya sakit. Saya cari tahu, apakah karena habis pakai brecket atau apa. Dia tunjuk dada dekat perut. Oh, berarti itu sakit karena telat makan. Bisa jadi sih, ya, kan biasanya dia keluar kelas jam 12.30 dan langsung disuapi Mbaknya, tapi sekarang karena drumband, jadi keluar jam 1. Jadi sudah keburu lapar. Sekarang dia dibekali biskuit susu terus di tasnya, jadi saat second meal, dia bisa makan itu dulu. Dan ternyata teman-temannya banyak yang minta, lho, pada lapar semua ternyata. Besoknya kita bekali beberapa bungkus deh, biar bisa sharing. Miss-nya sih good response, berterima kasih atas saran dan masukan.

Vay Gampang Nervous

Sejak lama, saya tahu Vay itu suka nervous kalau sedang menghadapi test atau perform. Nah kemarin itu ada satu hari, mbaknya laporan kalau Miss-nya bilang Vay ngompol. Haaa….? Saya kaget dan tanya ke Vay ada apa? Ternyata ya, saat itu sedang ada dictation, dan sudah mau tiba gilirannya. Karena nervous, Vay mendadak mau pipis, tapi dia tidak ingin ketinggalan giliran atau dilewati, jadi dia bertahanlah. Tahu-tahu ngompol. Padahal tidak ada masalah dengan dictation, easy peasy katanya. Tapi dia memang tak suka jadi yang paling belakang, tuh dia. Dulu waktu masih KG A, dia pernah menangis lari keluar dari kelas sampai ibu-ibu di situ kaget dan khawatir. Tahu kenapa? Gara-gara dia belum selesai tidy up – kan makannya lama – sementara teman-temannya sebagian besar sudah boleh keluar, jadi dia panik dan takut sendirian di kelas. Padahal masih ada lhoooo dua orang lagi temannya. Hahaha… duh Vay ini.

Tapi sudah saya bilang sih ke Miss-nya kemarin, Vay itu ngompol karena nervous. Dan ke Vay juga ngasih tahunya kudu pelan-pelan, bilangin dia kalau memang mau pipis, pipis saja dulu, kan jadi lebih tenang dictationnya. Sama diajarkan untuk berdoa di dalam hati untuk mengurangi nervousnya.

Vay masih saja kayak anak-anak

Suka lucu kalau dengar cerita tentang Vay dan teman-temannya. Di sekolah, atau pun di mobil antar jemput. Langsung merasa… woooww… anak-anak sekarang kok maju-maju banget ya.

Vay kemarin cerita, katanya ada satu temannya di kelas yang menangis. Gara-garanya temannya itu say something yang kurang baik ke teman lainnya, lalu dihukum oleh Miss. Intinya temannya itu didiamkan oleh seluruh kelas, dan saat mau pulang sekolah, baru semua temannya memberinya pelukan, sebagai tanda sudah memaafkan. Dan temannya itu nangis. Saya tanya, memang kenapa si A itu bicara yang kurang baik ke si B? “Gak tahu, Mi. Tapi dulu banget, dia pernah bilang kalau si B itu sok cantik.” Haaa? Anak kecil saja sudah tahu ya cara ngebully dan menilai teman. Vay juga cerita gaya bicara temannya yang kayak anak gede, katanya, “Dia suka ngomong, aneh deh si itu, gitu Mi. Maksudnya apa sih Mi, aneh-aneh gitu… Terus dia juga udah pake elu gue gitu ngomongnya.”

Yang lebih lucu lagi, mbaknya cerita soal percakapan anak-anak ini di mobil. Semua teman Vay katanya sudah tahu merek-merek mobil – apalagi yang cowok-cowok – jadi suka gak mau kalah gitu dong kalau ngobrol. Yang satu bilang, paling keren mobil ayahnya si N, Chevrolet. Lalu satu lagi bilang, mobil aku di rumah ada tiga. Mobil kamu berapa? Lalu yang satu gak mau kalah karena mobilnya hanya satu, dia menjawab, tapi kan mobil ayahku BMW. Terus semua berpaling ke Vay, dan bertanya, “Kalau kamu, mobilnya apa?” Vay cuma diam, gak bisa jawab, lalu bisik-bisik ke mbaknya tanya jawabannya. Hahah. Dia memang gak tahu merk-merk mobil, dan sebenarnya dia tak suka ikut di dalam conversation semacam itu. Katanya meskipun dia menjawab, pasti temannya akan terus ngomong gak mau kalah. Dia sudah tahu type teman seperti itu memang nyebelin.

Jadi kalau sebagian temannya sudah mulai kayak anak SD yang sudah bisa marahan, musuhan, dan beberapa sudah bergaya ala abege, Vay tetap saja kayak anak-anak. Mainnya masih main kejar-kejaran, cekikikan, dan tetap tak peduli sama merk. Ah, semoga Vay tidak terlalu cepat dewasanya. Selalu rindu deh dengan tingkah anak-anaknya. Apalagi kalau dia sudah lihat saya yang jemput dia pulang sekolah, dari jauh dia sudah lari sambil menjerit, “Mamiiiiiii…..” lalu dia peluk saya erat-erat di bawah banyak tatapan mata. Saya seperti bisa merasakan banyak tatapan cemburu di belakang kami. *lebay yah, haha…

Oh ya, terlepas dari semua laporan yang diberikan Miss-nya di atas, overall saya lihat sih Vay baik-baik saja. Entah ya kenapa di kelas dia gak mau aktif, tapi kalau di luaran, kayak kita ke mall atau kemana-mana, Vay tak pernah ada masalah dengan keberanian berpendapat. Di kelas electone dia pede saja angkat tangan duluan saat diminta mencoba nada oleh Miss-nya. Bisa jadi, dia sedang dalam masa belajar mengenal dan memanage dirinya sendiri, dan belajar mengambil keputusan. Sama dengan kasus saat dia akhirnya mengambil keputusan untuk berani berenang, dan berani sama badut. Ini pelan-pelan harus dicari tahu.

Postingan kali ini panjang, ya. Hehe…

Sebagai penutup, hari ini saya habis kencan berdua Vay. Menemaninya main di Chipmunk, KoKas. Well, ini adalah salah satu momen – selain momen menjemputnya pulang sekolah tadi – yang tak bisa dibeli dengan uang.

Thanks sudah berkunjung ke TehSusu.Com. Subscribe to Get More. Enter your email address:Delivered by FeedBurner
Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

15 thoughts on “Tiga Cerita Baru Tentang Vay

  1. Ngga hanya makanan mbak yg mesti dijaga, minumannya juga dulu sering kena typus penyebab krn air yg direbus ato minuman dingin yg pake es batu. Nah es batu itukan rata-rata mentah semua, jadilah sekarang ngga minum dingin lagi kecuali yg pakai kaleng ato botol saja.

    • Zizy

      Dia ga pernah minum air yang direbus, juga minuman dingin (pakai es apalagi). Hanya air putih dan susu. Teh pun tidak. 🙂

  2. Jamannya anak2 Pre-K dan Kindergarden, mereka sering banget giliran acara show and tell, jadi themenya sesuai dengan alphabets yg mereka pelajari minggu tsb. Misalkan minggu ini alphabetnya W, nah, anak2 yg giliran untuk tampil di show and tell bawa barang yg dimulai dengan huruf W. Off course deh saat itu Jake kan lagi demen2nya ama The Wiggles, d ia had no trouble bawa barang2 yg depannya W, hi hi hi. Mungkin emaknya kalau ngikutan, wouldn’t have any trouble bawa barang2 dengan letter pertama R dan letter kedua S. Maksadotcom.

Leave a Reply to Zizy Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *