Bye-bye Fast Food

Untuk seorang yang selalu ingin praktis dan cepat, termasuk dalam urusan makan, saya hampir selalu memilih makanan yang siap saji alias fast food. Fast food akan menjauhkan saya dari yang namanya mengantri lama, menunggu pesanan, lalu menunggu bil.

Dulu kalau jam makan siang tiba, saya selalu keluar kantor untuk makan ke tempat dimana ada fast food. Saya hampir percaya bahwa saya tidak bisa makan siang dengan nasi, karena saya sangat tergila-gila dengan kentang goreng. Tidak tertarik untuk makan nasi, atau gulai ayam, ataupun sayur urap.

Saya mulai makin “kenal” dengan makanan rumahan sejak merit. Hubby saya paling gak suka yang namanya fast food (kecuali KFC katanya, selain KFC dia ogah!), dia kalo makan harus yang bener-bener makanan rumahan. Pertama-tama masih bisa nyambung juga, misalnya kalo kami makan di foodcourt, dia akan order makanan rumahan, lalu saya pasti pesannya fast food, kalo gak ayam goreng, ya steak standard yg murah itu or burger, plus kentang goreng tentunya.

Di kantor sini juga begitu. Teman-teman disini kalo makan siang jarang keluar, rata-rata lebih suka makan di warteg belakang. Hanya hari Jumat baru kita semua keluar rame-rame makan ke mall. Itu juga pesenannya makanan rumahan juga, biarpun judulnya makan di mall.

Karena sering sekali makan makanan rumahan di warteg belakang, lama-lama saya mulai doyan dengan makanan sederhana ala rumah. Nasi, sayur bening, ikan goreng sambel sepotong, kerupuk, plus teh hangat. Sedapp…. Di belakang kantor kami ini ada warteg yang lengkap sekali menunya, ada nasi merah, nasi item, gulai ayam-ikan, aneka sayur, mendoan, sop-sopan… pokoknya lengkap. Murah lagi. Ga lebih dari 10rb sudah kenyang.

Tapi sebenarnya bukan hanya itu alasannya. Alasan lainnya tentu karena ingin hidup sehat. Apalagi ketika waktu itu saya divonis dokter memiliki miom, semakin yakinlah saya untuk mulai mengurangi kebiasaan-2 yang tidak sehat. No more alcohol, no more fast food.

Niatnya sih begitu, biarpun belum tentu bisa berhenti total, but dengan mengurangi saja pun badan rasanya sudah terasa lebih sehat. Sekarang saya selalu bawa bekal ke kantor (kecuali hari Jumat ya, itu kan jatahnya makan keluar), ya biarpun warteg belakang rasanya enak, tapi tetap lebih enak makanan dari rumah, lebih terjamin kebersihannya.

So, dengan bangga saya katakan bahwa selama 2bulan terakhir ini, saya hanya 1x makan fast food, itu juga potongan kecil (ini mah sekalian diet juga sihh… :D).

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

68 thoughts on “Bye-bye Fast Food

  1. wah sudah setahun lebih ngga makan fastfood lagi. Bahkan makan di wartegpun engga. Kalo mo makan ya balik, makan di rumah.
    Alasannya? penghematan aja, lagian ibu mertua pinter masak, sayang kan kalo tetep makan di luar :mrgreen:

  2. satu-satunya jenis fastfood yang masih aku konsumsi adalah kentang goreng… gak nahan sama yg satu itu…padahal konon kalorinya tinggi buanget,, ah forget it.

    ———–
    sama berarti favorit kita say 😀

  3. divonis memiliki miom… apa itu ??

    oh ya… indomie itu masuk fast food ga (instant = fast juga kan) ?

    ———–
    miom itu ada di rahim…. coba googling ya 🙂

  4. els

    gak percaya aku!!! klo ngga ada kentang goreng biasanya langsung mutung…hahahhaa..

    ———-
    hahahaa… ih kalo cuma kentang goreng aja kan gpp elz, asal jangan ikut jg fried chickennya 2potong 😀

Leave a Reply to mikro Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *