Cerita Weekend Ini: Si Picky Eater 

Sabtu kemarin

Suara meongan kucing menyambut kami ketika pintu mobil sebelah kiri terbuka. Anak saya Vay turun, terpekik girang dan membungkuk untuk mengangkat seeokor kucing kecil berwarna putih orens.

Kami baru tiba di sebuah rumah makan dekat rumah, yang berjualan mie ayam, nasi goreng dan entah apa lagi. Saya, Vay dan mbak di rumah, kami habis berkebun membongkar tanah dan tanaman sorenya, dan setelah mandi bersih-bersih langsung meluncur ke rumah makan dekat rumah.

Sesuai dengan namanya, Mie Ayam Duwit, awalnya tempat ini hanya menjual mie ayam saja, tapi kemudian mereka sepertinya mengundang tukang jualan gerobak untuk mengisi menu lain selain mie ayam. Kami pertama kali mencobanya beberapa tahun lalu, saya mengunjunginya dengan anak saya dan almh tante. Ini saya share mapsnya, siapa tahu tertarik.

Tempat ini adalah salah satu dari sedikit rumah makan lokal yang bisa kami mampir dan Vay mau makan, karena dia memang suka mie. Dan kalau dia sudah suka sama satu dua menu satu dua rumah makan buat saya sudah cukup, karena memang susah cari yang cocok buat Vay.

picky eater

 

Picky eater

Sebagian orang mungkin sudah tahu, bahwa anak saya ini picky eater, makannya pemilih, enggan mencoba makanan baru kalau tidak terpaksa, lebih suka makan makanan sederhana di rumah. Makanan rumahan juga hanya olahan tertentu yang dia mau, dan mostly hanya daging ayam. Daging sapi sedikit saja sukanya. Ikan dia gak mau karena agak trauma sama duri. Kalau tempe, nah ini favorit. Makanya namanya dulu Ms. Tempe. Makan sayurnya, tetap setia pada pokchoy, sesuai pesan dokternya dulu pas Vay masuk rumah sakit pas baby, pokchoy adalah yang terbaik, jadi saya rutin kasih dia pokchoy. Dan sekarang, opungnya di Medan juga mulai makan pokchoy atas saran dokter ginjalnya.

Makanan hits anak-anak seperti ayam goreng tepung seperti KFC, McD dan Wingstop dia masih suka, pizza dia gak suka, pernah dia hanya toleransi sama teman-temannya, dia ambil dan hanya setengah potong, burger gak suka, gak enak katanya. Minuman manis yang hits, dia gak suka juga, ya mungkin karena tidak terbiasa dari kecil. Ini memang salah saya karena terlalu lama patuh pada diet saat dia masih balita dan masih mengidap alergi, jadi semua makanan dijaga, padahal anak harus bervariasi juga makanannya.

Cara saya melatih anak agar mau coba makanan lain

Karena anak saya tunggal dan jauh dari saudara-saudara sepupunya, dia tidak terlalu punya pembanding bagaimana selera dan gaya makan anak-anak seusianya. Kalau ke sekolah, dia tetap bawa bekal, sama dengan teman-temannya yang mantan anak lama di Kinderfield, sementara anak-anak baru biasanya jajan di kantin. Dan dia tetap lho gak tertarik sama makanan kantin, kecuali mie.

Salah satu cara agar Vay mau mencoba macam-macam makanan (tanpa merasa disuruh ibunya) adalah dengan mengizinkannya play date sebulan sekali atau dua kali dengan sahabatnya. Umumnya anak-anak pasti akan tertarik kalau melihat teman-temannya mencoba, meskipun di awal-awal mungkin belum tertarik.

Berhasilkah? Lumayanlah meski tidak selalu. Ketika dia selesai playdate, saya tanya tadi makan apa saja, apakah ada yang baru selain tempat dia biasa makan. Eh ternyata tetap sama, ternyata dia sangat persuasif ke temannya sehingga semua setuju untuk makan ke tempat makan yang dia bisa makan, seperti Es Teler 77 (mie lagi), Bakmi GM (mie juga), atau KFC dan TaWan.

Sebagai catatan, dia kalau makan di Teler, Bakmi GM atau TaWan, tetap mintanya polos (tanpa daging dan sayuran). Dari kecil Vay memang tidak suka makanan dicampur-campur seperti nasi rames atau ditumpuk semua di piring, dia suka memulai satu persatu. Nasi, lauk, baru sayur terpisah belakangan. Dan kemarin saat di Mie Ayam Duwit, Vay agak pusing melihat mangkoknya penuh sayur dan ayam (saya sengaja pesan biar dia mau makan ayamnya juga), lalu buru-buru minta dipindahkan semua topping itu.

Saat playdate dua minggu lalu, dia dan temannya sudah mau mencoba ramen, tapi karena antrian panjang banget, dan mereka sudah kelaparan, akhirnya ke Bakmi GM lagi. Tapi dia janji berikutnya mereka akan tetap mencoba ramen.

Lalu katanya temannya beli minuman boba, tapi dia tidak beli, gak mau coba katanya. Tapi minimal dia sudah terpapar sama brand itu, siapa tahu berikutnya dia mau coba kan.

Sekarang sudah ada kemajuan, dia sudah mau minum kopi susu gula aren dari Kopi Kenangan, selain Java Chip Frappucino Starbucks. Ini gara-gara dia dan teman-temannya main ke Alfamart dekat sekolah lalu dia coba beli kopi susu kalengan dari Kopi Kenangan, dan katanya enak. Akhirnya ya. Selain itu, minuman soda-soda tak pernah dia minum (padahal maminya ini dari kelas 3 SD sudah minum Coca Cola, Fn, Sprite dll LOL).

Dia tanya ke saya, “Mami suka Kopi Kenangan atau Janji Jiwa?” Dan saya jawab, “Janji Jiwa lebih enak, tapi lebih enak pakai yang robusta, karena rasa pahit dan manisnya aren bikin minumnya jadi enak banget. Kalau pakai arabica, aneh rasanya. Arabica itu cocok tanpa gula apapun.” Tapi kalau lagi sama dia, saya belikan dia si kopken, minimal yang sudah pernah dia coba kan, biar aman, kan sayang kalau sudah beli terus gak diminum. Pemborosan.

si picky eater

Saya sendiri sudah tak lagi minum minuman manis, namun ada pengecualian bila saya sedang tidak enak badan, baru saya minum teh manis atau kopi dengan gula aren karena kandungan indeks glikemiknya lebih rendah dari gula pasir, jadi masih cukup aman asal tidak berlebihan.

tehsusu

Overall….

Sekarang saya sendiri punya target untuk mengejar pengenalan banyak makanan baru untuk Vay. Satu menu baru tiap bulan, jadi kita akan mencoba semua makanan yang mana saja yang Vay mau coba, dan benar-benar dia mau coba sampai lebih dari dua kali, biar pelan-pelan tidak lagi terlalu picky eatar.

But anyway tak apalah anak saya picky eater, yang penting dia sehat dan tidak gampang sakit.


Jangan lupa mampir dan baca juga postingan lainnya:

1. Cara Membangun Kepercayaan dengan Remaja

2. Remaja Perlu Dikasih Uang Saku, Gak?

Sharing is Caring
  • 1
    Share

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *