Perlukah Remaja Dikasih Tunjangan Uang Saku?

Beberapa waktu lalu dalam perjalanan sepulang dari sekolah, anak saya berbagi cerita tentang teman-temannya dan uang saku. Tentang berapa banyak yang didapatkan oleh temannya setiap hari yang tentu saja dia tahu dari hasil bercerita teman-temannya.

Dari situ saya paham maksudnya. “Oh, uang jajan dari Mami termasuk sedikit, dong!” “Iyaaa…! Jawabnya. Saya senyum saja mendengarnya.

Memberikan uang saku pada anak kecil, bisa dibilang masalah sederhana, misalnya kalau anak kita masih berusia 5-7 tahun mungkin uang saku itu baru habis setelah beberapa waktu dan dipakai juga untuk membeli jajanan.

Tapi ketika anak sudah remaja, ini bukan masalah yang gampang sih. Di satu sisi, begitu anak memasuki usia remaja, kebutuhannya sudah sangat lebih beragam, katakanlah mulai dari ponsel, iPad, tiket konser, buku-buku bacaan, sepatu atau pakaian yang sedang tren, dst. Di sisi lain, orang tua punya plan juga untuk menabung biaya kuliah misalnya.

Apakah Remaja Harus Dikasih Uang Saku?

Sebenarnya tidak ada keharusan bagi orang tua (terlepas dari dia mampu atau tidak) untuk memberkan tunjangan uang saku pada anak remaja mereka. Meskipun memang ada benarnya juga bahwa kita bisa mulai mengajarkan pada anak kita mengenai keuangan dengan uang saku ini, yang biasanya dimulai ketika anak masih kecil. Dan ternyata ada penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan secara langsung dari pemberian uang saku dengan perkembangan kemampuan anak dalam hal keuangan.

Ada beberapa pertimbangan yang kemudian bisa menjadi pedoman juga bagi saya dan pembaca mengenai pro dan kontra dalam pemberian tunjangan.

tunjangan uang saku untuk remaja

Panduan Dalam Memberikan Tunjangan Uang Saku:

1. Tunjangan bukanlah gaji setelah melakukan tugas

Saat saya masih remaja dulu, orang tua saya juga tidak memberikan tunjangan uang saku khusus, serta tidak menerapkan pemberian upah bila selesai melakukan tugas. Dan itu saya coba terapkan juga untuk anak saya. Repot kalau anak-anak harus melakukan pekerjaan dulu baru dapat uang. Bisa saja ada saat anak tidak termotivasi melakukan tugas-tugasnya saat mereka sedang tidak membutuhkan uang atau uang tabungan sudah cukup. “Ah absen kerja dulu.” Anak-anak juga mungkin akan memiliki persepsi bahwa tugas selalu pantas mendapatkan hadiah daripada melakukan bagian mereka untuk keluarga.

2. Beritahu pada anak tujuan dari tunjangan tersebut

Aturan lain untuk berhasil mengelola uang saku adalah dengan menyampaikan dengan jelas tentang ekspektasi. Menurut Beth Kobliner, penulis buku Make Your Kid A Money Genius (Even If You’re Not), komunikasikan dan putuskan apa yang kita ingin mereka bayar dengan tunjangan ini. Dan tentu saja berbeda untuk setiap keluarga ya. Misalnya kalau anak saya, saat ini peruntukan uang sakunya adalah untuk membeli buku, beli paket data, serta untuk pegangan kalau dia mendadak lapar di sekolah tapi bekal sudah habis.

3. Gunakan tunjangan ini untuk mengajarkan anak tentang pilihan

Pemberian tunjangan juga bisa jadi bagian untuk anak belajar tentang anggaran belanja. Jadi berikanlah yang cukup (kembali kepada masing-masing keluarga) agar anak bisa merasakan sendiri bagaimana mengelola uangnya. Jadi dengan uang itu dia bisa memutuskan untuk memilih bagaimana dia bisa menggunakannya. Contohnya kalau anak saya diajak playdate dengan temannya, dia harus bisa berhitung berapa pengeluaran dia sekali jalan-jalan, mulai dari makan, tiket bioskop, segelas frappucino, pernak-pernik Scoop, artinya dia harus memilih mana yang penting kan dan bagaimana agar uangnya tidak habis semua untuk itu. Di sisi lain dia juga sedang menabung untuk membeli satu set buku edisi khusus, jadi dia akan belajar menentukan antara keinginan dan kebutuhan.

4. Mengajarkan bahwa tunjangan ini belum tentu selalu ada

Namanya juga tunjangan. Bila orang tua cukup longgar, dan bisa memberikan uang saku secara rutin, baguslah. Tapi bila ada kondisi yang membuat tunjangan bisa berjalan tidak lancar, anak perlu diinformasikan ini. Secara tidak langsung kita mengajarkan mereka bagaimana pentingnya berhemat dengan uang yang sudah ada.

Akhir kata.

Memberi uang saku atau tidak, kembali kepada setiap orang tua. Buat anak saya mungkin saya tidak termasuk yang royal dalam urusan pemberian tunjangan uang saku. Tapi memang pedoman di atas itu menjadi panduan saya. Kalau memang semua kebutuhan primernya bisa dipenuhi di rumah ini, sebenarnya tunjangan uang saku yang cukup pun sudah cukup untuknya.

Sharing is Caring
  • 1
    Share

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

2 thoughts on “Perlukah Remaja Dikasih Tunjangan Uang Saku?

  1. Pingback: Cerita Weekend Ini: Si Picky Eater  | Life and Travel Journal

  2. Sama, aku juga ga royal kalo urusan uang saku mba. Krn ga mau membiasakan mereka boros.

    Aku biasa kasihnya bulanan. Dan itu utk keperluan jajan doang sih. Supaya mereka termotivasi nabung, uang yang dikasih ga harus habis, tapi usahain ditabung juga masuk ke rek tabungan emas mereka di pegadaian. Aku sengaja bukain tab emas biar aman dr inflasi ?

    Naah siapa yg tiap bulan bisa nabung sisa paling banyak, dia aku KSH tambahan. Jadi mereka semangat tuh.

    Uang yg dikasih hanya utk keperluan jajan, kalo mereka butuh buku, pensil dll, itu beda lagi. Minta langsung aja ke papinya ?.

    So far dengan cara gini aku ngeliat kalo si adek lebih semangat nabung drpd kakanya yg LBH suka jajan. Tabungan emasnya juga banyakan si adek ?.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *