Mewabahnya Flu Singapura

Jadi ceritanya para malam Selasa di minggu kemarin, nanny-nya Vay melapor ke saya kalau dia mendengar di sekolah Vay ada banyak anak terjangkit penyakit Flu Singapura. Saya kaget mendengar isu tersebut, karena rasanya tidak ada updated apa-apa dari sekolah baik melalui surat ataupun via parents teman sekolah Vay. Kata mbaknya Vay juga, yang kena kebanyakan anak-anak KG (Kindergarten) tapi ada beberapa teman sekelas Vay yang bergiliran tidak masuk sekolah karena sakit.

Selasa pagi, saat Vay sudah di sekolah, sebuah bbm masuk. Dari Mom Pit, mama salah satu teman Vay di sekolah, yang mengirimkan broadcast message, pemberitahuan bahwa esoknya yaitu hari Rabu, sekolah akan diliburkan satu hari karena akan dilakukan disinfektan kelas dan peralatan sehubungan dengan wabah Flu Singapura yang menyebar cepat di lingkungan sekolah. Saat itu juga langsung saya telepon mbaknya Vay. ”Begitu kelas selesai, langsung pulang. Gak usah ikut kelas drawing. Kita tak usah ambil resiko.” Memang setiap Selasa, selesai kelas reguler, Vay ikut ekskul drawing selama 1 jam.

Hari Kamis, Vay tetap saya liburkan sekolah. Mikirnya ya biar safety aja, daripada ambil resiko. Dan baru Sabtu kemarin, Vay sekolah lagi. Begitu tiba di sekolah, saya bertemu dengan seorang guru. Saya mendapat updated terbaru bahwa salah satu teman Vay, si Ting terkena juga. Situasi sekolah lumayan lengang, sepertinya belum semua anak masuk sekolah.

(Gbr ambil dari internet)

 

Sampai tadi pagi. Maminya Ting bbm saya. Dia bilang, Ting terkena HFMD. Yap, Flu Singapura dikenal juga dengan istilah Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Kaki Tangan & Mulut.

Lengkapnya berikut ini seperti yang saya kutip dari wikipedia :

Flu Singapura adalah penyakit berjangkit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (bahasa Spanyol Pico:kecil), Genus Enterovirus (non Polio). Dalam dunia kedokteran, Flu Singapura dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan, dan Mulut (KTM). Di dalam Genus Enterovirus terdiri dari virus Coxsackie A, virus Coxsackie B, Echovirus dan Enterovirus. Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.

Cara Penularan

Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum yang menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun (kadang sampai 10 tahun). Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang-barang yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tak ada vaktor tapi ada pembawa seperti lalat dan kecoa. Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain enterovirus lainnya. Masa inkubasinya sekitar 2-5 hari. Sementara untuk waktu terekspos sampai terkena penyakit 3-7 hari.

Gejala

Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada nafsu makan, pilek, ruam di bagian mulut, tangan dan kaki, dan mungkin di bagian popok. Gejala seperti flu pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus di mulut seperti sariawan terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan. Timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh memerah/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat.

Jenis virus tertentu gejalanya dapat lebih parah yaitu :

1.    Demam tinggi lebih dari 38% selama 2 hari.
2.    Ada gejala flu, sesak napas, kejang-kejang, ulkus, seriawan pada rongga mulut, lidah, dan kerongkongan.

Jika timbul gejala seperti ini harap sesegera mungkin dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif karena dapat menyebabkan kematian. Tempo pengasingan yang disarankan adalah hingga lepuh kering.

… …

Nah, Vay sendiri sudah pernah kena PKTM di usia 11 bulan, waktu itu mungkin masih belum sehat karena baru keluar dari rumah sakit setelah opname 9 hari, jadi baru dua minggu pulang tahu-tahu kok badannya hangat dan ada bintik merah, dokterpun memvonis Vay kena virus Coxsackie tapi hanya butuh rawat jalan saja. Saat itu setelah 3 hari minum obat bintik-bintik merahnya pun berangsung hilang. Tapi jangan ditanya bagaimana stressnya maminya.

Oke, jadi tadi saya dan maminya Ting bbm-an lama. Maminya Ting bilang dia sudah melakukan komplen keras ke kepala sekolah karena terlalu lambat mengambil tindakan meliburkan sekolah, padahal dari kemarin-kemarin sudah banyak anak yang kena. Belum lagi kondisi sekolah yang ditutup rapat sehingga tidak ada sirkulasi udara. Dan beberapa hal lain yang kurang higienis.

Ingat kan, saya pernah cerita kalau since Vay naik kelas ke Kiddy 2, pintu-pintu masuk ke gedung ditutup rapat sehingga parents tidak bisa lagi menunggu di dalam. Jadi sebenarnya begini, sekolah Vay yang sekarang ini kan masih mengontrak rumah biasa dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Gedung barunya sendiri – yang letaknya di Rawa Domba – baru akan selesai pembangunannya di tahun ini (semoga!) yang nantinya bisa menampung semua kelas mulai dari pre-school, TK, sampai SMP, SMA. Kultur gedungnya sendiripun memang tidak terlalu support untuk dijadikan sekolah, karena ventilasi di kelasnya tidak ada. Di kelas Kiddy 1 contohnya, tidak ada jendela sama sekali. Kalau kelas Kiddy 2 (di lantai yang sama, dan sebelahan dengan Kiddy 1) masih ada jendela berupa kaca-kaca blok warna-warni, even murid tetap tidak bisa melihat keluar, tapi jendela itu masih bisa sedikit memantulkan cahaya mataharilah setidaknya. Sementara kelas Kindergarten ada di lantai 2. Pintu-pintu kelas ini selalu ditutup rapat jadi siapapun yang ada di luar tak akan tahu seperti apa proses belajar mengajar di dalamnya. Sekolah ini punya fasilitas kolam renang yang berupa bawaan dari pemilik lahan – Pak Haji yang turepnya minta ampun. Oh iya, turep itu maksudnya tukang repet, hihihi… tidak boleh duduk di pohon, tidak boleh parkir di depan rumahnya,  tidak boleh jualan di dalam, pokoknya banyak banget larangannya. Kalau ada yang gak tahu dan duduk di situ, langsung kena marah. Ya, rumah si Pak Haji itu memang satu halaman dengan gedung sekolah.

Dugaan saya sih maksudnya menutup pintu itu supaya anak-anak baru tidak melihat orang tuanya mengintip di pintu – yang pasti langsung memicu tangis mereka, dan bisa jadi juga itu salah satu tindakan ‘edukasi halus’ pihak sekolah terhadap parents mengenai batas wilayah. Serba salah memang. Sekolah serba tak enak melarang parent masuk ke dalam hall, karena kalau para parents masuk ke dalam dan menonton anak-anaknya beraktivitas fisik, ruangan jadi sempit dan anak-anak jadi kurang leluasa. Sebaliknya orang tua mana sih yang pernah bosan melihat anaknya? Saya saja masih bela-belain mencari tahu pintu mana yang sudah dibuka agar bisa mengintip dari sela-sela pintu besi lalu dadah-dadahan. Pada akhirnya setelah satu jam ditutup, pintu dibuka tapi pintu besi tetap dikunci.

Tapi beberapa bulan terakhir ini situasi sekolah kembali jadi kurang kondusif karena si pemilik lahan, Pak Haji sedang merenovasi kos-kosan di belakang rumahnya, sehingga pintu sekolah sekarang selalu ditutup agar debu tidak masuk ke dalam gedung. Dan ruang tunggu parents di luar yang dulu ada sekarang juga tidak bisa diduduki lagi. Siapa yang mau duduk di situ sambil makan debu? Sekolah otomatis sepi karena tak ada lagi parents yang menunggui anaknya.

Jadi ketika sekarang Flu Singapur menjadi wabah di Jakarta, terus terang kami jadi khawatir karena gedung sekolah yang sekarang benar-benar mulai kurang kondusif.

Nah tapi masih ada satu lagi yang gak enak nih. Tadi itu maminya Ting mengirimkan capture status FB salah satu Miss di sekolah itu. si Miss itu menulis lebih kurang begini :

Status FB

Wowwww….! Kalau tanya saya, menurut saya perbuatannya itu kurang pantas as a teacher, curhat yang cukup kasar di social media sementara dia sadar betul di akunnya itu ada guru lain dan juga para orangtua murid yang jadi teman dengannya. Entahlah ditujukan ke siapa statusnya itu, tapi Mami Ting merasa ditujukan ke dia. Dan Mami Ting dapat dari temannya yang membaca status itu, which is banyak yang menduga bahwa itu pasti ditujukan ke Mami Ting.

Yeah… begitulah.
Memang, penyakit apapun yang menyerang anak kita pasti awalnya bikin panik. Saya juga begitu, dan jelas tak ingin Vay tertular dari yang sakit di sekolahnya.

Berikut ini saya sharing lagi yang saya dapat dari internet, pendapat dari dokter spesialis anak, konsultan penyakit infeksi dan pediatri tropik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Alan R Tumbelaka.

”Di Indonesia, belum ada yang mengalami komplikasi berat. Berbeda dengan di Eropa atau yang pernah terjadi di Sarawak yang jenis enterovirusnya membawa akibat lebih parah,” kata Tumbelaka. Meski demikian, anak dengan daya tahan tubuh sangat lemah atau berat badan kurang dapat mengalami gejala lebih berat dibandingkan anak dengan kondisi tubuh baik.

Penderita PTKM harus banyak beristirahat dan minum. Kekurangan minum mengakibatkan selaput mulut kering dan rasa sakit bertambah. Kecukupan air juga sangat penting bagi anak yang sedang menderita demam. Biasanya penderita hanya diberi obat penghilang gejala, seperti obat penurun demam. Namun, Tumbelaka mengingatkan, anak di bawah usia 12 tahun yang terserang virus jangan diberi aspirin.

Untuk gangguan di kulit, menurut Tumbelaka, dapat ditaburkan bedak yang berfungsi melapisi kulit sehingga kuman tidak menempel. Penderita diperbolehkan mandi.

Untuk meringankan luka di mulut dapat diberikan obat antijamur. Obat tersebut langsung diteteskan pada luka di mulut tanpa menggunakan air.

Anak yang terserang PTKM disarankan tidak masuk sekolah atau berada di tempat publik agar tidak menularkan penyakit. Guna menghindarkan penularan, perlu dijaga kebersihan lingkungan dan perorangan, antara lain dengan mencuci tangan, desinfeksi peralatan makanan, mainan, serta handuk yang bisa terkontaminasi virus.

….

Parents, karena sekarang Jakarta sedang mewabah Flu Singapura, mari kita sama-sama waspada dengan melakukan pencegahan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan terutama di rumah, agar anak terjaga kesehatannya dari tertular penyakit. Tapi kalau memang anak sudah terserang, cara penanganannya seperti yang tertulis di atas.

Semoga sharing yang sedikit ini bisa membantu ya Kakak :)..

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

35 thoughts on “Mewabahnya Flu Singapura

  1. Nuning

    Anak saya rasya umurnya 2 tahun 5 bulan sakit 5 hari yang lalu sakit panas malamnya Hari saya liat di tangan dan kaki muncul bintik-bintik dan sariawan mulutnya , keesokkan hari saya bawa ke dokter anak Katanya anak saya terkena flu singapura, di rumah saya Berikan obat Dari dokter Dan tak lupa saya beri anak saya teh madu. Karena sakit rasya ga mau makan sekali tapi saya telateni setiap 1-2 jam saya beri teh madu. Alhumdulillah 2 Hari berikutnya rasya sudah sembuh dan mau makan seperti sebelum sakit.

  2. trimakasih y atz sgla informasi tntang pnykt flu singapura..krna it sngt mmbnt sya..saat ni mmngan sya sdang trjngkit flu trsbut..jd wwsan ini bsa mmdahkan sya u/ mrwat ia..

  3. Dyah

    Putriku berumur 2 tahun, 2 hari yang lalu muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh dan di bawah mulut. besoknya kubawa ke DSA, dan untungnya dokter mengatakan kalau itu cuma gatal-gatal biasa, karena bintik-bintik tidak terdapat di dalam mulut, telapak tangan dan kaki.tapi mesti kontrol lagi besok malam, untuk tahu pastinya. Ya mudah-mudahan tidak terjangkit Fli Singapura. Thank’s infonya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *