Menjaga Kesehatan Mental

Yuk Jaga Kesehatan Mental Selama Wabah COVID-19

Hai halo. Apa kabar semuanya? Sebelumnya saya ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H buat teman-teman yang merayakan. Mohon maaf lahir dan batin.

Dua bulan setengah sudah kita #dirumahaja. Sudah pada bosan pasti kan? Pastilah ya. Pandemi Covid-19 memang bikin semua tatanan yang sudah rapi jadi berubah total. Sekolah-sekolah diliburkan, karyawan yang biasanya pergi pagi ke kantor lalu pulang sore juga harus kerja di rumah. Awal-awal mungkin merasa wah asyik nih akhirnya bisa santai kerja di rumah. Tapi lama-lama, yang tadinya fun kok lama-lama bikin stress ya.

Anak saya mulai rajin mengeluhkan dia bosan di rumah. Pastinyalah ya, dari yang biasanya dia ketemu dan bercengkrama dengan teman-temannya di sekolah, sekarang setiap hari yang dilihat paling jauh hanyalah pintu pagar. Ditambah kami tak bisa mudik ke Medan tahun ini, sudahlah benar-benar menguji kesabaran ya.

Saya pun tak beda jauh. Belakangan ini saya mulai merasa kalau saya mulai stress dan semakin emosional. Karena sudah tidak lagi kerja kantoran, sebagai freelancer, dengan situasi begini saya mulai melihat banyak opportunity yang hilang karena semua pihak menahan diri. Antara mengejar deadline dengan menyiapkan kebutuhan keluarga di rumah, itu benar-benar menguras energi, lho. Apalagi mamak harus melakukan semuanya sendiri. Emosi.

Sampai sini saya mulai sadar, saya butuh hiburan. Saya butuh penyeimbang. Berdiam diri di rumah selama beberapa bulan mulai memunculkan rasa tidak sehat secara mental, buat kami penghuni rumah. Bahkan saya sendiri sempat membahas soal kesehatan mental ini dengan teman saya yang tinggal di Papua. Kami sadar bahwa pandemi corona virus yang mengharuskan setiap orang di rumah saja memang bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental.

Kesehatan mental. Membacanya saja mungkin kening kita langsung berkerut. Dua kata yang sebenarnya sering kita baca atau kita dengar tapi acap diabaikan. Padahal, kesehatan mental itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik bagi kita, sebab akan sangat berpengaruh pada kebahagiaan diri dan tentunya sehatnya fisik kita.

Hasil riset dari WHO menyebutkan bahwa, orang dengan gangguan kesehatan mental punya umur lebih pendek 10 hingga 20 tahun dibandingkan mereka yang sehat secara emosional. Mungkin itu sebabnya sejak pandemi Covid-19 mulai menyebar ke seluruh dunia dan WHO kemudian menyuarakan gerakan social distancing untuk mengurangi penyebaran virus, istilah social distancing ini kemudian diganti mencari physical distancing.

Kenapa? Agar masyarakat mendapatkan pemahaman yang lebih jelas, bahwa social distancing yang dimaksud adalah bukan berarti kita terputus secara sosial dengan orang lain, tidak berkomunikasi dan terisolasi. Sangat penting bagi masyarakat agar tetap bersosialisasi demi menjaga kesehatan mental, namun tentunya menjaga jarak aman. Komunikasi yang dilakukan pun tak harus secara langsung face to face lah ya, tapi bisa menggunakan sarana internet untuk itu. Video call salah satu solusinya, jadi tetap bisa saling bertatap muka.

Lanjut ya soal kesehatan mental. Saya pun mulai mencari tahu lebih lanjut tentang hal ini, karena bagaimanapun saya butuh solusi mengatasi emosi jiwa yang melanda ini. Ketemulah satu artikel kesehatan mental yang sangat informatif di Halodoc. Dalam artikel itu lengkap tertulis apa saja gejala yang menjadi indikasi awal, lalu apa yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental, apa saja faktor resikonya, bagaimana pencegahannya, hingga pengobatan bila sudah sampai pada taraf membutuhkan perawatan.

Menjaga Kesehatan Mental

Apa Saja Gejala Gangguan Kesehatan Mental?

Gangguan awal bisa kita kenali dari  beberapa gejala seperti berikut ini:

  • Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman
  • Mengalami halusinasi dan paranoia
  • Kehilangan kemampuan berkonsentrasi
  • Tidak mampu mengatasi stress dan masalah sehari-hari
  • Gampang marah, tersinggung, cemas, kesal, khawatir dan rasa takut yang tak biasa (duh ini kok kayak saya ya?)
  • Merasa sedih, tidak berarti dan tidak berdaya

Masih ada gejala lainnya yang bisa dibaca langsung di Halodoc. Saya pribadi sejak dulu sering menjadikan Halodoc sebagai referensi artikel kesehatan buat rekan dan teman, karena yang paling suka dari Halodoc adalah bagaimana mereka menuliskan artikel dengan bahasa yang mudah dipahami oleh non-medis. Dan sekarang yang paling saya andalkan dari situs Halodoc ini karena bisa langsung konsultasi via chat sama dokter.

halodoc

Melangkah lebih lanjut setelah membaca artikel itu, saya pun mulai introspeksi diri. Bagaimanapun, kalau kita hanya sekadar membaca tapi tidak dipraktekkan solusinya, ya sia-sia toh. Kan tujuan sehat kita bukan cuma fisik, tapi juga mental.

Lalu, apa sih yang saya lakukan agar tidak terjebak pada stress akibat work from home alias #dirumahaja? Berikut beberapa hal yang saya pilih untuk dilakukan biar tetap waras jadi mamak, biar gak marah-marah terus.

Menjaga jadwal rutinitas normal

Membuat jadwal rutinitas seolah kondisi normal memang gak mudah, karena buat Vay, dia tetep bangun siang ya, lalu jadwal makan pun jadinya mundur semua. Tapi kita tetep usaha, dan yang penting buat saya adalah saya yang harus menjaga jadwal rutinitas itu tetap jalan. Nah, belanja online pun masuk dalam rutinitas baru, yaitu memilih satu hari tertentu dalam satu minggu untuk belanja dapur dan juga jajan pakai jasa delivery.

Aktivitas fisik juga kami lakukan sesekali, bukan berolahraga bareng, tapi kerja bakti bareng di halaman, seperti menyiram tanaman, mencuci mobil sama-sama, sampai menanam sayuran (meskipun belum tumbuh).

Sibukkan Diri dengan Hobi

Ini termasuk cara terbaik untuk menjaga kesehatan mental. Buat saya sekarang, memotret adalah hobi. Jadi, bersama teman-teman kang foto, kami bikin challenge foto buat grup kita sendiri biar kami tetap waras dan juga bisa silaturahmi online sambil membahas foto. Kalau sudah begini pikiran kembali jadi tenang. Jadi tidak kesepian.


Baca juga: Kegiatan Kami Selama #DiRumahAja karena COVID-19


Sementara buat anak saya Vay, saya memberinya ekstra waktu untuk hobinya mengedit potongan-potongan scene dari film favoritnya untuk dipost di Instagram. Satu hal yang saya pelajari dari anak saya ini adalah, kemampuan dia berteman dan berkomunikasi dengan teman-teman sesama artis (seniman) sebayanya dari luar Indonesia.

Dan kemudian saya berusaha menggali lagi hobi baru: menjahit. Meski hanya berlangsung beberapa hari, hahah… Maklumlah hanya bisa jahit tangan, jadi saya pakai waktu kosong untuk mencoba menjahit masker sendiri yang alakadarnya. Yang penting ada kegiatan yang bikin hati plong dan lega.

MASKER KAIN JAHIT TANGAN

Mungkin saja nanti saya akan mulai lagi merajut seperti dulu. Kalau rajinnnn… 🙂

Tetap Ngobrol Sama Keluarga dan Teman

Ini penting. Mulai dari diskusi isu serius yang lagi viral, atau bertukar resep dengan teman yang jago masak, atau sekadar membahas hal-hal remeh, yang penting bisa ngobrol. Supaya bisa tahu kondisi di luar.

Zoom online meeting

Nah tiga hal di atas so far buat saya cukup membantu. Dan saya memastikan bahwa ketiga hal itu memang penting dilakukan bersama-sama agar kami sekeluarga di rumah tetap bisa sehat fisik dan mental.

Kalau pembaca TehSusu sendiri bagaimana? Sharing dong apa tipsnya biar bisa manage stress selama wabah COVID-19 ini?

-ZD-

14 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *