Multilingual Sejak Dini, Yes or No?

Beberapa hari lalu, saya menghadiri sebuah talk show yang sangat menarik dan membuka mata. Talkshow bertajuk “Multilingual Sejak Dini, Why Not?” yang menghadirkan Roslina Verauli, psikolog anak dan keluarga, kemudian Meta Fadjria, Director of Studies EF English First Jakarta, dan Donna Agnesia selaku Brand Ambassador EF, ini berbicara tentang bagaimana cara kita sebagai orang tua membekali anak dengan kemampuan berbahasa sejak dini.

Kenapa menurut saya sangat menarik? Karena di talk show ini, bisa dibilang saya mendapatkan banyak insight bagus tentang bagaimana saya harus menghadapi anak saya yang saat ini di sekolah harus mempelajari tiga bahasa, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Mandarin.

Usia berapakah anak sebaiknya mulai dikenalkan pada bahasa asing?

Ini adalah pertanyaan yang paling sering diajukan oleh orang tua, ibu-ibu muda yang lagi menunggu kelahiran babynya. Umumnya orang tua ragu karena ada pendapat yang mengatakan bahwa bila anak belajar bahasa asing sejak dini maka anak akan mengalami kebingungan bahasa, hingga speech delayed.

Dan ternyata, itu hanya mitos. Menurut Roslina Verauli, speech delayed sama sekali tidak ada hubungannya dengan banyaknya bahasa asing yang dikenalkan pada anak. Setiap manusia, sejak bayi telah memiliki sebuah software di otak yang membantunya membuat analisa dasar bahasa yang didengar. Jadi memang, bayi memiliki kapasitas bawaan untuk menguasai bahasa asing. Speech delayed dapat terjadi karena ada proses alamiah yang missed. Yang dimaksud dengan proses alamiah adalah tahap-tahap yang harus dilewati berkaitan dengan sususan syaraf. Jadi, ketika anak sudah melewati semua proses alamiah itu, maka kemampuan berbahasanya akan improved dengan sendirinya. Jadi tidak ada hubungannya dengan multilingual ya. Contohnya ya, kalau ada anak kita yang kita lihat agak terlambat bicara, coba kita lihat dulu, apakah anak kita picky soal makanan, atau motoriknya sedikit terlambat. Dan ya, Vay ada di kategori ini. Dia mulai bisa bilang 1 kata yang ada artinya di usia 20-21 bulan.

Dan usia yang tepat mengenalkan anak pada bahasa asing adalah di usia 0-6 tahun. Ini adalah saat dimana perkembangan bahasa anak akan mengalami kemajuan pesat.

Pakai media apa saja?

Ternyata ya, memperkenalkan anak pada bahasa asing melalui media gadget atau tontonan TV itu tidak tepat. Anak di bawah usia 3 tahun tidak seharusnya mempelajari bahasa asing dari TV. Anak harus mengenal bahasa langsung dari manusia hidup, bukan manusia di balik layar.

Ibu-ibu bekerja seperti saya pasti punya kekhawatiran yang sama: aduh bagaimana bisa mendampingi anak belajar bahasa asing ya, sementara kita P4 – pergi pagi pulang petang.

Lalu, how? Ya gak perlu khawatir sih, karena kita bisa menyediakan support system lainnya, misalnya ada keluarga yang dipercaya di rumah, lalu dengan buku bacaan, atau dengan mencari partner yang bisa dipercaya.

Meta Fadjria – yang sudah 18 tahun lebih jadi pengajar di EF English First – mengatakan bahwa mengajarkan bahasa asing pada anak usia dini harus dengan program dan metode yang tepat, untuk itulah di EF English First ada program Small Stars untuk anak usia 3-6 tahun. Sebuah video diputar di depan, tentang bagaimana proses belajar anak-anak di kelas Small Stars.

(Huhu…. seru lho. Saya pikir, coba saya tahu dari dulu, saya bisa bayangkan Vay akan happy sekali masuk kelas itu. Kelihatan fun, karena anak-anak belajar sambil bermain.)

Tapi selain program Small Stars, juga ada beberapa program yang disesuaikan dengan usia anak. Dan ketiga anak Donna Agnesia semua sudah masuk EF English First juga.

(Saya sudah bilang ke anak saya ingin mengajaknya mencoba trial satu kelas, tapi masalah utamanya biasanya di waktu nih, karena Vay pulang sekolah saja sudah sore.)

Bagaimana kalau bicaranya jadi terbalik-balik?

Nah ini nih. Sering kan dengar anak kecil yang sudah kenal dua atau tiga bahasa, kalau bicara suka terbalik-balik dan campur-campur? Istilahnya code mixing, ini lumrah dialami ketika anak sudah dipaparkan lebih dari satu bahasa. Ternyata ini wajar banget lho, dan kalau anak kita mengalami hal ini, kita seharusnya bangga, karena itu artinya dia sudah dalam proses menguasai bahasa tersebut. Hanya saja ketika akan diucapkan, mulutnya bingung mau keluarin yang mana nih.

(Ah, pantaslah Nona Vay kalau bicara suka terbalik-balik ya. Mungkin dia sibuk mikir mau bicara use Bahasa or English ke maminya. LOL).

Beberapa hal yang saya note di kepala kemarin adalah, bahwa kemampuan berbahasa adalah aset tak ternilai bagi anak. Anak yang kenal multilingual akan punya kemampuan koreksi bahasa yang lebih baik, serta juga akan punya kemampuan berkompetisi yang baik pula.

Tapi ya buibu, ada satu hal lagi yang wajib dijalankan orangtua. Konsisten mendampingi anak. Mungkin kita tidak terbiasa berbahasa Inggris di rumah, tapi harus sering-sering juga bercakap-cakap menggunakan bahasa Inggris dengan anak, agar anak terus termotivasi.

– ZD –

Sharing is Caring

by

About Zizy An emotional mother of one daughter who likes to share her life journey. Passionate in travel, photography, and digital content. Drop your email to hello@tehsusu.com to collaborate.

11 thoughts on “Multilingual Sejak Dini, Yes or No?

  1. Sepakat untuk mengajarkan kepada anak-anak sejak dini berbagai macam bahasa. Kalau saya dirumah selain mengajarkan bahasa inggris verbal, kadang bahasa minang kadang sedikit-sedikit bahasa arab tapi justru bahasa arab anak saya lebih pintar kayaknya haha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *